keajaiban rasulullah muhammad

38 Keajaiban dalam Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW

Keajaiban Rasulullah Muhammad – Membincangkan keajaiban-keajaiban dalam Islam tidak mungkin lepas dari penuturan tentang sosok yang membawanya. Dialah penutup para nabi dan rasul, penghulu seluruh makhluk, Nabi Muhammad saw. Nyaris tak terhitung banyaknya buku, artikel, karya ilmiah, hingga forum-forum diskusi membincangkan tentang pribadi yang mulia ini. Banyak yang mengaguminya namun tidak sedikit pula yang benci terhadapnya.

Beliau menjadi obyek menakjubkan yang menarik perhatian banyak orang untuk dikaji dan diperbincangkan. Sekaligus beliau merupakan subyek yang telah mengubah roda perjalanan dunia, membebaskan manusia dari jurang ketidakberadaban menuju kehidupan nan beradab. Beliau mengukir prestasi gemilang yang mustahil disamai oleh tokoh-tokoh selainnya. Ajaran yang beliau bawa menginspirasi banyak orang, dipeluk banyak orang, dan dicintai banyak orang hingga mereka rela berkorban harta dan nyawa demi membela ajaran beliau.

Selain itu, konsep kenabian menempati posisi yang urgen dalam Islam. Jika seseorang ingin memahami Islam dengan benar, ia harus paham tentang konsep kenabian. Sementara ketika membahas tentang konsep kenabian maka pengkajian tentang Muhammad saw –sebagai Nabi dan Rasul terakhir— sudah semestinya mendapatkan porsi khusus. Di situlah kita akan mendapati begitu banyak keajaiban baik yang terdapat dalam diri beliau maupun yang terjadi dengan lingkungan sekitarnya. Keajaiban-keajaiban itu kian mengukuhkan kebenaran Islam dan menggugah indera kesadaran banyak orang.

Di sini kami menyuguhkan untuk pembaca sedikit informasi tentang keajaiban-keajaiban Rasulullah saw tersebut. Kenapa sedikit? Karena lembaran-lembaran yang terbatas ini rasanya tidak mungkin menampung semua karisma, keluhuran, dan keajaiban beliau saw. Nyaris mustahil membeberkan secara utuh dan mendalam perjalanan hidup beliau selama 65 tahun beserta seluruh titik-titik keajaibannya. Di masa itu terjadi amat banyak peristiwa menakjubkan yang jika dianalisis seluruhnya, entah berapa juta lembar kertas harus dihabiskan demi menuliskan laporannya.

Semoga yang sedikit ini dapat menghadirkan gambaran global namun komprehensif betapa “ajaib”nya sosok yang telah membawa Dinul Islam tersebut.

Sebagai Nabi dan Rasul yang membawa risalah agung sekaligus terakhir dari Tuhan untuk seluruh manusia, berbagai keajaiban alam dan sosial sudah terjadi semenjak Muhammad saw lahir. Selain sebagai mukjizat yang mengukuhkan kebenaran Islam, keajaiban-keajaiban tersebut berfungsi juga menguatkan kepribadian Nabi dan menopang keberhasilan dakwah beliau. Atas hikmah mendalam dari Allah swt, setiap peristiwa memberikan pijakan penting bagi perjalanan hidup beliau berikutnya, bahkan bagi dakwah Islam secara menyeluruh. Berikut kami tampilkan beberapa peristiwa ajaib yang menyertai langkah perjalanan Nabi saw.

1. Mimpi Sang Ibu Akan Melahirkan Bayi Mulia

Beberapa minggu setelah pernikahan Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah saw, dengan Abdullah, ayahanda beliau, Aminah bermimpi. Dalam mimpi itu Aminah melihat sinar yang terang benderang mengelilingi dirinya. Ia juga melihat samar-samar istana-istana di Bashrah dan Syam. Serta sayup-sayup dirinya mendengar suara, “Engkau telah hamil dan akan melahirkan seorang manusia paling mulia.”

Begitulah tanda-tanda kemuliaan telah ada pada diri Nabi Muhammad saw sejak beliau berada dalam kandungan ibunya. Tanda-tanda yang menjanjikan bahwa kelak beliau akan menjadi pemimpin besar, orang berakhlak paling mulia, yang menaklukkan kerajaan-kerajaan dan menancapkan prestasi gemilang dalam menjalankan tugas yang diemban. Baca juga: Sifat dan Akhlak Nabi SAW

2. Hancurnya Pasukan Gajah dari Habasyah

Nabi Muhammad saw terlahir di Mekah pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Disebutnya masa itu sebagai “Tahun Gajah” untuk mengenang sebuah peristiwa yang membuktikan kedigdayaan Allah swt dalam mengatasi setiap makar jahat. Menjelang kelahiran Muhammad saw, sepasukan prajurit Habasyah berarmada gajah hendak menaklukkan Mekah dan menghancurkan Kakbah di bawah komando Abrahah.

Pasukan tersebut merampas harta siapapun yang mereka lewati sepanjang perjalanan menuju Kakbah. Dalam kondisi demikian, Abdul Muthallib, kakek Muhammad saw, selaku pemangku amanah menjaga Kakbah, justru memilih mengungsi dan tidak memberikan perlawanan sama sekali. Dia yakin sepenuhnya bahwa Kakbah adalah rumah Allah dan Allah yang akan menjaganya. Tentu akan lebih penting jika dia menyelamatkan diri dan keluarganya.

Keyakinan Abdul Muthallib tidak meleset. Allah mengirim burung-burung ababil dengan membawa bebatuan panas dari tanah yang terbakar. Setiap butir batu yang dijatuhkannya mampu mengelupaskan kulit dan melelehkan daging layaknya dedaunan dimakan ulat. Pasukan bergajah nan gagah itu pun bertumbangan tanpa daya. Peristiwa ini terabadikan dengan indah dalam al-Quran surah al-Fil.

Dengan latar belakang ini, Allah menunjukkan bahwa bayi bernama Muhammad yang lahir setelah peristiwa besar tersebut adalah sosok pemimpin besar di masa mendatang. Kelahirannya ditandai dengan sebuah peristiwa besar yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Sepak terjangnya kelak adalah sepak terjang pemimpin besar. Dia akan memikul amanah besar sekaligus menorehkan prestasi besar. Dan dia akan menjadi fokus pembicaraan yang menarik bagi sebagian besar penduduk bumi.

3. Lahir Dari Suku Terpandang

Rasulullah saw berasal dari suku Quraisy, suku yang terpandang di Jazirah Arab. Bahkan beliau lahir dari keluarga yang memiliki kedudukan penting dan kontribusi hebatnya diakui di masyarakat Quraisy. Kakek buyutnya, Hasyim ibn Abd Manaf, memiliki reputasi dalam menangani urusan logistik bagi penduduk Mekah maupun orang-orang yang berhaji ke Baitullah. Kakeknya, Abdul Muthallib, bahkan dipercaya menjadi pengelola sumur zamzam dan penjaga Kakbah.

Dengan reputasi besar tersebut, orang-orang menaruh hormat pada keluarga Muhammad saw. Ini salah satu faktor kenapa pada masa-masa awal dakwah Islam Nabi saw tidak dizalimi secara fisik oleh orang-orang musyrikin Quraisy. Saat itu kaum musyrik menaruh hormat yang tinggi pada Abu Thalib, paman Nabi saw. Barulah ketika Abu Thalib meninggal, Rasulullah saw mulai mendapatkan penganiayaan secara fisik.

Selain itu, fakta nasab tersebut menunjukkan bahwa Nabi akhir zaman ini bukanlah sembarangan orang. Keluarga Nabi Muhammad adalah orang-orang yang mendiami jantung kota Mekah bahkan diamanati untuk menjaga Kakbah. Beliau lahir dan tumbuh dewasa di kota yang menjadi daya tarik bagi seluruh dunia dan dari kalangan yang memegang kunci sebuah magnet dunia (Kakbah). Itu artinya beliau adalah magnet dunia. Beliau adalah pusat daya tarik bagi seluruh manusia.

4. Bertalian Nasab Sampai Nabi Ibrahim As

Garis nasab Nabi Muhammad saw disepakati oleh para ulama sampai dengan Adnan. Adnan adalah keturunan dari Qidar, putra Nabi Ismail as. Dan Nabi Ismail as adalah putra Nabi Ibrahim as. Berarti bisa dipastikan bahwa nasab Nabi Muhammad saw sampai kepada Nabi Ibrahim as. Hanyasaja para ulama berselisih pendapat terkait siapa saja yang ada di antara Adnan sampai kepada Nabi Ibrahim as.

Pertalian nasab Nabi Muhammad saw sampai kepada Nabi Ibrahim as menunjukkan akan dua hal. Pertama, Nabi Muhammad saw adalah keturunan “bapak tauhid” yang tentu saja mewarisi sifat ketauhidan Nabi Ibrahim dan melanjutkan misinya menyampaikan ajaran tauhid. Ini menjadi bukti bahwa ajaran yang beliau bawa –yang oleh masyarakat musyrik Quraisy dilabeli sebagai agama baru yang sesat— sejatinya adalah ketauhidan yang benar. Kedua, Nabi Muhammad saw datang melanjutkan jalur risalah yang telah dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Yang artinya bahwa Nabi Muhammad tidak membawa risalah yang berbeda, tetapi melanjutkan dan menyempurnakan mata rantai kenabian.

5. Anak Dua Orang yang Disembelih

Ayah Nabi Muhammad saw, Abdullah, adalah orang yang terpilih sebagai pelaksanaan nazar Abdul Muthallib. Dalam sirah secara ringkas disebutkan, ketika anak-anak Abdul Muthallib telah berjumlah sepuluh orang, dia menyampaikan nazarnya kepada anak-anaknya itu bahwa ia akan menyembelih salah satu dari mereka jika Allah mengabulkan apa yang ia minta. Dalam pengundian, nama Abdullah yang keluar. Saat Abdul Muthallib sudah menuntun putranya itu menuju Kakbah dengan sebilah parang, orang-orang Quraisy –terutama paman-paman Abdullah dari pihak ibu dari Bani Makhzum serta Abu Thalib— mencegahnya.

Dalam kebingungan, Abdul Muthallib dan orang-orang tersebut menemui seorang dukun wanita. Oleh si dukun, Abdul Muthallib dianjurkan mengundi Abdullah dengan sepuluh ekor onta. Jika yang keluar nama Abdullah, maka ia harus menambah sepuluh ekor onta lagi sampai Tuhan ridha. Namun bila yang keluar nama onta, maka onta-onta itulah yang disembelih. Pada undian yang pertama, nama Abdullah keluar. Hal itu terus terjadi hingga onta yang dipertaruhkan mencapai jumlah 100 ekor. Barulah setelah itu nama onta yang keluar dalam undian, dan onta-onta itulah yang kemudian disembelih.

Demikianlah ringkasnya, ayah Nabi Muhammad saw, Abdullah, adalah orang yang semestinya disembelih sebagai pembayaran nazar namun ditebus dengan 100 ekor onta. Sama halnya dengan kakek moyangnya, Ismail as, yang semestinya disembelih sebagai wujud pelaksanaan perintah Allah, namun diganti dengan seekor domba. “Aku adalah anak dua orang yang disembelih,” jelas beliau. (HR. Imam Hakim).

Ini merupakan isyarat bahwa Nabi Muhammad saw adalah keturunan orang-orang yang telah menjadi simbol pengorbanan. Nabi Ismail as adalah simbol pengorbanan bagi wujud kecintaan dan ketaatan kepada Allah. Sedangkan Abdullah adalah simbol pengorbanan bagi penunaian sebuah nazar. Maka tiada mengherankan jika sepak terjang Nabi Muhammad saw dipenuhi dengan pengorbanan yang tiada taranya.

6. Runtuhnya Istana Kisra Dan Padamnya Api Biara Majusi

Keajaiban lain yang menunjukkan kemahakuasaan Allah dalam meluluhlantakkan kezaliman menjelang dan pada saat kelahiran Nabi Muhammad saw –selain hancurnya pasukan gajah yang dipimpin Abrahah— adalah runtuhnya sepuluh balkon dari istana Kisra dan padamnya api di biara Majusi. Kisra adalah kaisar Persia, salah satu imperium raksasa yang menguasai dunia pada waktu itu. Istananya merupakan simbol kemegahan dan kesombongan yang besar. Keruntuhan sepuluh balkon dari istananya itu sudah barang tentu mencederai kemegahan dan kesombongannya.

Sementara api agung di biara orang-orang Majusi adalah api dari sumber abadi yang mereka sembah, yang tidak pernah padam. Bersamaan dengan kelahiran Muhammad saw, api abadi itu mendadak padam. Padamnya api tersebut mengguncang batin mereka dan kepercayaan mereka kepada sang api.

Dua peristiwa yang Allah setting sedemikian rupa ini menunjukkan bahwa kelahiran Muhammad saw adalah pertanda hadirnya seorang manusia yang kelak membebaskan dunia dari kegelapan dan kezaliman. Ia akan memberantas kesyirikan sebagaimana padamnya api agung di biara Majusi. Ia juga akan mencabik-cabik kezaliman, menegakkan keadilan dan rahmat bagi semesta alam sebagaimana runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra. Seakan Allah memberi sinyal, kezaliman dan kesyirikan akan sirna berganti dengan cahaya ketauhidan dan keadilan. Dan orang yang akan melakukan perubahan itu adalah Muhammad saw.

7. Lahir Sebagai Yatim

Semenjak lahir Rasulullah saw sudah harus menjalani hidup dengan keprihatinan. Di saat anak-anak sebayanya bisa merasakan sentuhan dan didikan ayahanda, beliau terlahir sebagai yatim. Ini bukannya tanpa hikmah. Pada masa itu kehidupan di Jazirah Arab amatlah keras. Padahal sosok ayah merupakan sentral yang membentuk kepribadian anak. Melalui didikan sang ayah, tidak mustahil anak-anak di Arab tumbuh dengan perangai keras seperti pria-pria Quraisy pada umumnya.

Sementara wanita, tidak demikian adanya. Di tengah kepekatan jahiliah mereka tetaplah sosok-sosok yang lembut dan penyayang. Itu karena dalam sistem jahiliah tersebut mereka adalah pihak yang seringkali terdiskriminasi. Jika seorang anak tumbuh dengan dominasi didikan ibunya, sifat-sifat lembut dan penyayangnya akan lebih dominan.

Sepertinya inilah hikmah mengapa Nabi Muhammad saw lahir sebagai yatim. Agar sejak belia beliau tidak menerima ajaran-ajaran kekerasan. Supaya beliau tumbuh menjadi pribadi yang mengundang decak kagum dan menghadirkan ketenteraman bagi siapa dan apa saja.

Hikmah lain yang dapat ditangkap adalah beliau menjadi pribadi yang cepat dewasa dan memiliki rasa tanggung jawab. Anak-anak yang tumbuh dengan keprihatinan biasanya memiliki kecerdasan emosional dan spiritual lebih tinggi dibandingkan mereka yang tumbuh dalam suasana nyaman dan serba kecukupan. Bekal-bekal ini memberikan pengaruh sangat signifikan bagi keberhasilan misi dakwah beliau.

8. Ajaibnya Nama Muhammad

Jika setiap nama yang baru dan orisinil perlu diberikan hak cipta, maka nama Muhammad semestinya mendapatkan hak cipta tersebut. Nama Muhammad belum pernah dipakai oleh seorangpun sampai beliau lahir. Beliaulah orang yang lahir pertama kali dengan nama Muhammad.

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini karena semuanya atas pengetahuan dan izin Allah swt. Demikian halnya dengan nama Muhammad bagi Rasulullah saw; sudah menjadi kehendak dan skenario Allah swt. Inilah yang mencengangkan Bahirah, seorang rahib Nasrani di negeri Syam, yang sudah membaca nubuat dari Taurat dan Injil akan datangnya nabi terakhir bernama Muhammad. Begitu tahu bocah belia yang ada di hadapannya itu bernama Muhammad, ia berpesan pada Abu Thalib untuk menjaga si bocah baik-baik karena ia yakin bocah itulah nabi terakhir yang dimaksudkan.

9. Tumbuh Kembang di Lingkungan Nan Bersih

Sudah menjadi kultur dan tradisi bangsa Arab di perkotaan bahwa jika lahir seorang bayi maka bayi itu dititipkan untuk mendapatkan penyusuan dan pengasuhan kepada orang-orang Arab di pedesaan. Tujuannya agar bayi bisa menghirup udara segar dan alam bebas sehingga ia tumbuh dengan fisik yang kuat serta respons indera dan hati yang tajam.

Selain itu juga agar bayi bisa belajar bahasa Arab yang baik dan masih murni. Sebab, di perkotaan, bahasa Arab yang dipakai sudah banyak terkontaminasi oleh kultur kemajuan dan persentuhan orang Arab Mekah dengan bangsa-bangsa lain dalam ritual haji di Kakbah maupun dalam urusan perniagaan. Dengan dikirim ke alam pedesaan, bayi terbiasa menggunakan bahasa Arab yang baik.

Muhammad kecil pun mengalami fase yang demikian. Selama dua tahun dia dititipkan untuk mendapatkan penyusuan dan pengasuhan kepada Bani Saad. Dalam masa itu beliau tumbuh sehat, kuat, memiliki rasa kepekaan hati yang tajam, serta mampu berbahasa Arab dengan baik dan fasih. Ini semua menjadi modal mendasar beliau ketika menyampaikan dakwah Islam yang butuh nafas perjuangan panjang, kepekaan emosional, kesabaran yang berlipat-lipat, serta kemampuan retorika yang dapat menundukkan orang-orang yang keras kepala.

10. Terpilihnya Halimah Al-Sa‘Diyah Sebagai Ibu Susuan

Sebuah kejadian menarik terjadi ketika serombongan kafilah Bani Sa‘d ibn Bakr mendatangi Mekah untuk mencari bayi yang bisa mereka susui. Ketika itu di tempat asalnya Bani Sa‘d dilanda paceklik. Mereka harus mendapatkan bayi susuan demi upah untuk keperluan hidup. Keluarga Halimah binti Abu Dhuaib dan suaminya, Harits, adalah yang paling mengenaskan. Merekalah yang paling miskin di antara kalangan Bani Sa‘d. Begitu miskinnya sampai tubuh Halimah kurus dan air susunya tinggal sedikit sekali.

Saat rombongan tersebut sampai di Mekah, mereka selalu menolak ketika disodori Muhammad karena ia bayi yatim dari seorang ayah yang juga miskin. Sebaliknya, hal sama juga dialami oleh Halimah. Saat menawarkan diri pada penduduk Mekah untuk menyusui anak mereka, mereka menolak karena tubuhnya kurus kering dan terlihat sangat miskin.

Teman-teman Halimah masing-masing sudah mendapatkan bayi yang bisa mereka susui. Tinggallah Halimah seorang yang belum mendapatkannya. Juga, tinggal Muhammad seorang yang belum mendapatkan ibu susuan. Tidak ada pilihan lagi bagi Halimah. Mau tidak mau ia harus mengambil Muhammad daripada pulang dengan tangan kosong.

Di sinilah terjadi hubungan yang menarik. Muhammad adalah putra yatim dari seorang lelaki miskin di kalangan Quraisy. Sementara Halimah juga wanita termiskin dari kalangan Bani Sa‘d. Secara logika orang akan berpikir kehidupan yang dijalani Halimah akan semakin berat lantaran tidak banyak upah materi yang bisa diharapkan dari menyusui seorang Muhammad, dan Muhammad akan semakin sengsara dan begizi buruk karena disusui oleh wanita termiskin yang air susunya pun nyaris kering.

Namun Allah berkehendak lain. Justru dengan bertemunya dua insan yang paling miskin inilah berkah tiba-tiba menghampiri keluarga Halimah hingga taraf hidup mereka membaik dan dapat menikmati kesejahteraan. Muhammad yang tadinya dipandang sebelah mata pun lantas berubah menjadi buah bibir yang mengundang decak kagum banyak orang.

11. Berkah yang Tiba-Tiba Mendatangi Keluarga Halimah

Saat mencari bayi susuan, kehidupan Halimah al-Sa‘diyah dan suaminya sangat memprihatinkan. Keledai betina yang mereka tunggangi melaju sangat lamban. Sedangkan onta tua yang mereka pakai untuk mengangkut perbekalan juga tidak lagi bisa diharapkan tenaganya. Halimah dalam kondisi kurus kering dan air susunya sangat sedikit. Itu sebabnya anak kandung mereka terus-menerus menangis karena kelaparan, dan sepanjang malam mereka tidak tidur demi menenangkan anak tersebut.

Mereka memaksa diri turut serta ke Mekah demi mencari anak susuan yang bisa diharapkan imbalan upahnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Namun apa yang didapat Halimah justru sebaliknya. Ia mendapatkan seorang anak yatim yang ditinggal mati oleh bapaknya yang miskin. Ia berspekulasi memaksakan diri membawa si bocah yatim itu, berharap ada berkah yang bisa mereka dapatkan.

Semenjak kehadiran Muhammad di rumah mereka, kehidupan keluarga Halimah berangsur membaik. Bahkan sejak pertama kali menggendong Muhammad di Mekah, berkah sudah dirasakan oleh Halimah. Susunya yang nyaris kering tiba-tiba dipenuhi air susu. Ia dapat menyusui Muhammad sampai kenyang, bahkan anak kandungnya pun bisa ia susui sampai kenyang juga. Keledai yang sepanjang keberangkatan seolah sekarat, tiba-tiba menjadi bertenaga dan berjalan cepat. Onta mereka pun demikian, puting susunya dipenuhi air susu yang bisa mereka minum selama perjalanan.

Ketika sampai di rumah, kebun mereka yang semula gersang tiba-tiba berubah menjadi subur dan siap ditanami sayuran dan buah-buahan. Begitu pula dengan domba-domba mereka yang sebelumnya kurus dan kelaparan, kini dalam kondisi gemuk dan sehat. Halimah dan suaminya merasa sangat bersyukur dengan kehadiran Muhammad. Begitu senangnya sampai ketika masa menyapih dan waktunya mengembalikan Muhammad kepada ibunya, mereka memohon untuk bisa mengasuhnya lagi.

12. Pencucian Hati Nabi Saw

Saat memohon kepada Aminah untuk bisa mengasuh Muhammad lagi, Halimah dan suaminya diizinkan. Namun, kepengasuhan itu tidak berlangsung lama. Hanya beberapa bulan berselang terjadi sebuah peristiwa aneh pada diri Muhammad yang membuat Halimah dan suaminya ketakutan.

Ketika itu Muhammad sedang bermain bersama beberapa anak kecil lainnya. Tiba-tiba datang dua orang berpakaian serba putih –yakni malaikat— menggendong Muhammad, membaringkannya, dan membelah dadanya. Hati dan segumpal darah dikeluarkan dari dada beliau. Hati tersebut dicuci dengan air zamzam yang terdapat dalam wadah emas. Anak-anak kecil itu terperanjat, berlarian kencang sembari berteriak, “Muhammad dibunuh!” Ketika orang-orang mendatangi Muhammad, anak itu dalam keadaan baik-baik saja malah wajahnya makin berseri-seri.

Pencucian hati Muhammad oleh malaikat ini merupakan isyarat bahwa hati beliau telah dibersihkan dari segala macam penyakit dan tipu daya setan. Beliau telah dipersiapkan sejak bayi untuk menjadi orang yang akan mengemban risalah Islam. Beliau akan mendakwahkan Islam dengan hati yang bersih dan tulus. Namun Halimah dan suaminya terlanjur ketakutan sehingga Muhammad dikembalikan kepada ibunya.

13. Sentuhan Sayang Seorang Ibu

Setelah melewatkan masa lebih dari dua tahun menjalani kepengasuhan di alam pedesaan, Muhammad berkesempatan kembali ke pangkuan ibundanya. Ini merupakan salah satu fase emas Muhammad. Di fase ini ia merasakan langsung sentuhan kasih sayang seorang ibu yang membentuk karakternya menjadi anak yang jujur, amanah, sabar dan penyayang. Ia tumbuh menjadi orang yang menebarkan cinta kepada sekelilingnya karena dilatih oleh cinta ibunya kepadanya.

Tiga tahun ia lewati masa tersebut. Ketika menginjak usia enam tahun, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ibunya meninggal. Bermula dari ajakan ibunya untuk mengunjungi seorang kerabat di Yatsrib sekaligus berziarah ke makam ayahnya. Mereka menikmati masa-masa menyenangkan itu. Namun, dalam perjalanan pulang, Aminah jatuh sakit dan beberapa hari kemudian meninggal dunia di Abwa’.

14. Visi Cemerlang Seorang Kakek

Sepeninggal ibunya, kepengasuhan terhadap Muhammad diambil alih oleh kakeknya, Abdul Muthallib. Sang kakek sangat mencintai cucunya tersebut. Bercampur rasa empatik karena cucunya yatim piatu, perlakuan yang ia berikan kepada Muhammad sangat baik dan istimewa. Abdul Muthallib yang dipercaya oleh Quraisy untuk mengelola sumur zamzam dan menjaga Kakbah itu gemar sekali duduk-duduk menggelar tikar di depan Kakbah. Jika sedang melakukan kebiasaan yang disenanginya itu, tidak ada seorang pun berani mendekat apalagi mengusik atau mengganggunya.

Uniknya, bocah belia bernama Muhammad justru senang mendekat dan ikut duduk bersama kakeknya. Demi menghormati Abdul Muthallib, Muhammad kerap disuruh pergi oleh paman-pamannya agar tidak duduk di situ. Abdul Muthallib yang biasanya tidak senang diganggu malah mengatakan, “Biarkan saja cucuku ini duduk. Demi Tuhan, masa depan yang gemilang ada di tangannya!

Sang kakek sudah mencium bakat besar Muhammad. Ia berani memastikan bahwa masa depan si bocah akan gilang-gemilang. Sebuah visi yang tidak main-main tentunya. Yakin akan feelingnya, Abdul Muthallib kerap mengajak Muhammad turut serta dalam pertemuan dengan para sesepuh Quraisy. Muhammad dibiarkan menikmati suasana rapat para pembesar. Bahkan dalam banyak masalah penting dan genting, Abdul Muthallib tidak sungkan meminta pendapat Muhammad.

15. Puncak Kesedihan Seorang Bocah Belia

Masa kebersamaan dengan sang kakek tidak berlangsung lama. Hanya dua tahun mengasuh Muhammad, Abdul Muthallib meninggal dunia. Kematian Abdul Muthallib menjadi puncak kesedihan Muhammad kecil yang dua tahun sebelumnya sudah lebih dahulu ditinggal oleh ibunya. Di usianya yang masih kanak-kanak itu beliau sudah harus merasakan perihnya kehilangan orang-orang yang dicintainya. Ia lahir sebagai yatim tanpa pernah melihat wajah ayahandanya satu kali pun. Lalu ibunya meninggal saat ia masih membutuhkan belaian kasih sayangnya. Puncaknya, kakeknya yang perhatian dan amat penyayang itu pun meninggal.

Untuk anak usia 8 tahun, peristiwa ini amat berat dipikulnya. Ia seakan kehilangan naungan untuk berteduh. Namun Allah memang telah menskenario semuanya. Semua ini adalah latihan agar Nabi saw terbiasa tabah sejak kecil serta untuk mengasah kecerdasan emosionalnya. Ia harus tetap tegar di atas semua realita yang mengenaskan ini. Ia musti terus menjalani hidup dan menapaki takdirnya satu demi satu untuk nantinya menjadi tokoh besar.

Latihan tabah ini menjadi bekal yang sangat berharga bagi Muhammad di saat beranjak dewasa. Ia menjadi pribadi yang tangguh dan kuat menghadapi berbagai ujian dan rintangan selama menyerukan dakwahnya. Ia menjadi sosok yang berhati lembut dan memiliki rasa empati tinggi. Ia menjadi figur yang tegar di jalan dakwah hingga Allah pun memenangkan agamanya.

16. Wajah yang Mengundang Hujan

Sepeninggal Abdul Muthallib, Muhammad diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Dalam pengasuhan pamannya, Muhammad diperlakukan sangat baik. Dalam masa inilah terjadi suatu kejadian mencengangkan dari diri Muhammad. Ketika Mekah dilanda paceklik, orang-orang Quraisy mengusulkan pada Abu Thalib, “Lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda kita. Mari kita berdoa meminta hujan.”

Abu Thalib lantas keluar bersama Muhammad. Dari wajah anak ini seakan terpancar matahari yang membawa mendung, seolah awan tampak berjalan pelan-pelan. Abu Thalib menempelkan punggung Muhammad ke dinding Kakbah. Langit yang tadinya tiada berawan seketika itu juga didatangi mendung dari segala penjuru. Hujan lantas turun dengan deras hingga lembah-lembah terairi dan ladang-ladang menjadi subur.

Keajaiban yang dihadirkan Muhammad kecil ini sampai diabadikan oleh Abu Thalib dalam sebuah syair, “Putih berseri meminta hujan dengan wajahnya. Penolong anak yatim dan pelindung wanita janda.

17. Tanda Kenabian yang Nyata

Di usia 12 tahun Muhammad menyertai pamannya, Abu Thalib, berniaga ke Syam. Tiba di Bushra –suatu daerah yang termasuk dalam wilayah Syam—, mereka berjumpa dengan seorang rahib bernama Jurjis yang lebih dikenal dengan sebutan Bahirah. Tatkala rombongan singgah di kota tersebut, sang rahib menghampiri mereka dan mempersilakan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan.

Sang rahib dibuat takjub ketika memperhatikan Muhammad. Terlebih saat diberi tahu bahwa nama anak tersebut adalah Muhammad. Sambil memegangi tangan Muhammad, sang rahib berkata, “Anak ini adalah pemimpin semesta alam. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Abu Thalib penasaran mengapa sang rahib berkata demikian. Bahira pun menuturkan, “Sejak kalian tiba di Aqabah, batu dan pepohonan sudah tunduk bersujud. Mereka tidak bersujud melainkan kepada seorang nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin nubuat yang berada di bagian bawah tulang rawan bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami bisa mendapatkan tanda itu di dalam kitab kami.”

Demikianlah pernyataan rahib Nasrani yang sudah menelaah kitab Taurat dan Injil dengan seksama. Ia memberikan pengakuan yang mencengangkan bahwa Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus Allah untuk menghadirkan rahmat bagi seluruh alam.

18. Merasakan Kecamuk Perang Sejak Belia

Ketika Muhammad menginjak usia 15 tahun, di Mekah meletus perang Fijar. Dinamai perang Fijar karena terjadi pelanggaran terhadap kesucian tanah haram dan bulan-bulan suci. Dalam perang ini pihak Quraisy bersama Kinanah berhadapan dengan pihak Qais Ailan. Meski masih remaja, Muhammad sudah turut serta dalam perang ini dengan cara mengumpulkan anak-anak panah bagi paman-pamannya untuk dilontarkan kembali ke pihak musuh.

Pengaruh dari perang Fijar diadakanlah kesepakatan Hilful Fudhul pada bulan Dzulqaidah yang melibatkan beberapa kabilah Quraisy. Mereka mengukuhkan perjanjian dan kesepakatan bahwa tak seorang pun dari penduduk Mekah dan juga lainnya dibiarkan teraniaya. Siapa teraniaya, mereka sepakat untuk berdiri di sampingnya. Sedangkan terhadap siapa yang berlaku zalim, maka kezalimannya harus dibalaskan terhadap dirinya. Ruh perjanjian ini ialah mengenyahkan keberanian model jahiliah yang lebih banyak dibangkitkan oleh rasa fanatisme. Muhammad muda juga hadir dalam perjanjian ini.

Meski usianya masih muda, Muhammad telah merasakan kecamuk perang bahkan ikut hadir dalam sebuah perjanjian besar. Ini semakin menambah kematangan beliau ketika beranjak dewasa dan merupakan modal beliau untuk menghadapi realita-realita berat ketika nantinya menyerukan dakwah. Baca juga: Sistem Hukum Rasulullah SAW

19. Belajar “Mengendalikan”

Di masa remajanya Muhammad sudah mencoba hidup mandiri dengan menggembalakan kambing penduduk Mekah dengan imbalan uang beberapa dinar. Kegiatan menggembalakan kambing ini menjadi sarana belajar baginya untuk memegang amanah dan mengendalikan hewan ternak. Setiap ekor kambing yang dititipkan penduduk Mekah kepadanya adalah amanah yang harus dijaga. Dan beliau pun benar-benar berhasil menunaikan amanah tersebut dengan baik. Tidak pernah ada kambing yang hilang. Setiap kambing yang keluar bersama beliau pasti kembali dalam keadaan kenyang dan sehat.

Dengan keberhasilan mengendalikan kambing baik ketika menggiringnya keluar, menjaganya di padang rerumputan, maupun menggiring masuk kembali ke kandang, beliau belajar banyak bagaimana caranya mengendalikan manusia. Ini menjadi modal penting ketika beliau berdakwah dan merangkul para sahabat. Beliau mampu memanfaatkan setiap potensi dari masing-masing sahabat. Beliau berhasil membangun sebuah tim kerja yang kompak, solid, dan berpengaruh.

20. Perniagaan yang Menguntungkan

Beranjak dewasa di usia 25 tahun, Muhammad makin gemar berdagang. Kredibilitasnya dalam urusan dagang yang dihiasi dengan kejujuran dan akhlak mulia sampai terdengar ke telinga Khadijah binti Khuwailid. Janda kaya pemilik usaha dagang tersohor itu pun mengirim utusan dan menawarkan kepada Muhammad untuk berangkat ke Syam guna menjajakan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan yang jauh lebih banyak dibandingkan imbalan yang pernah diberikan pada pedagang lain.

Muhammad saw menerima tawaran tersebut. Beliau pergi didampingi oleh pembantu Khadijah bernama Maisarah. Sepulang dari Syam kembali ke Mekah, Khadijah takjub menerima laporan hasil perdagangan. Laba yang beliau bawa jauh lebih banyak dua kali lipat dibandingkan pedagang-pedagang lainnya.

Hal seperti itu selalu terjadi jika beliau berdagang. Kejujurannya adalah kunci keberhasilan dagangnya. Beliau tidak pernah menipu ataupun menzalimi pembeli. Banyak pembeli yang senang bermuamalah dengan beliau hingga orang-orang pun menjuluki beliau sebagai “manusia paling dapat dipercaya”.

21. Naungan Awan Sepanjang Perjalanan

Rasa takjub Khadijah tidak hanya berhenti pada hasil perniagaan yang dibawa Muhammad. Ia kagum juga pada penuturan Maisarah bahwa di sepanjang perjalanan dari berangkat sampai pulang, awan selalu menaungi mereka. Mereka merasakan keteduhan dan terlindungi dari terik panas sinar matahari. Padahal rombongan-rombongan dagang yang lain tidak demikian.

Dengan fakta tersebut Muhammad dinilai membawa keberkahan. Saat itu mungkin belum ada yang tahu bahwa beliau diangkat menjadi nabi suatu saat nanti. Kenyataannya pada usia 40 tahun beliau benar-benar diberi amanah untuk membawa risalah Islam. Dengan demikian, dinaunginya beliau sepanjang perjalanan dengan awan adalah salah satu bentuk mukjizat kenabian beliau.

22. Pernikahan dengan Janda Kaya

Kejujuran dan kemuliaan akhlak Muhammad yang kemudian membawa hasil perdagangan melimpah mampu memikat hati Khadijah. Ia seolah menemukan sosok yang telah lama hilang. Ia mendapatkan seseorang yang pantas menjadi pendamping hidupnya untuk mengelola perniagaan sekaligus harta bendanya dengan bijak.

Secara singkat, melalui seorang perantara, Nafisah binti Munyah, Khadijah menawarkan dirinya untuk dinikahi Muhammad. Di luar dugaan Muhammad menerima tawaran tersebut. Maka paman-paman beliau segera menemui paman Khadijah untuk mengajukan lamaran. Setelah segalanya dirasa beres, pernikahan pun dilaksanakan.

Pernikahan ini menjadi pijakan yang sangat kuat bagi dakwah Nabi Muhammad saw. Dengan menikahi Khadijah, beliau memiliki dukungan finansial yang kuat untuk mengarungi masa-masa awal dakwah nan berat. Beliau juga bisa belajar lebih banyak tentang praktik berdagang dan praktik mengelola keuangan guna dimanfaatkan kelak bagi menyejahterakan umatnya. Dan tentunya, dengan menikahi seorang wanita yang penyayang, beliau mendapatkan kekuatan saat harus menghadapi tekanan dan celaan dalam dakwah. Saat beliau takut, Khadijah membangkitkan keberaniannya. Kala beliau cemas, Khadijah menenangkannya. Ketika beliau sedih, Khadijah menghibur hatinya.

Pernikahan dengan seorang janda ini juga menjadi bukti tak terbantahkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok yang berkepribadian lurus. Beliau bukan seperti yang dituduhkan para pengkritik dan pembencinya bahwa beliau memiliki syahwat berlebihan kepada wanita. Sebab kalau beliau hendak memenuhi syahwatnya, beliau bisa saja menikah dengan gadis. Nyatanya beliau memilih menikah dengan Khadijah bahkan mengarungi rumah tangga mereka sampai Khadijah meninggal dunia.

23. Pemecah Kebuntuan di Saat Genting

Tatkala Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy melakukan renovasi terhadap Kakbah. Itu dilakukan karena Kakbah yang tadinya tidak beratap seringkali dimasuki pencuri yang mengambil barang-barang berharga di dalamnya dengan cara memanjat dindingnya. Akibatnya, dinding Kakbah pecah-pecah dan bangunannya kian rapuh. Lagipula saat itu Mekah sedang dihantui ancaman banjir yang berpotensi sampai ke Baitul Haram sehingga dikhawatirkan dapat meruntuhkan Kakbah.

Bangunan lama Kakbah dibongkar hingga sampai rukun Ibrahim. Setelah itu mereka membangunnya kembali. Mereka membagi sudut-sudut Kakbah dan mengkhususkan setiap kabilah dengan bagiannya sendiri-sendiri. Setiap kabilah mengumpulkan batu-batu yang baik dan mulai membangun. Ketika pembangunan sudah sampai pada peletakan kembali Hajar Aswad, mereka saling bersitegang dan berselisih tentang siapa yang berhak meletakkannya kembali di posisi semula. Ketegangan ini berlanjut sampai empat atau lima hari tanpa ada keputusan. Perselisihan itu bahkan semakin meruncing dan nyaris menjurus kepada pertumpahan darah di tanah suci.

Abu Umayyah ibn al-Mughirah al-Makhzumy menawarkan sebuah solusi, bahwa urusan tersebut akan diserahkan kepada siapa yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Orang-orang Quraisy yang lain menerima usulan tersebut. Atas bimbingan Allah, saat itu Muhammad masuk ke area Baitul Haram melalui pintu masjid. Orang-orang pun saling berbisik, “Inilah Muhammad, sang al-amin. Kita ridha padanya.”

Setelah mereka menyampaikan permasalahan mereka kepada beliau, beliau meminta sehelai selendang. Beliau meletakkan Hajar Aswad tepat di tengah-tengah selendang dan meminta pemuka-pemuka kabilah yang saling berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang. Secara bersama-sama mereka mengangkat dan mendekatkan Hajar Aswad di tempat peletakannya. Setelah sampai, beliau mengambil Hajar Aswad tersebut dan meletakkan di tempatnya semula.

Dengan cara ini, semua orang menjadi ridha. Mereka lega dan bahagia karena masing-masing dapat memberikan kontribusi bagi peletakan kembali Hajar Aswad. Dari sini sudah terlihat bakat kegemilangan dan kejeniusan Muhammad saw. Kejeniusan ini semakin terasah dan terbukti ketika beliau menjadi nabi dan mengkoordinir para sahabat untuk menorehkan prestasi gemilang. Beliau senantiasa mengambil keputusan yang mengundang decak kagum banyak orang.

24. Tetap Bersih di Lingkungan “Sampah”

Sejak kanak-kanak orang-orang sudah mengenal Muhammad saw gemar berdiam diri lama-lama untuk mengamati keadaan masyarakat dan merenungkan arti hidup. Beliau berusaha menggali kebenaran dan kemuliaan yang sebenarnya. Beliau risih terhadap kesyirikan dan kemaksiatan lantas menjauhinya. Beliau hanya mau bermuamalah dengan orang jika tidak menyeretnya kepada kesyirikan dan kemaksiatan. Namun jika berpotensi demikian, beliau memilih untuk menyendiri.

Di tengah masyarakat yang gemar menenggak khamr, beliau tidak menyentuh khamr sama sekali. Beliau tidak makan daging hewan yang disembelih untuk dipersembahkan kepada berhala. Beliau menolak hadir di pertemuan atau upacara penyembahan patung-patung. Jika mendengar ada orang menyampaikan sumpah di depan Latta dan Uzza, beliau geregetan. Andai bukan karena perangai beliau yang luhur, pasti orang tersebut sudah ditamparnya.

Semua itu atas penjagaan Allah Ta‘ala. Beliau hidup di tengah lingkungan yang rusak namun beliau tidak ikut rusak. Beliau terjaga dari segala macam penyakit masyarakat yang saat itu bertebaran dimana-mana. Tidak pernah terlintas dalam benak beliau untuk mengikuti tradisi jahiliah kecuali dua kali. Dan pada dua kesempatan itu Allah menghalangi antara diri beliau dengan keinginan tersebut, sehingga beliau tidak jadi melakukannya.

Pernah suatu malam beliau mencoba ikut duduk-duduk mendengarkan pertujukan hiburan bersama orang-orang. Namun Allah menutup telinganya dan ia langsung tertidur di saat teman-temannya justru larut dalam hiruk-pikuk kegaduhan tersebut. Selalu seperti itu yang terjadi; ketika beliau berada dekat dengan kemaksiatan, Allah menjaganya sehingga ia tidak merasakan apa-apa dan tidak larut di dalamnya.

25. Hati yang “Terasuki” Kebeningan

Menginjak usia 40 tahun, kegelisahan hati Muhammad saw semakin menjadi. Ia gemar bertahanuts di gua Hira, menjauhi manusia. Ia bertafakur dan mencari-cari sebuah kebenaran. Ia gelisah dengan kesesatan dan kerendahan akhlak yang dipertontonkan kaumnya. Ia berupaya menjernihkan hati dan menjauh dari budaya jahiliah.

Semua gerak langkah beliau dituntun oleh Allah swt. Sebelum memberikan sebuah amanah besar yang akan dipikulkan ke pundak Nabi Muhammad, Allah mengarahkan hati beliau untuk gemar menyendiri dan merenung. Hal ini sangat penting karena sebelum mengemban sebuah urusan besar, seseorang harus terlebih dahulu berada dalam ketenangan dan kesiapan fisik maupun psikis. Ia harus menghindari hiruk-pikuk dan mempersiapkan energi terbesarnya.

Dalam perenungan inilah beliau merasakan ketenangan. Angin nan sejuk seakan membelai dada beliau. Percikan kebeningan seolah memercik di hati beliau hingga akhirnya beliau mengalami kejadian besar menerima sebuah amanat agung.

26. Perintah “Membaca” untuk Sosok yang Tak Bisa Baca

Kejadian besar yang dialami Muhammad saw saat beliau sedang henyak dalam tafakur adalah turunnya wahyu Allah yang dibawa oleh malaikat Jibril. Saat itu Jibril datang dengan wujud seorang pria. Sontak hal ini mengejutkan beliau. Apalagi beliau diperintah –bahkan dipaksa— untuk membaca padahal beliau tidak bisa membaca.

Kejadian tersebut membuat Rasulullah saw ketakutan. Ia pulang ke rumah dengan tubuh yang gemetar. Ia meminta Khadijah ra untuk menyelimutinya. Setelah tidak lagi menggigil dalam balutan selimutnya, beliau menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Khadijah. Beliau mengkhawatirkan diri beliau sendiri jika terjadi hal-hal yang tidak baik.

Khadijah membesarkan hati beliau, “Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu dan menolong orang menegakkan kebenaran.”

Selanjutnya Khadijah membawa beliau pergi menemui Waraqah ibn Naufal, anak paman Khadijah. Dari lisan Waraqah beliau saw akhirnya tahu bahwa beliau sedang membawa sebuah urusan yang besar. Urusan yang nantinya mengubah jalannya kehidupan dan dunia. Urusan yang diawali dengan perintah “membaca”.

Namun mengapa harus perintah “membaca” padahal beliau tidak bisa membaca? Pada akhirnya beliau sadar bahwa Allah menyuruhnya untuk membaca (menganalisis) keadaan manusia, menyerap ilmu sebanyak-banyaknya, dan banyak berpikir. Bukan membaca berlembar-lembar kitab, tetapi bagaimana Rasulullah saw mengambil hikmah dari setiap kejadian, menganalisis pintu-pintu masuk untuk menyampaikan dakwah Islam, lalu melakukan aksi nyata berdakwah dengan atas nama Allah swt.

27. Keislaman Hamzah Ibn Abdul Muthallib

Suatu ketika di bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian, Abu Jahal menjumpai Rasulullah saw di bukit Shafa. Ia mencaci maki beliau namun beliau diam saja. Marah karena Rasulullah saw hanya memperlihatkan reaksi diam, Abu Jahal mengambil batu dan memukulkannya ke kepala beliau hingga luka dan mengeluarkan darah. Setelah itu ia berbalik menuju kumpulan orang-orang Quraisy di dekat Kakbah dan mengobrol bersama mereka.

Seorang budak perempuan milik Abdullah ibn Jad‘an melihat apa yang mereka lakukan. Ketika Hamzah lewat di tempat itu sepulang dari berburu, budak perempuan tersebut memberitahukan peristiwa yang terjadi tadi kepada Hamzah. Sebagai pemuda Quraisy, Hamzah langsung meradang. Ia beranjak pergi mencari Abu Jahal. Ketika masuk masjid, ia mendapati Abu Jahal, dan langsung membentaknya, “Hai manusia berpantat kuning, beraninya kamu mencela dan memukul anak saudaraku padahal aku berada di atas agamanya!” Seketika itu juga dia memukul kepala Abu Jahal dengan tangkai busur hingga menimbulkan luka menganga.

Semenjak itu Hamzah memilih masuk Islam. Hamzah adalah seorang pemuda yang pemberani dan cukup disegani oleh orang-orang Quraisy. Dengan masuk Islamnya Hamzah, Nabi saw mendapatkan amunisi dan pendukung dakwah tambahan yang sangat penting. Nyatanya sejak Hamzah masuk Islam, siksaan orang-orang Quraisy terhadap Nabi mulai sedikit berkurang.

28. Keislaman Umar ibn Khathab

Belum berhenti angin segar bertiup ke pihak muslimin dengan keislaman Hamzah ibn Abdul Muthallib, Nabi saw kembali mendapatkan suntikan tenaga baru untuk berdakwah dengan masuk Islamnya Umar ibn Khathab. Dengan berpindahnya Umar ibn Khathab ke pihak muslimin, siksaan yang diberikan orang-orang Quraisy kepada Nabi saw semakin banyak berkurang. Nabi saw pun semakin leluasa melancarkan dakwahnya kepada manusia. Keislaman Umar ibn Khathab ini merupakan jawaban Allah atas doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi saw, “Ya Allah, kuatkanlah dengan salah satu dari dua orang yang Engkau cintai: Umar ibn Khathab atau Abu Jahal ibn Hisyam.

29. Piagam Pemboikotan Nan Terkoyak

Masuk Islamnya Hamzah ibn Abdul Muthallib yang disusul oleh Umar ibn Khathab membuat kaum kafir Quraisy kehilangan celah untuk melakukan penyiksaan secara fisik terhadap Rasulullah saw. Mereka mulai menempuh cara baru yang lembut. Mereka menawarkan kepada Muhammad saw harta milik seluruh penduduk Mekah, ditambah diangkat menjadi pemimpin tertinggi suku Quraisy, serta beliau dijanjikan akan diangkat sebagai raja di semenanjung Arab memimpin mereka, asalkan beliau mau menghentikan dakwahnya. Semua tawaran tersebut ditampik oleh Rasulullah saw.

Meski menemui kegagalan demi kegagalan dalam menghentikan dakwah Islam, kaum Quraisy tidak berhenti mencari cara lain untuk bisa menggoyahkan langkah Muhammad saw dan para sahabatnya. Mereka mulai memikirkan cara yang sangat jahat yaitu dengan memboikot Bani al-Muthallib dan Bani Hasyim. Kedua rumpun tersebut bergabung menjadi satu di wilayah keluarga Abu Thalib, dan mereka mulai diisolir pada malam awal bulan Muharram tahun ketujuh kenabian kecuali Abu Lahab.

Selama masa pemboikotan, Bani Hasyim dan Bani al-Muthallib dilarang menikah, berjual beli, berteman, berkumpul, kecuali jika secara sukarela mereka menyerahkan Muhammad saw untuk dibunuh. Maklumat pemboikotan ini ditulis dalam sebuah piagam pada selembar papan yang kemudian digantungkan di tembok bagian dalam Kakbah. Tiga tahun pemboikotan tersebut berjalan. Hari demi hari cadangan persediaan makanan semakin menipis dan akhirnya habis. Hingga mereka hanya bisa memakan dedaunan dan kulit binatang. Tidak jarang suara para wanita dan anak-anak terdengar merintih kelaparan. Kalaupun ada bahan makanan yang bisa masuk, itu dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dan jumlahnya tidak seberapa.

Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib cukup tahan dengan kesengsaraan tersebut. Mereka mampu menjalaninya hingga tiga tahun lamanya. Kaum Quraisy sendiri sebetulnya terbagi menjadi dua kelompok antara yang setuju dan yang tidak setuju terhadap pemboikotan tersebut. Diantara mereka yang tidak setuju adalah Abu Thalib dan Muth‘im ibn Ady. Puncaknya Abu Thalib mengabarkan kepada mereka apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw –yang didapat melalui wahyu dari Allah— bahwa piagam tersebut sudah terkoyak dimakan rayap. Abu Thalib berkata lantang bahwa jika apa yang dikabarkan Muhammad saw itu benar, maka Quraisy harus menghentikan pemboikotan mereka terhadap Bani Hasyim dan Bani al-Muthallib.

Muth‘im ibn Ady segera bergegas masuk Kakbah untuk melihat keberadaan piagam tersebut. Benar saja, papan piagam itu sudah terkoyak dimakan rayap dan hanya tinggal tulisan “Bismikallahumma (Dengan nama-Mu ya Allah),” serta bagian-bagian yang terdapat kata “Allah”. Melihat hal tersebut, piagam itu langsung disobek oleh Muth‘im ibn Ady dan mereka semua sepakat membatalkan atau menghentikannya.

Dari peristiwa ini terdapat dua tanda kenabian yang nyata. Pertama, Allah menolong Nabi-Nya dengan mengutus rayap-rayap agar memakan piagam tersebut. Kedua, Nabi mendapatkan informasi bahwa papan piagam tersebut telah terkoyak dimakan rayap dari wahyu Allah kepadanya. Dalam hati masyarakat Quraisy pun mengakui benarnya kenabian tersebut, namun karena gengsi mereka lagi-lagi menolak untuk mengimani Nabi Muhammad saw.

30. Titik Puncak Kedukaan

Rasulullah telah merasakan kepedihan yang mendalam di masa kecil. Tatkala dewasa beliau masih harus merasakan hal yang sama bahkan menambah rasa pedihnya apa yang telah dialami di masa lalu. Kedukaan tersebut disebabkan oleh meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah ra.

Abu Thalib, meski lisannya tidak menyatakan masuk Islam, dia adalah paman Nabi saw yang setia melindungi beliau dari siksaan orang-orang Quraisy. Keberadaannya membuat orang-orang Quraisy segan sehingga mereka kesulitan mencari peluang untuk melakukan penganiayaan terhadap Nabi saw. Sementara Khadijah adalah istri yang telah menyokong segala kepentingan dakwah beliau saw, baik dari segi moril maupun finansial. Meninggalnya dua orang penting ini jelas menorehkan kesedihan yang mendalam di hati Nabi saw, bahkan beliau mengkhawatirkan perjalanan dakwah beliau selanjutnya tanpa sokongan dua orang tersebut. Apalagi jarak waktu meninggalnya mereka sangat dekat.

Peristiwa ini menyebabkan duka yang menumpuk dan memuncak di dada Nabi saw. Namun hikmahnya adalah mematangkan ketabahan dan keteguhan Nabi saw. Beliau pernah mengalami duka ini di masa kecil, dan beliau mampu melewatinya, tetapi perlu diakui bahwa beliau belum matang benar pada waktu itu. Maka peristiwa meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah ini berguna untuk mematangkan keteguhan Nabi saw.

Selain itu, Allah juga ingin menunjukkan kepada Nabi saw bahwa keberhasilan dakwah bukan ditentukan oleh orang-orang yang menyokongnya. Keberhasilan dakwah ditentukan oleh Allah swt. Orang-orang yang menyokong dakwah hanyalah anugerah dari Allah. Ketika mereka diambil oleh Allah, maka dakwah tetap akan berlanjut dengan sokongan orang yang lain lagi. Allah pasti akan menolong beliau. Allah pasti akan menganugerai beliau pendukung-pendukung yang lain yang lebih baik dan lebih tepat untuk menghantarkan dakwah beliau kepada kejayaannya.

Ini menjadi pelatihan tawakal bagi Nabi saw, bahwa dalam menjalankan roda dakwah, beliau hanya pantas menggantungkan keberhasilannya pada Allah swt, bukan pada orang-orang yang mendukung dan menyokongnya.

31. Keajaiban Malam Isra-Mikraj

Setelah merasakan duka yang sangat mendalam akibat ditinggal oleh orang-orang yang dicintainya, Nabi Muhammad saw dihibur oleh Allah dengan sebuah perjalanan bersejarah yang penuh kemukjizatan, yaitu Isra-Mikraj. Di sini Allah membesarkan hati beliau saw, menunjukkan kepada beliau bahwa amanah yang beliau usung terlampau agung untuk ditinggalkan begitu saja. Amanah tersebut terlalu mulia untuk diratapi hanya karena meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah. Amanah tersebut masih akan terus berlanjut. Misi tersebut masih tetap agung. Dan beliau harus kembali memupuk semangat guna menggerakkan kembali roda dakwah yang sempat terganggu akibat kedukaan tadi.

Dalam Isra-Mikraj terjadi begitu banyak peristiwa ajaib yang semakin menambah keyakinan dan semangat Rasulullah saw untuk terus melanjutkan dakwah. Tidak ada alasan bagi beliau untuk berhenti. Dalam perjalanan tersebut beliau telah diperlihatkan banyak hal, salah satunya tentang surga dan neraka. Itu menjadi motivasi bagi beliau untuk berjuang menyelamatkan umatnya dari jurang kebinasaan. Selain itu, beliau tidak bisa lagi mundur ke belakang setelah tahu bahwa beliau adalah penghulu para nabi ketika beliau mengimami shalat para nabi di Baitul Maqdis. Beliau harus meneruskan rantai perjuangan ini. Beliau-lah ujung tombak terakhir bagi keberhasilan risalah tauhid.

32. Lolos dari Pengepungan Quraisy

Berbagai macam cara yang ditempuh Quraisy untuk meredam dakwah Nabi Muhammad saw tidak ada yang membuahkan hasil. Orang-orang Quraisy semakin gusar ketika banyak sahabat Nabi saw telah berhijrah ke Yatsrib untuk bergabung dengan suku Aus dan Khazraj. Mereka membayangkan pihak muslim telah membangun kekuatan yang besar di Yatsrib. Jika Muhammad saw dan beberapa sahabat besar bergabung pula ke sana, maka itu bisa menjadi petaka bagi Quraisy.

Quraisy pun segera menyelenggarakan rapat darurat di Darun Nadwah yang waktu itu dihadiri oleh semua pemuka kabilah Quraisy, guna membahas cara paling jitu untuk menghentikan gelombang hijrah orang muslim ke Yatsrib. Mereka menyadari bahwa sumber bara api ini adalah Muhammad saw, maka Muhammad-lah yang harus dihentikan. Namun, dengan cara apa Muhammad saw dihentikan? Itulah yang mereka rapatkan. Setelah berbagai usulan cara diajukan namun tidak ada yang disepakati, akhirnya usulan terakhir dari Abu Jahal ibn Hisyam disepakati oleh semua peserta rapat.

Abu Jahal mengusulkan untuk membunuh Muhammad saw. Teknisnya, masing-masing kabilah di Quraisy harus menunjuk satu orang pemuda mereka yang tangguh dan berdarah bangsawan sebagai perwakilan. Para pemuda yang mewakili kabilah mereka masing-masing itu diberi pedang tajam dan mereka harus mengepung rumah Muhammad saw. Apabila Muhammad saw keluar dari rumahnya, mereka masing-masing musti menebas leher beliau dengan sekali tebasan yang langsung membunuhnya. Dengan begitu, darah Muhammad tercecer oleh semua kabilah yang ada, sehingga Bani Abd Manaf akan kesulitan menuntut balas dari semua kabilah yang ada –apalagi harus memerangi semuanya.

Rencana tersebut ditutup rapat oleh Quraisy sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Namun, Nabi Muhammad saw mendapatkan bocoran informasi tentang rencana Quraisy tersebut dari Allah swt pada siang hari sebelum pelaksanaan eksekusi. Maka beliau menemui Abu Bakr dan memintanya untuk bersiap-siap menyertai beliau berhijrah. Sebelum pemuda-pemuda perwakilan Quraisy mengepung rumah Rasulullah saw, Abu Bakr dan Aly telah hadir di rumah Nabi saw untuk mendiskusikan strategi terbaik melakukan hijrah. Malam hari ketika para pemuda Quraisy sudah mengepung rumah Rasulullah, penghuni rumah juga segera melaksanakan strategi yang sudah mereka persiapkan.

Aly ra diminta tidur di tempat tidur Rasulullah saw. Sementara Rasulullah saw dan Abu Bakr ra mengendap-endap keluar rumah. Atas pertolongan Allah, pemuda-pemuda Quraisy yang mengepung rumah Rasulullah tidak melihat mereka berdua berjalan keluar. Mereka berdua berhasil lolos dari pengepungan tersebut. Sementara para pemuda Quraisy mengira Rasulullah masih berbaring di tempat tidurnya. Mereka masih tetap menunggu sampai Subuh tiba karena Rasulullah saw pasti akan keluar pada waktu itu. Apa yang mereka prediksikan meleset, sebab Rasulullah saw sudah tidak ada di dalam rumah itu.

33. Tertutupnya Pandangan Mata Para Pemburu

Menyadari rencana mereka untuk membunuh Rasulullah saw gagal, dan bahwa Rasulullah saw dan Abu Bakr telah keluar berhijrah menuju Yatsrib, orang-orang Quraisy tidak tinggal diam. Dugaan mereka, Rasulullah saw masih berada di sekitar Mekah. Mereka pun mengerahkan tenaga optimal untuk memburu Rasulullah saw dan Abu Bakr al-Shiddiq. Para pemuka kabilah bahkan mengumumkan, siapapun yang berhasil mendapatkan Muhammad saw hidup atau mati, akan memperoleh hadiah besar. Dengan demikian gerakan pencarian tersebut sangat frontal, dimana setiap orang berhasrat ingin menemukan Muhammad saw.

Dengan situasi yang berkecamuk seperti itu, tidak ada pilihan bagi Rasulullah saw dan Abu Bakr ra kecuali bersembunyi untuk sementara waktu di gua Tsur sampai gelombang pencarian mereda. Tidak selang beberapa lama setelah beliau berdua sudah masuk ke dalam gua Tsur, orang-orang Quraisy sampai di mulut gua. Ajaibnya, orang-orang Quraisy seakan lupa standar pencarian yang paling mendasar yaitu melihat apakah ada jejak telapak kaki di tanah di depan mulut gua. Setelah tidak mendapati apapun di mulut gua, orang-orang Quraisy tersebut pergi begitu saja. Padahal, di dalam gua, Abu Bakr sempat khawatir, kalau saja salah seorang pencari melihat jejak telapak kaki beliau berdua, pastilah beliau berdua ditangkap. Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya di sini. Allah menutup pandangan mata para pemburu sehingga tidak melihat telapak kaki Rasulullah saw dan Abu Bakr ra di depan mulut gua.

34. Tergelincirnya Suraqah ibn Malik

Setelah situasi sedikit mereda, Rasulullah saw dan Abu Bakr ra bersiap keluar dari gua Tsur. Sebelumnya mereka berdua telah mengupah Abdullah ibn Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang berpengalaman, untuk mendatangi mereka di gua Tsur pada hari ketiga setelah pelarian dengan membawa dua ekor onta. Meski Abdullah ibn Uraiqith belum memeluk Islam, ia dipercaya oleh Nabi Muhammad saw dan Abu Bakr al-Shiddiq karena profesionalitasnya.

Abdullah ibn Uraiqith memenuhi “kontrak kerja” tersebut. Ia mendatangi beliau berdua di gua Tsur dengan membawa dua ekor onta. Lalu mereka bertiga beserta dua onta tadi berjalan menelusuri padang pasir yang paling aman dari pantauan Quraisy hingga sampai di perbatasan luar Mekah. Setelah itu Abdullah ibn Uraiqith pergi dan membiarkan beliau berdua melanjutkan perjalanan.

Di dalam kota Mekah, gejolak sudah terlanjur menggema. Gelombang pencarian dan pengumuman akan hadiah besar bagi orang yang menemukan Muhammad saw juga sudah tersebar kemana-mana. Berita itu sampai juga ke telinga Suraqah ibn Malik yang sangat bersemangat melakukan pencarian demi upah besar yang dijanjikan pemuka Quraisy. Dari salah seorang kerabatnya di perbatasan kota Mekah, ia mendapatkan informasi dua orang yang berjalan keluar dari kota Mekah dengan dua ekor onta.

Dengan bekal pengalaman berburunya, ia menelusuri padang pasir berdasarkan informasi tersebut. Semakin mendekati garis perbatasan kota Mekah, jejak-jejak kaki kian jelas terlihat sehingga Suraqah pun makin bersemangat. Ia memacu kudanya lebih kencang mengikuti jejak-jejak tersebut. Sedikit di luar kota Mekah, Suraqah betul-betul berhasil menemukan sosok Muhammad saw dan Abu Bakr ra. Kuda tunggangannya yang sudah melaju kencang, dipacunya lagi sehingga lebih kencang. Namun, tiba-tiba kuda itu terpeleset sehingga Suraqah jatuh tersungkur ke tanah.

Suraqah tidak menyerah begitu saja. Ia segera bangkit menaiki kembali kudanya, dan mulai mempersiapkan anak panahnya. Namun, jarak pandangnya untuk melontarkan anak panah terganggu oleh kepulan debu yang tebal. Ia pun memutuskan lebih memacu kudanya mendekati dua sosok yang dicurigainya sebagai Muhammad saw dan Abu Bakr ra sembari menghunuskan pedang. Tatkala jaraknya sudah sangat dekat, Suraqah mulai mengayunkan pedangnya. Namun, sekali lagi kudanya terpeleset dan ia pun jatuh tersungkur.

Malang bagi dia, pedangnya terlepas dari genggaman tangannya. Pedang itu kini berada di tangan Rasulullah saw. Suraqah sudah tak punya daya lagi. Ia pasrah diperlakukan apapun oleh Muhammad saw. Namun, dengan kebesaran hati, Rasulullah saw melepaskan Suraqah pergi dan mengembalikan pedangnya. Suraqah merasakan ada sesuatu yang tidak biasa dalam perburuannya kali ini. Tidak biasanya kudanya tergelincir sampai begitu rupa apalagi di jalanan yang rata seperti itu. Ditambah lagi rasa kagumnya akan kebesaran hati Muhammad saw yang mau memaafkan dia, dia pun pergi begitu saja dan tidak melanjutkan upaya perburuan tersebut.

35. Domba Tua Mengeluarkan Susu

Rasulullah saw dan Abu Bakr al-Shiddiq terus melanjutkan perjalanan hingga mereka sampai di tenda milik Ummu Ma‘bad. Ummu Ma‘bad dikenal sebagai wanita yang murah hati dan berusaha menghormati setiap tamu yang beristirahat di pepohonan di dekat tendanya dengan mempersiapkan makanan dan minuman yang ia punya. Namun, pada saat itu kebetulan ia sedang tidak punya bahan makanan untuk dihidangkan. Ketika itu sedang masa paceklik dan domba-dombanya kurus bagaikan kulit membungkus tulang.

Rasulullah saw memandangi kambing betina di samping Ummu Ma‘bad yang ternyata kambing tua yang sudah tidak melahirkan anak dan tidak lagi bisa memberikan susu. Rasulullah saw meminta izin untuk memerah susu dari kambing tersebut. Ummu Ma‘bad mengizinkannya, memberikan kesempatan bagi tamunya untuk melakukan suatu usaha, karena ia sendiri juga tidak punya hidangan. Nabi saw mulai mengusap kantong kelenjar susu kambing tersebut, melafalkan bismillah, dan berdoa.

Dalam sekejap kantong susu yang tadinya kempes tiba-tiba menggelembung dan membesar. Nabi saw meminta Ummu Ma‘bad mengambilkan bejana untuknya. Lalu beliau memerah susu kambing tersebut dan mewadahinya ke dalam bejana. Belum sempat penuh, beliau mengambil susu tersebut dan mempersilakan Ummu Ma‘bad meminumnya. Ummu Ma‘bad pun meminum susu tersebut hingga merasa kenyang. Setelahnya, Abu Bakr yang dipersilakan minum dan ia pun meminumnya hingga merasa kenyang. Barulah sesudah itu Rasulullah yang meminum susu tersebut dan beliau pun merasa kenyang.

Setelah mereka semua kenyang, Rasulullah memerah lagi susu kambing tersebut hingga bejana terisi penuh. Susu sebejana itu ditinggalkan untuk minum Ummu Ma‘bad dan suaminya. Ummu Ma‘bad hanya bisa terbengong-bengong dan memuji Allah atas apa yang ia lihat. Ia tidak mungkin percaya jika itu dapat dilakukan oleh orang biasa. Ia merasa takjub bagaimana seekor kambing tua masih bisa mengeluarkan susu. Demikianlah Allah menganugerahkan berbagai macam pertolongan dalam perjalanan hijrah Rasulullah saw ke Yatsrib.

36. Runtuhnya Fanatisme Jahiliah

Setibanya di Yatsrib, Nabi Muhammad saw dan sahabatnya disambut bahagia oleh penduduknya. Pekerjaan yang beliau lakukan pertama kali di sana adalah menguatkan perdamaian antara suku Aus dan Khazraj yang pernah diikrarkan pada baiat Aqabah II, serta mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Setelahnya, mereka bersama-sama mendirikan masjid Nabawi sebagai pusat aktivitas umat Islam di kota tersebut. Lalu Rasulullah saw mengganti nama kota Yatsrib dengan nama Madinah. Rasulullah saw pun mengkoordinir mereka membangun sebuah entitas kemasyarakatan baru yang berdiri di atas dasar tauhid dan persaudaraan.

Dengan demikian, runtuhlah fanatisme jahiliah yang sebelumnya telah mengakar di tubuh bangsa Arab hingga beberapa kurun lamanya. Dahulu mereka mudah sekali berperang hanya karena masalah sepele. Percintaan dan permusuhan ditentukan oleh garis darah keturunan. Semenjak datangnya Rasulullah saw, fanatisme-fanatisme tersebut dicerabut dari akarnya. Mereka mulai hidup saling mencintai, berdampingan, dan bersama-sama berusaha mewujudkan cita-cita kemasyarakatan yang bertauhid. Maka tepatlah jika diutusnya Rasulullah saw salah satunya adalah dalam rangka menebarluaskan rahmat dan kedamaian bagi seluruh alam.

37. Kemenangan Islam

Berhasil mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar di dalam kota Madinah tidak serta-merta Rasulullah saw menghilangkan ancaman. Umat muslim di kota ini masih mendapatkan rongrongan dari kaum Yahudi di dalam kota Madinah sendiri. Mereka mengganggu kaum muslim bahkan membuat konspirasi jahat untuk menghembuskan kembali pertikaian kesukuan. Menyadari stabilitas di dalam negerinya terganggu, Rasulullah saw memperingatkan Yahudi agar tidak membuat keonaran. Namun, Yahudi tidak berhenti. Mereka terus saja melakukan provokasi hingga gangguan fisik terhadap umat muslim sehingga meletus sejumlah pertempuran antara muslim dan Yahudi di dalam kota Madinah. Setelah sejumlah pertempuran tersebut, umat muslim keluar sebagai pemenang dan Yahudi harus tunduk pada kesepakatan yang dibuat bersama.

Akan tetapi, gangguan ternyata belum berakhir. Kini dari luar Madinah, gangguan datang dari kaum Quraisy di Mekah. Mereka menyusun kekuatan untuk menyerang Madinah sebagai bentuk pembalasan atas Rasulullah saw juga upaya untuk meredam berkembangnya kekuatan Islam. Umat Islam tidak berdiam diri, berupaya mempertahankan kota Madinah dan melawan makar jahat tersebut. Maka tercatatlah beberapa perang besar yang secara global dimenangkan oleh umat Islam. Hingga akhirnya antara umat muslim di Madinah dan kafir Quraisy Mekah dibawa ke dalam perundingan Hudaibiyah.

Salah satu klausul menyebutkan bahwa siapa ingin bergabung ke pihak Muhammad maka dia diperbolehkan. Dan siapa ingin bergabung ke pihak Quraisy ia juga diperbolehkan. Kabilah manapun yang bergabung dengan salah satu pihak, ia dianggap sebagai bagian dari pihak yang bersangkutan. Dengan demikian setiap kabilah terikat untuk menjaga perdamaian dan hasil perundingan tersebut. Jika sebuah kabilah memulai provokasi dan penyerangan, maka pihak tempat ia bernaung dinyatakan melanggar perjanjian dan berarti harus diperangi.

Atas dasar itu, kabilah Khuza‘ah bergabung dengan pihak Nabi saw, sedangkan kabilah Bani Bakr memilih bergabung dengan pihak Quraisy. Dengan demikian kedua kabilah yang sudah lama terlibat permusuhan ini musti menaati semua klausul perdamaian yang ada dalam perjanjian Hudaibiyah. Situasi ini justru dimanfaatkan oleh Bani Bakr untuk melampiaskan kebenciannya pada Khuza‘ah. Mereka melakukan penyerangan terhadap Khuza‘ah, dan Khuza‘ah tidak dapat membalas karena masih terikat oleh perjanjian Hudaibiyah.

Merujuk pada klausul perjanjian di atas, maka penyerangan Bani Bakr terhadap Khuza‘ah ini merupakan bentuk pelanggaran Quraisy terhadap kesepakatan perjanjian Hudaibiyah. Dengan demikian, batallah perjanjian damai tersebut, dan pasukan muslimin berhak untuk melakukan penyerangan terhadap Quraisy di Mekah. Maka terjadilah penaklukan Mekah yang dalam catatan sejarah dikenal dengan nama Fath Makkah. Penaklukan ini pada akhirnya terhindarkan dari pertumpahan darah karena pihak Quraisy yang menyadari kesalahannya tidak berani melakukan perlawanan. Sebagian besar dari mereka kemudian memilih masuk Islam, sedangkan sebagian lain memilih diam menyaksikan berhala-berhala mereka di sekitar Kakbah dihancurkan oleh pasukan muslimin.

Peristiwa ini menjadi puncak kemenangan Islam. Terbuktilah janji-janji Allah kepada Muhammad saw bahwa agama Islam akan dimenangkan.

38. Tetaplah Seorang Manusia

Setelah kemenangan yang nyata di kota Mekah sehingga Rasulullah saw mampu mengendalikan Mekah dan Madinah sekaligus, masih ada sejumlah gangguan dari pihak-pihak lain. Sehingga, meletuslah beberapa peperangan lagi yaitu Perang Hunain dan Perang Tabuk. Selepas dua perang besar ini, stabilitas umat Islam makin kokoh. Kondisi umat mencapai kemapanannya, dan misi risalah telah tertunaikan dengan sempurna. Rasulullah saw berada di ujung keberhasilan tugasnya.

Dalam Haji Wada‘ Rasulullah saw menyampaikan pidato yang secara tersirat mengandung sinyal kata perpisahannya kepada umat. Tidak banyak sahabat yang mengerti akan hal ini. Sekembalinya ke Madinah Rasulullah saw masih sempat memimpin umat hingga beberapa lama, bahkan beliau masih sempat beriktikaf Ramadhan di tahun berikutnya. Pada saat Ramadhan itulah Jibril mengetes hafalan al-Qurannya sampai dua kali, padahal biasanya cuma sekali. Tidak selang berapa lama Rasulullah saw jatuh sakit. Beliau tidak dapat memimpin shalat jamaah dan peran itu diberikannya kepada Abu Bakr al-Shiddiq.

Sakit beliau semakin parah hingga akhirnya beliau meninggal dunia. Beberapa sahabat tidak percaya akan hal ini. Salah satunya Umar ibn Khathab yang dengan emosional mengancam akan memukul siapapun yang berani mengatakan bahwa Rasulullah saw telah meninggal. Saat suasana di luar rumah Rasulullah memanas, Abu Bakr keluar dan menenangkan mereka. Ia berkata lantang, “Barangsiapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tapi barangsiapa menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak meninggal. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Telah berlalu beberapa orang rasul sebelum dia. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian akan berbalik ke belakang (murtad)?

Kata-kata Abu Bakr sontak membuat Umar dan para sahabat lain tersadar. Mereka pun menerima kenyataan bahwa Rasulullah telah berpulang keharibaan Allah. Bagaimanapun Muhammad saw juga tetap seorang manusia yang mempunyai ajal kematian. Beliau bukan sosok dewa sebagaimana halnya Krisna dalam kepercayaan Hindu. Beliau juga bukan manusia setengah dewa seperti Herkules dalam mitologi Yunani. Beliau manusia biasa pula yang meninggal dunia bila ajal telah menghampirinya.

Namun, meskipun figur pembawa ajaran Islam ini meninggal, ajarannya tidak mati. Ajarannya terus hidup menginspirasi relung hati miliaran manusia. Ini sebuah bukti bahwa Islam adalah agama untuk alam, agama untuk semua manusia, bukan agama untuk Muhammad. Tuhan pun sejatinya hanya Allah, tidak pantas menuhankan Muhammad, sehingga meski figur pembawa Islam ini meninggal, umatnya tetap harus tunduk beribadah kepada Allah swt. Ketaatan mereka adalah murni untuk Allah, bukan karena keberadaan Muhammad saw. []

Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.
Kesempatan terbatas!

Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:

Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.
Kesempatan terbatas!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Maaf, konten terlindungi. Tidak untuk disebarkan tanpa izin.