Sistem Pendidikan Rasulullah – Salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Rasulullah adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Dalam mendidik, beliau tidak berteori kosong, tetapi mengamalkan terlebih dahulu apa yang diajarkannya. Dengan demikian para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam, yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah saw.
Sistem pendidikan Rasulullah belum mengeluarkan pengakuan kelulusan melalui gelar atau ijazah. Nilai tertinggi murid-murid Rasulullah terletak pada tingkat ketakwaan. Ukuran takwa terletak pada akhlak dan amal saleh yang dilakukan oleh masing-masing sahabat. Dengan demikian output sistem pendidikan Rasulullah adalah orang yang langsung beramal.
Lembaga-lembaga Pendidikan di Masa Rasulullah
Pada masa Rasulullah terdapat beberapa lembaga yang menjadi sentra pendidikan. Tentu saja lembaga-lembaga ini belum seperti lembaga-lembaga pendidikan formal. Namun, lembaga-lembaga ini telah bersumbangsih memajukan pendidikan masyarakat muslim pada waktu itu.
1. Darul Arqam
Rumah merupakan tempat pendidikan awal yang dipakai oleh Islam. Rumah Arqam ibn Abu al-Arqam di Safa adalah yang dipakai Rasulullah saw untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat di Mekah. Di Darul Arqam, Rasulullah saw mengajarkan wahyu yang telah diterimanya kepada kaum muslim. Beliau juga membimbing mereka menghafal, menghayati, dan mengamalkan ayat-ayat suci.
Pengajaran di rumah Arqam ini dilakukan diam-diam dan jauh dari pantuan publik demi menjaga keamanan para sahabat. Hal ini dilakukan karena jumlah umat muslim waktu itu sangat kecil, sementara penentangan dan permusuhan masyarakat Quraisy sangat keras.
2. Masjid
Masjid di zaman Rasulullah saw merupakan tempat yang multifungsi. Masjid menjadi sentra peribadatan dan penyebaran dakwah. Masjid juga berfungsi mengurus masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik. Dan yang tidak kalah penting, masjid merupakan pusat pengajaran ilmu-ilmu Islam. Dari pendidikan Rasulullah saw di masjid Nabawi lahir sahabat-sahabat cendikia yang memberikan sumbangsih besar bagi penyebaran keilmuan Islam.
3. Suffah
Suffah merupakan ruang atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara sistematik di dalamnya, maka Suffah terlihat layaknya sekolah. Di tempat ini para sahabat dan penuntut ilmu yang belum mempunyai tempat tinggal tetap di Madinah dapat menginap. Setiap satu orang tawanan Quraisy dari perang Badar pun menebus kebebasan mereka dengan mengajari sepuluh anak Madinah baca-tulis di Suffah ini.
4. Kuttab
Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang lebih bersifat sistem, bukan tempat. Aktivitas utama kuttab adalah pengajaran baca-tulis. Kuttab bisa dilakukan di mana saja, tidak terikat pada satu tempat tertentu. Lembaga ini sebetulnya sudah ada sebelum dakwah Islam di Arab, namun perkembangannya tidak begitu menggembirakan. Di masa Islam, kuttab dipergunakan untuk mengajari anak-anak Madinah baca-tulis. Para tawanan perang Badar menebus diri mereka dengan melakukan aktivitas kuttab di Suffah.
Baca juga: Penulis Biografi Terbaik
Karakteristik Pendidikan Rasulullah saw
Keberhasilan sebuah sistem pendidikan lahir dari karakter pendidik yang teladan. Nabi saw adalah sosok yang telah menelurkan nilai-nilai keteladanan yang luhur tersebut dalam aktivitas sistem pendidikan. Maka tidak mengherankan bila pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah saw mampu mencetak orang-orang yang cerdas dunia dan akhirat. Berikut beberapa karakter pendidikan Rasulullah saw:
1. Ikhlas
Rasulullah saw selalu menekankan keikhlasan dalam aktivitas belajar-mengajar. Pengajar harus ikhlas saat memberikan pelajaran. Niatannya semata-mata mencari ridha Allah, bukan untuk memperoleh bayaran duniawi. Demikian halnya dengan pelajar. Mereka datang ke majelis ilmu musti dengan sepenuh keikhlasan untuk memahami ilmu yang nantinya dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menggapai ridha-Nya.
Berbekal keikhlasan, pendidikan Rasulullah saw mencapai target yang memuaskan. Beliau menyampaikan pelajaran dengan sangat baik karena dengan keikhlasannya pintu makrifat dan jalan dimudahkan oleh Allah swt. Para sahabat yang belajar Islam dari Rasulullah saw pun menangkap ilmu dengan sempurna dari beliau karena keikhlasan mereka selama mengikuti pelajaran.
2. Jujur
Kejujuran dalam aktivitas keilmuan adalah syarat yang membuat para pelaku pendidikan menjadi terhormat. Rasulullah saw menanamkan perilaku jujur ini dalam aktivitas pengajarannya. Beliau menyampaikan secara jujur dan transparan semua wahyu dari Allah, sekalipun isinya menegur beliau. Dari sikap Rasulullah saw ini kita melihat pentingnya memegang kejujuran ilmiah, menyampaikan ilmu secara obyektif dan apa adanya.
Perilaku jujur juga diharuskan ada pada para pelajar. Rasulullah saw mencela orang-orang yang mengarang-ngarang suatu perkataan kemudian menisbatkannya kepada beliau padahal beliau tidak pernah mengucapkannya. Bahkan beliau mengancam bahwa orang-orang yang seperti itu akan menempati jatah di neraka. Itu lantaran perilaku tersebut menunjukkan sebuah pencideraan terhadap kejujuran ilmiah.
3. Keselarasan kata dan perbuatan
Salah satu kunci keberhasilan pendidikan Rasulullah saw adalah kesusaiannya antara kata dan perbuatan beliau. Bila beliau menyampaikan suatu ilmu, maka beliaulah orang pertama yang mengamalkannya. Dengan demikian peranan seorang guru bukanlah hanya diambil isi otaknya, tapi juga diteladani tindak-tanduknya. Sesuainya ucapan dan perbuatan seorang guru menyebabkan murid-murid menaruh respek terhadapnya sehingga mereka pun mau mengambil sepenuh hati ilmu-ilmu yang diajarkannya.
4. Adil
Menjalankan pendidikan secara adil akan berdampak positif pada perasaan murid-murid. Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Beliau menghargai setiap bakat yang dimiliki murid-muridnya kendati bakat-bakat itu berbeda satu sama lain. Murid-murid yang memiliki keunggulan dalam hal kekuatan hafalan, semisal Abu Hurairah, diberikan peran untuk menerima dan menghafal hadits. Sementara murid lain yang punya kecenderungan lebih kepada kekuatan fisik, diarahkan untuk lebih banyak belajar tentang taktik peperangan.
Dalam sistem pendidikan Rasulullah, setiap bakat mendapatkan pengakuan akan kontribusinya bagi umat. Tidak ada label “pintar” untuk orang-orang tertentu seperti Abu Hurairah. Sebaliknya, tidak pula label “bodoh” bagi yang punya kecenderungan lain. Semua sahabat mendapatkan perlakuan adil dalam belajar, diberikan kesempatan yang sama, walau kemudian mereka mengambil kecenderungan yang berbeda. Hal semacam ini berdampak sangat positif karena kemudian bakat setiap sahabat terasah optimal dan juga memberikan kontribusi maksimal sesuai bakatnya itu.
5. Berakhlak mulia
Akhlak yang terpuji adalah senjata seorang guru untuk menaklukkan hati murid-muridnya. Sepandai apapun seorang guru, bila tabiat dan moralnya tercela, maka ia tidak akan mendapatkan respek dari murid-muridnya. Keilmuan seorang profesor tentu hanya akan berbuah cibiran jika dia gemar melakukan perzinaan dengan banyak wanita. Hal ini tentu menghalangi tertransfernya sebuah ilmu.
Rasulullah saw meneladankan akhlak terpuji dalam posisinya sebagai guru. Beliau menjauhi perbuatan-perbuatan tercela yang dapat menghancurkan kredibilitas dan nama baiknya. Beliau juga bersikap lemah lembut terhadap murid-muridnya, mudah berbagi senyum, dan ringan memberikan doa kebaikan bagi siapapun. Dengan akhlaknya yang terpuji, murid-muridnya nyaman belajar dari beliau dan menaruh hormat pada beliau.
6. Tawadhu
Tawadhuk adalah sifat yang mampu membuahkan kedekatan antara guru dengan murid. Seorang guru yang tawadhuk, mau duduk bersama murid-muridnya meski tidak sedang berada di kelas, menjenguk mereka saat sakit, serta merasa dirinya pun perlu terus belajar banyak hal dari murid-muridnya, niscaya guru yang seperti ini dicintai murid-muridnya. Murid yang mencintai seorang guru niscaya mudah pula menangkap dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh sang guru.
Sebaliknya, guru yang bengis, merasa paling tinggi, paling pandai, gengsi sehingga tidak mau melayani murid-murid yang butuh bimbingannya, bahkan membagi senyum pada murid pun keberatan, guru yang demikian ini tentu dihindari dan tidak dicintai oleh murid-muridnya. Rasa tidak suka pada sang guru sangat mungkin berimbas pada pelajaran yang disampaikan, sehingga murid-murid tidak pernah paham terhadap pelajarannya.
Rasulullah saw meneladankan sifat tawadhuk dalam mengajari murid-muridnya. Beliau tersenyum di depan muka mereka, duduk lesehan bersama-sama mereka, menjenguk mereka saat sakit, dan dengan rendah hati mengakui bahwa beliau pun harus banyak belajar dari murid-muridnya. Sebab itulah para sahabat mencintai beliau dan mudah memahami ilmu yang beliau sampaikan.
7. Berani mengaku salah
Seorang guru musti berani mengakui kesalahannya di depan murid-muridnya. Inilah yang dicontohkan Rasulullah saw. Tatkala Allah menegur beliau dengan surah ‘Abasa, beliau mengajarkan surah itu apa adanya di hadapan murid-muridnya, sekalipun surah itu berisikan kesalahan yang sudah diperbuatnya. Beliau tidak takut sama sekali bahwa surah tersebut akan mencederai kredibilitas beliau.
Guru yang berani mengakui kesalahannya bukanlah guru yang hina. Justru inilah guru yang baik dan bertanggung jawab. Yang diprioritaskan adalah murid-muridnya mendapatkan ilmu yang benar. Guru yang demikian tidak mau menyesatkan murid-muridnya karena bersikeras pada pendapatnya yang salah. Dengan keberanian mengaku salah, sang guru telah menjaga orisinalitas kebenaran suatu ilmu.
Baca juga: Belajar Copywriting Lengkap
8. Jiwa humor yang sehat
Berbicara menggunakan humor bermanfaat membangun kedekatan antara guru dengan muridnya. Dengan humor, sekat-sekat kekakuan dan kecanggungan melebur berubah menjadi keakraban yang membuat suasana belajar jadi lebih hidup dan mengasyikkan. Dengan demikian pikiran murid-murid menjadi segar dan lebih senang menerima pelajaran.
Rasulullah saw pun menyelipkan humor dalam pengajarannya. Namun yang perlu diperhatikan adalah batasan-batasan yang tidak dilanggar oleh beliau. Beliau bercanda dalam hal kebenaran dan bukan kedustaan. Beliau juga bercanda dengan tidak menyakiti hati murid-muridnya.
9. Menahan amarah
Sifat menahan amarah sangat penting bagi keberhasilan pengajaran seorang guru. Guru yang mudah marah akan memberikan dampak yang negatif bagi murid-muridnya. Mudah marah juga bisa menghalangi terpahaminya ilmu dengan baik dan benar.
Rasulullah saw mencontohkan sifat menahan amarah kala seorang Badui datang kencing di pojok masjid. Dengan tenang beliau membiarkannya menyelesaikan keperluannya. Setelah selesai barulah si Badui diberi pengarahan dan pengajaran dengan baik, dan dia pun memahaminya dengan baik. Mungkin akan lain ceritanya jika Rasulullah menyikapinya dengan cara marah.
10. Penjagaan lisan
Agar dicintai, seorang guru musti mampu menjaga lisannya. Penghinaan dan celaan kepada murid-murid hanya akan membuat guru dimusuhi. Guru yang dimusuhi tentu tidak bisa memahamkan apa yang diajarkannya kepada murid-muridnya. Menjaga hati murid, itu yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Beliau tidak pernah menuding salah seorang dari mereka dengan kata “bodoh”, “idiot”, “telat mikir”, dsb. Beliau berpikir semua sahabat memiliki keunggulannya masing-masing sehingga mereka tidak boleh dicela.
11. Musyawarah
Strategi pendidikan Rasulullah berikut adalah Musyawarah. Musyawarah merupakan karakter dasar pendidikan Rasulullah saw. Dengan bermusyawarah, beliau paham kondisi murid-muridnya dan apa yang mereka perlukan. Dengan meminta sumbang saran dari orang lain, beliau memiliki kekayaan referensi untuk menyampaikan suatu permasalahan ataupun mengambil keputusan. Musyawarah juga menyebabkan murid-murid merasa dihargai dan peran mereka diakui. []
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!
