ka'bah mekah

Ka’bah Mekah: Sejarah Pembangunan & Perkembangannya

Ka’bah Mekah – Masjidil Haram adalah masjid pertama yang dibangun di bumi. Ibnu Umar mengatakan bahwa sesungguhnya rumah Allah diciptakan dua ribu tahun sebelum bumi. Allah SWT mengutus malaikat dan berfirman kepadanya, “Bangunlah sebuah bangunan di bumi seperti baitul makmur.”

Dari Abu Dzar, Rasulullah saw. bersabda:

أَوَّلُ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى وَمَا بَيْنَهُمَا أَرْبَعُونَ سَنَةً

“Masjid pertama yang ada di bumi adalah masjidil haram, kemudian Masjidil Aqsha dan di antara keduanya empat puluh tahun.” (HR Ahmad, Syaihani, Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Penjelasan terkait kronologis pembangunan Masjidil Haram adalah sebagaimana yang diterangkan oleh para ulama dan para imam, yaitu pertama-tama yang membangun adalah:

  • para malaikat,
  • diteruskan Adam,
  • anak Adam,
  • Ibrahim,
  • Amaliqah,
  • Jurhum,
  • baru Qushai, ialah yang pertama memberi atap Ka‘bah. Diriwayatkan dari Thabrani dari Sa’id al-Khudri bahwa orang yang pertama kali memperbarui Ka‘bah setelah apa yang dilakukan Kilab bin Murrah adalah Qushai.
  • Baru setelah itu generasi selanjutnya, yaitu Quraisy,
  • Abdullah bin Zubair,
  • lalu Hajaj.

Untuk lebih lengkapnya, berikut ceritanya.

 

Sejarah Pembangunan Ka’bah Mekah

Malaikat adalah yang pertama kali membangun Ka’bah Mekah, merekalah yang berhaji dua ribu tahun sebelum Adam. Saat itu, Jibril datang kepada Adam membantu menggaris tempat Ka’bah Mekah berada. Malaikat menggali tanah hingga lapis ketujuh. Kisah versi lain, Adam dan Hawa ikut memikul tanah hingga terlihat sumber air dari dalam galian tanah. Kemudian, malaikat melempar batu besar sambil mengawasi dari atas bumi, kemudian disusul oleh Adam yang membangunnya. Selanjutnya, setelah tenda permata diangkat, setelah kematian Adam, anak Adam melanjutkan meletakkan batu di tempat itu. Tempat itu pun menjadi lokasi yang makmur hingga datang tragedi banjir yang menenggelamkan tempat tersebut hingga menjadi bukit berwarna merah yang dikenal di kemudian hari.

Dalam Bahrul Amiq diceritakan bahwa tempat Ka’bah Mekah telah menghilang saat banjir pada era Nabi Nuh a.s. dan Ibrahim a.s. Tempatnya yang berada di bukit berwarna merah, segumpal tanah liat, yang tidak lebih tinggi dari aliran air sehingga orang-orang mengetahui kondisi yang seperti itu dan tidak menetapkan tempatnya. Orang-orang pun yang telah terzalimi datang dari penjuru negeri, demikian juga orang-orang yang dalam kesempitan. Semua permintaan mereka di sana pasti dikabulkan, orang-orang pun berhaji dan berdatangan ke tempat tersebut hingga Allah tempatkan Ibrahim di tempat itu.

Dari Ibnu Umar r.a., ketika Ka’bah Mekah diangkat saat terjadi angin topan. Para nabi saat berhaji tidak mengetahui di mana Ka‘bah berada hingga Allah mengutus Ibrahim dan memberitahukan tempat tersebut.

Terkait pembangunan Masjidil Haram, berikut petikan kisah dari Ali bin Abi Thalib r.a. Sesungguhnya  Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim a.s. dengan memerintahkan kepadanya membangun rumah di bumi. Ibrahim merasa tidak mampu, kemudian Allah menurunkan ketenangan kepadanya, yaitu berupa angin ribut hingga Makkah, melingkari tempat Ka‘bah sekarang berada, Ibrahim diperintahkan membangun di tempat itu.

Allah berfirman, “Ibrahim dan anaknya yang membangun hingga termasuk tempat hajar aswad.” Ibrahim lalu berkata, “Carikan aku batu!”  Lalu, anaknya pergi mencari batu dan saat kembali bapaknya sedang meletakkan batu hitam di tempatnya. Anaknya pun bertanya kepadanya, “Wahai ayah, siapa yang membawa batu ini?” Ia menjawab, “Telah datang kepadaku orang yang tidak menyerahkan pembangunannya kepadamu. Telah datang kepadaku Jibril a.s.” (HR Baihaqi)

Dikatakan bahwa ketika pembangunan Ka‘bah telah mencapai tempat hajar aswad, Ibrahim as. berkata kepada Ismail, “Carilah batu!” Kemudian, datanglah Jibril membawakan batu hitam itu. Allah SWT telah menitipkannya di Abu Qubaisy saat terjadi banjir bandang pada masa Nabi Nuh a.s.

Allah SWT berfirman, “Apabila engkau melihat kekasih-Ku Ibrahim sedang membangun rumah-Ku maka keluarkanlah ia darinya.”

Saat Ismail bertanya, “Wahai Bapakku, dari mana ini?”

Ibrahim a.s. menjawab, “Datang kepadaku seseorang yang tidak menyerahkan pembangunan kepadamu. Telah datang Jibril a.s. kepadaku.”

Terkait kisah dari mana proses datangnya hajar aswad, terdapat banyak versi riwayat. Di antaranya ada yang mengatakan bahwa ia dibawa oleh Malaikat Jibril a.s., Riwayat lain menerangkan bahwa Ibrahim naik ke bukit dan mengambilnya dari Abu Qubaisy. Sedangkan riwayat yang lain menerangkan bahwa batu itu memanggil Ibrahim dari Abu Qubaisy. Beragam versi tersebut dapat dipadukan bahwa batu itu memanggil Ibrahim a.s. lalu ia naik ke atas bukit untuk mengambilnya. Kemudian, Jibril a.s. memberikan kepadanya.

Sebuah riwayat mengisahkan bahwa ketika Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk membangun Ka’bah Mekah, datanglah rasa ketenangan dalam diri Ibrahim seakan ia adalah  awan yang memiliki kepala yang dapat berbicara. Ia memiliki wajah laksana wajah manusia. Ia berkata kepada Ibrahim, “Wahai Ibrahim, ambillah naunganku dan bangunlah di situ, tidak lebih dan tidak kurang.” Ibrahim pun mengambil naungannya. (HR Baihaqi)

Dalam riyawat Baihaqi ada versi lain, ketenangan menyelimuti tempat Ka‘bah seperti naungan ular. Kemudian, Ibrahim dan Ismail membangun Ka‘bah yang belum memiliki atap sehingga orang-orang sering melempar perhiasan atau makanan ke dalamnya hingga dalam perjalanan waktu, rusaklah ia. Oleh karena itu, Ali r.a. menuturkan bahwa Ka’bah Mekah dibangun kembali oleh Amaliqah, kemudian rusak lagi dan dibangun oleh Jurhum, dan selanjutnya oleh suku Quraisy.

Sebuah riwayat menyatakan bahwa pernah suatu ketika ada lima orang dari suku Jurhum saling bersepakat untuk bersama-sama mengambil perhiasan yang ada di dalam Ka’bah Mekah. Setiap sudut dijaga oleh salah seorang di antara mereka. Adapun lelaki yang satunya bertugas membobol Ka’bah Mekah sehingga murka Allah menjadikan dirinya jatuh dari atas ke bawah dalam keadaan terbalik hingga mati. Kejadian itu membuat empat orang temannya lari tunggang langgang. Setelah itu, menurut riwayat Baihaqi dan al-Azraqi, Allah SWT mengirimkan ular berwarna putih berkepala hitam untuk menjaga Ka‘bah selama lima ratus tahun sehingga tidak seorang pun yang mendekati untuk menggangunya. Hal itu berlangsung hingga Ka’bah Mekah dibangun ulang oleh suku Quraisy.

Versi lain terkait pembangunan Ka‘bah adalah yang dikisahkan oleh Sa’duddin al-Kazaruni dan penulis Bahrul A’miq bahwa Ka’bah Mekah dulunya dibangun tanpa atap. Kiswahnya dijulurkan dari atas tembok diikat dari dalam. Dikatakan bahwa pihak yang pertama memberi atap adalah Tubba’ saat hendak pergi ke Baitul Haram melihat kerusakan yang dialaminya karena terkena angin. Atas intruksi seorang rahib maka Tubba’ hanya memberi atap. Lalu, mereka berkata kepadanya, “Ia ada yang memilikinya, yang akan mencegahnya dari marabahaya. Kemudian, Tubba’ hanya memberinya atap.” Lalu,  datanglah seorang perempuan mengharumi Ka‘bah dengan dupa hingga nyali api dupa membakar satir Ka‘bah. Temboknya rusak.

Makkah juga pernah mengalami sapuan badai banjir sehingga penduduk Makkah berusaha membendung banjir itu agar tidak mengenai Ka‘bah. Mereka bermusyawarah, tetapi tiba-tiba ada berita ada kapal Romawi yang pecah di Kota Jedah. Mereka pun akhirnya membeli kayu kapal itu untuk membangun Ka‘bah.

Setelah mereka mengumpulkan peralatan pada pagi hari dan ingin menghancurkan Ka‘bah, keluarlah seekor ular berkepala hitam dan putih, anggota tubuhnya yang menjaga barang-barang di Ka‘bah. Mereka pun akhirnya turun. Walid bin al-Mughirah berkata, “Bukankah kalian ingin merenovasi?” Mereka menjawab, “Iya.” “Kalau demikian, jangan takut karena Allah tidak akan menghancurkan orang-orang yang ingin memperbaikinya.” Mereka pun berkata, “Ya Allah, jika Engkau ridha, buatlah ular itu sibuk.” Lalu, datanglah burung dari udara dalam bentuk kalajengking, punggungnya berwarna hitam, perutnya putih, kakinya kuning, mengambil kepala ular, ia bawa terbang menuju Hajun.

Dikisahkan juga bahwa burung itu adalah melata yang ada di bumi. Saat orang-orang dalam keadaan demikian, mereka tetap takut untuk menghancurkannya. Mereka pun bertanya kepada yang lain, “Siapa yang akan memulai menghancurkannya?” Walid pun menjawab, “Aku yang akan memulai. Aku sudah tua. Apabila ada sesuatu yang  menimpaku, usiaku sudah tua. Apabila tidak terjadi apa-apa maka itu pun tidak akan menambah usiaku.” Kemudian, ia naik dan di tangannya tongkat besi sambil menggerakkan batu yang berada di bawah kedua kakinya. Sambil berkata, “Ya Allah, kami tidak ingin apa-apa kecuali kami hanya ingin memperbaikinya. Akhirnya, ia pun menghancurkannya. Meraka pun bersama-sama memperbaiki hingga mencakup asas Ibrahim. Mereka sempat melihat ada batu yang sebesar unta, batu itu tidak mampu diangkat tiga puluh orang. Walid pun memasukkan tongkat besinya di antara dua batu tersebut hingga pecah dan mengambil sebagiannya. Satu per satu terpecah dan melayang di bawahnya seakan kilat hendak menyambar matanya, bumi Makkah seakan bergetar. Mereka pun melihat apa yang ada di bawah mereka dan ternyata persediaan mereka tidak cukup untuk bisa membangun bangunan. Akhirnya, mereka bersepakat mengurangi tiang enam zira’ dan sejengkal, itulah tempat hajar aswad sekarang.

Terkait tentang pembangunan itu, ada versi lain. Orang-orang mengurangi bangunan itu karena persediaan kayu yang terbatas sehingga bangunan hanya terdiri atas batu padat dan kayu. Mereka angkat pintu dari tanah hingga tidak bisa kemasukan aliran air dan tidak dinaiki, kecuali dengan tangga, dan tidak seorang pun dapat memasukinya, kecuali benar-benar orang yang berniat. Ketika bangunan sampai batas hajar aswad, mereka berselisih dan berlomba-lomba. Akhirnya, mereka bersepakat bahwa yang meletakkan adalah orang yang pertama muncul di masjid hingga akhirnya Rasulullah saw. orangnya. Mereka pun berujar, “Ini adalah al-amin, kami ridha dengannya, dan mereka pun memintanya untuk memutuskan.” Kemudian, beliau membentangkan selendangnya dan meletakkan batu itu di tengahnya sambil meminta setiap seperempatnya ada seorang laki-laki memegang mewakili empat kaumnya. Mereka mengambil sudut kain sambil mengangkat batu itu, sedangkan Nabi saw. naik ke tembok, sambil mengambil kain, lalu meletakkan batu itu pada tempatnya. Mereka mengatapi Ka‘bah dan menjadikan ada enam tiang dalam dua baris. Setiap baris ada tiga. Mereka juga menjadikan ketinggian Ka‘bah setinggi delapan belas zira’ yang sebelumnya setinggi sembilan zira’. Mereka menjadikan saluran air tertuang di hajar aswad. Demikianlah keadaan Ka‘bah selama zaman Nabi Muhammad saw. dan Khulafa’ Rasyidin sampai pada masa Ibnu Zubair, yang diikuti penduduk Hijaz, Yaman, dan yang lainnya. Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan menghancurkan Madinah dan menuju Makkah untuk membunuh Ibnu Zubair, memasang meriam di daerah Abu Qubaisy dan menyerang Ka‘bah, dan temboknya hancur, terkena api sehingga orang-orang berlindung di balik masjid. Di antara mereka ada seorang laki-laki yang menusuk hingga melayang sampai menimpa kiswah. Ketika itu adalah hari ada angin yang membakar kayu sehingga rukun dan batu hajar aswad terbakar terpecah menjadi tiga, lalu Ibnu Zubair satukan dengan perak, menjadi pecah karena tidak kuat, tempatnya yang ada di atas rukun. Mereka terus mengepung hingga Yazid meninggal dan pulanglah pasukannya dengan tangan hampa.

Selanjutnya, para ulama meneruskan kisahnya bahwa ketika pasukan Yazid itu pulang, Abdullah bin Zubair lalu memanggil orang-orang penting berkonsultasi terkait pembongkaran Ka‘bah. Ternyata mayoritas suara menolak upaya itu, di antara yang menolak adalah Ibnu Abbas r.a. Ia berkata, “Biarkan seperti apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah saw. sungguh aku takut akan datang orang sesudahmu orang yang akan membongkarnya, sehingga akan terjadi bongkar-pasang, sehingga mengurangi kesakralannya, kalau mau cukup tinggikan.” Lalu, Ibnu Zubair menjawab, “Demi Allah, seseorang tidak akan rela ditinggikan bangunan rumah bapak-ibunya, bagaimana mungkin aku tinggikan rumah Allah, tetapi karena aku melihat kerusakan yang ada, dari bagian atas hingga ke bawah sehingga burung merpati pun bisa sampai kepadanya yang menyebabkan batu-batunya lepas?” Kemudian, beberapa sahabat memilih untuk melakukan pembongkaran, di antara mereka adalah Jabir bin Abdullah r.a., Ubaid bin Ubaid r.a., Abdullah bin Shafwan bin Umayyah r.a. Restu merekalah dan hadits yang didengar Abdullah bin Zubair dari bibinya, Aisyah r.a. yang meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Aisyah, seandainya bukan karena kaummu adalah umat yang baru saja masuk Islam dari kemusyrikan, tentu akan aku bongkar Ka‘bah dan aku tempelkan dengan bumi, aku buat pintu sebelah timur, barat, dan aku tambah enam zira’ (dari batu hitam itu sebab Quraisy menguranginya saat membangun Ka‘bah, akhirnya aku perlihatkan seperti itu kepadamu), tetapi sekarang terlihat menjadi tujuh zira’.

Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Ahmad dan Sa’id bin Mansur dijelaskan bahwa orang-orang kekurangan dana untuk membangun sehingga hajar aswad pun masuk bagian dari Ka‘bah, pergilah dan shalatlah di sana!”

 

Baca Juga: Khasiat Air Zam Zam

 

Dalam proses renovasi di masa Abdullah bin Zubair, ia bertindak langsung mengumpulkan batu-batu dari benteng. Ketika orang-orang keberatan, ia ambil tongkat besi. Kejadian itu terjadi pada hari Sabtu pertengahan Jumadil Akhir tahun enam puluh empat. Di samping itu, menyuruh seorang hamba sahaya dari Habasyah meninggikan Ka‘bah, berharap orang itu adalah orang yang digambarkan oleh Nabi saw. dalam sabdanya, “Ka‘bah akan dibongkar oleh orang yang memiliki betis kecil dari Habasyah.” (HR Bukhari)

Versi riwayat lain adalah yang dikisahkan oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa ketika itu ia sedang keluar menuju Mina, lalu ia meminta kepada Ibnu Zubair untuk tidak membiarkan manusia tanpa pancang kiblat dan penutup yang dapat mereka pergunakan batas thawaf dan shalat mereka. Lalu, ia pun menurut, membongkar Ka‘bah dan meratakannya dengan tanah, berikut membongkar asas Ibrahim a.s. yang masuk ke dalam bagian batu berjarak enam zira’ dan sejengkal. Terdapat batu sebesar unta, kemudian digerak-gerakkan, sambil memanggil lima puluh orang laki-laki, satu orang memegang tongkat besi di tangannya  sambil berusaha memasukkannya di bagian tiang Ka‘bah sehingga goyanglah semua sudut Ka‘bah, hingga kota Makkah bergetar dan orang-orang berlari-lari. Lalu, Ibnu Zubair berkata, “Saksikan, ia tempatkan bangunan di atas asas, membuat dua pintu, sekaligus menambah tinggi Ka‘bah menjadi sembilan zira’ hingga menjadi dua puluh tujuh zira’, dan menjadikan pancuran air memancang ke arah batu. Seusai merenovasi, diteteskan di mulutnya dengan parfum dan misik, demikian juga temboknya, sambil menutupnya dengan kain sutra.

Dikisahkan kemudian Ibnu Zubair berkata, “Barang siapa memiliki ketaatan kepada Allah maka laksanakan umrah, berangkat dari Tan’im. Barang siapa yang menyembelih unta, lakukan. Barang siapa yang tidak mampu maka sembelihlah kambing. Barang siapa yang tidak mampu lagi maka berinfaklah semampunya. Lalu, ia pergi menuju Tan’im sambil berjalan dan orang-orang pun mengikutinya untuk melaksanakan umrah bersama. Sungguh, rasa kesyukuran yang luar biasa. Sebab, pada hari itu tidak ada hamba yang lebih banyak dimerdekakan, tidak ada yang melebihi orang menyembelih kurban unta, kambing, dan tidak pula orang bersedekah dari hari selain itu.” Ibnu Zubair sendiri menyembelih unta sebanyak  seratus. Saat thawaf, tidak lupa ia usap setiap sudut Ka‘bah, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Atas tuntunan yang dicontohkan Ibnu Zubair itu, penduduk Makkah selalu melaksanakan umrah pada malam dua puluh tujuh bulan Rajab yang diperuntukkan untuk Ibnu Zubair. Demikianlah perjalanan sejarah Ka‘bah hingga datang masa Hajaj bin Yusuf ats-Tsaqafi yang membunuh Abdullah bin Zubair pada masa kekhalifahan Abdul Malik.

Dikisahkan bahwa ketika Hajaj mengepung Ibnu Zubair, ia kitari Kota Abu Qabaisy dengan meriam dan bunga api sehingga menyebabkan kobaran api mengenai Ka‘bah. Awan asap pun membumbung tinggi sampai area menuju Jedah terdengar suara lengkingan meriam, tetapi kemudian terdengar petir dan turun hujan sehingga membuat api padam, lalu Allah mengirim halilintar yang kemudian membakar meriam itu.

Akramah menceritakan bahwa sesuai perhitungannya, halilintar itu telah membakar empat orang pasukan Hajaj. Panik atas kejadian itu, Hajaj berucap kepada pasukannya, “Kalian jangan takut! Daerah ini adalah kawasan petir.” Namun, selepas itu kembali Allah SWT mengirim halilintar susulan hingga mengakibatkan meriam ikut terbakar. Kejadian itu terjadi pada tahun 73.

Kisah lain dipaparkan oleh Imam ad-Dinuri dari A’masy bin Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Umar berkata, “Sungguh, aku berada di atas Abu Qubaiys tatkala meriam itu diarahkan kepada Ibnu Zubair. Aku saksikan ada halilintar yang seakan di dalamnya ada seekor keledai merah berjalan kemudian membakar seluruh pasukan yang berjumlah sekitar lima puluh orang.”

Ketika Ibnu Zubair telah dibunuh, Hajaj mengirim tulisan kepada Abdul Malik. “Ibnu Zubair telah menambah sisi bangunan yang belum ada sebelumnya. Ia membuat pintu baru.” Lalu, ia memohon izin kepada Abdul Malik mengembalikannya seperti semula. Kemudian, ia menulis lagi, “Aku hancurkan yang tidak ada sebelumnya. Ia bangun seperti suku Quraisy lakukan dahulu. Ia tutup pintunya yang berada di muka dan ia tinggalkan seperti itu yang tidak bisa bergerak.”

Rumah ini (Ka’bah) sekarang seperti yang dibangun Ibnu Zubair, kecuali tembok batu yang dibangun oleh Hajaj. Suatu ketika Harun ar-Rasyid bertanya kepada Imam Malik tentang adanya pengembalian model pembangunan Ka‘bah. Imam Malik menjawab, “Wahai Amirul Mukimin, aku himbau agar tidak menjadikan Ka‘bah permainan para raja, yang siapa pun dapat membongkar-pasang sehingga mengurangi kewibawaannya di depan manusia.”

Demikianlah kondisi Ka‘bah hingga datang Abu Thahir Sulaiman bin Hasan al-Qarmathi mencopot hajar aswad. Seseorang naik ke atap mencopot pancuran air dan ia jatuh, kepalanya membentur dan gagallah upayanya membawa pergi hajar aswad untuk kemudian menggantungnya di atas  penyangga di Masjid Kufah, dengan keyakinan ibadah haji bisa berpindah ke sana.

Setelah masa Qaramithah, al-Muthi’ Abu al-Qasim membeli hajar aswad. Menurut Abu al-Abbas, ia dibeli dengan harga tiga puluh ribu dinar, kemudian dikembalikan lagi ke Ka‘bah. Hal itu terjadi pada tahun 339. Tercatat hajar aswad berada dalam genggaman Qaramithah selama 22 tahun kurang dari sebulan. Diceritakan bahwa ketika Qaramithah membawa hajar aswad memakan korban 40 unta, ada juga yang mengatakan 300, ada juga 500. Ketika dipindah lagi ke Makkah diangkut di atas hewan kurus dan berubah menjadi gemuk.

 

Mengapa Harus Mengunjungi Ka’bah Mekah?

penggantian kiswah ka'bah mekah

Imam al-Kazuri mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Jika Aku ingin menghancurkan dunia maka akan Aku mulai dari rumah-Ku, kemudian seluruh dunia.’” Jadi, beruntunglah orang yang sudah berhaji dan menggunakan kesempatan itu. Dalam sebuah hadits diperintahkan, “Hajilah kalian sebelum nanti tidak bisa berhaji. Demi Dzat yang telah memecah biji dan menumbuhkan benih, sungguh akan diangkat Ka‘bah di antara kalian sehingga salah satu di antara kalian tidak mengetahui di mana tempatnya dulu berada.”

Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata “Perbanyaklah mengunjungi Ka‘bah sebelum diangkat dan para manusia lupa tempatnya dulu berada. Demikian juga perbanyak membaca Al-Qur’an sebelum diangkat.” Orang-orang bertanya, “Jika mushaf-mushaf itu diangkat bisa jadi, tetapi bagaimana dengan Al-Qur’an yang telah dihafal oleh orang-orang?” Ia menjawab, “Semalaman ia membaca Al-Qur’an, tetapi setelah siang ia telah melupakan hingga mereka pun lupa kalimat la ilaha illallah. Mereka lebih memilih berkata dan berbicara menggunakan puisi-puisi jahiliah.” (HR al-Azraqi)

Dari Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

أَكْثِرُوا اسْتِلَامَ هذَا الْحَجَرَ فَإِنَّكُمْ تُوْشِكُوْنَ أَنْ تَفْقِدُوْهُ  بَيْنَمَا النَّاسُ يَطُوْفُوْنَ بِهِ ذَاتَ لَيْلَةٍ إِذْ أَصْبَحُوْا وَقَدْ فَقَدُوْهُ  إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتْرُكُ شَيْئًا مِنَ الْجَنَّةِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا أَعَادَهُ فِيْهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Perbanyaklah kalian mengusap batu ini, dikhawatirkan kalian akan kehilangannya. Ketika orang-orang thawaf pada malam hari, pada pagi harinya mereka sudah tidak melihatnya. Sesungguhnya Allah tidak menurunkan benda dari surga di bumi, kecuali akan dikembalikannya sebelum hari Kiamat.” (HR Ad-Dailami dan Al-Azraqi)

Dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Jibril datang membawa batu dari surga, lalu ia meletakkannya di tempat seperti yang kalian lihat. Kalian akan selalu dalam kebaikan selama ia masih berada di tengah-tengah kalian sehingga pergunakanlah semampunya. Sungguh, dikhawatirkan akan datang suatu masa ia diangkat kembali. (HR al-Azraqi dan Thabrani)

Dari Ali r.a. berkata, Rasulullah saw, bersabda, “Perbanyaklah thawaf di Ka‘bah sebelum dihilangkan di antara kalian karena seakan-akan aku melihat seorang laki-laki dari Habasyah bertelinga kecil, rontok rambut kepalanya, kecil betisnya, duduk di atasnya sambil menghancurkannya.” (HR Said bin Mansur)

Dalam dua kitab Shahih, dari Abu Hurairah r.a. dan riwayat Thabrani melalui Ibnu Umar r.a. dikisahkan, “Ka‘bah akan dihancurkan oleh pemilik dua betis kecil dari Habasyah, ia ambil perhiasannya, ia copot kiswahnya, seakan-akan aku melihat orang yang rontok rambutnya itu sedang memukulnya sambil dengan sekop dan cangkulnya.”

Dalam redaksi lain berbunyi, “Seakan-akan aku melihat hitam berkaki bengkok sedang menghancurkan Ka‘bah sedikit-sedikit.” (HR Bukhari)

Dalam hadits Hudzaifah dikisahkan bahwa “Seakan-akan aku melihat seorang dari Habasyah yang berwarna merah betisnya, bermata biru, pesek hidungnya, perutnya besar, ia dan para pengikutnya meletakkan telapaknya di atas Ka‘bah, mereka menghancurkannya batu demi batu, bergantian hingga mereka berhasil membuangnya di laut.”

Dari kelompok huffazh dikisahkan ketika para manusia tinggal di Khisbi dan Da’a setelah kejadian Yakjuj dan Makjuj, setelah terbitnya matahari dari barat, keluarnya hewan, mereka berhaji dan umrah selama dua puluh tahun. Mereka pun mengatakan bahwa akan keluar seorang dari Habasyah yang memiliki dua betis membumi hanguskan Makkah dan menghancurkan Ka’bah, setelah itu tidak ada lagi orang yang akan umrah selamanya. Islam akan redup hingga puasa, shalat, ritual ibadah, sedekah tidak dikenal lagi. Lata dan Uzza disembah, kemudian Allah mengirim angin kebaikan yang dingin dari Syam. Ketika itu, tidak ada orang yang memiliki iman sebesar biji sawi, kecuali akan diambil sehingga yang ada hanya orang-orang yang buruk dan tibalah hari Kiamat.

Disebutkan dalam Khalasah al-Haqaiq bahwa maqam Ibrahim, hajar aswad, dan rukun Yamani berkata kepada Nabi saw. pada hari Kiamat, “Berikan syafaat kepada orang yang tidak mengunjungi kami, sedangkan kami akan memberi syafaat orang yang mengunjungi kami.”

Diriyawatkan dari Ibnu Mardawaih dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila hari Kiamat telah tiba akan diangkat Ka‘bah ke kuburanku. Lalu, berkata, ‘Salam keselamatan buatmu, wahai Muhammad.’ Aku jawab, ‘Salam keselamatan buatmu juga. Wahai rumah Allah, apa yang akan diperlukan oleh umatku kepadamu?’ Rumah itu menjawab, ‘Wahai Muhammad, bagi orang yang mendatangiku akan aku cukupi, aku akan menjadi syafaat baginya. Bagi yang tidak, engkaulah yang akan mencukupi dan memberi syafaat kepadanya.'”

Kami memohon kepada Allah semoga rumah Allah (Ka’bah) memberi syafaat kepada kita, berikut syafaat kekasih-Nya, Muhammad saw. Semoga Allah mematikan kita dalam keadaan Islam, memasukkan kita ke dalam surganya, dan salam keselamatan kepada Nabi Muhammad saw. utusan yang mulia, kepada keluarganya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

 

Referensi:

  • Fadhilah Haji, Umrah, dan Ziarah Makam Rasulullah saw. sebuah kitab karya Imam Zainul Abidin Mar’i bin Yusuf


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.




I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )

Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.

Kesempatan terbatas!


Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:

Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.
Kesempatan terbatas!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Maaf, konten terlindungi. Tidak untuk disebarkan tanpa izin.