Seuntai Nasihat untuk Muslimah – Sungguh, kepantasan selalu hadir bagi yang pantas menerimanya. Sesiapa berkualitas seperti Fathimah, ada Ali menantinya. Sesiapa seperti Hajar, ada Ibrahim yang senantiasa sabar di sampingnya.
Sesiapa seperti Rumaisha, ada Thalhah yang berbanjir kebajikan bersetia padanya. Sesiapa sekualitas Balqis, ada Sulaiman yang kan datang mendekatinya.
Tetapi kemudian, kita sibuk mencari. Kita sibuk memaksa orang agar mencintai kita apa adanya. Kita sibuk membuat mereka agar mau terpesona dengan kita. Pada saat yang sama, padahal kita tak sedang mencintai diri sendiri.
Kita bahkan terlalu benci dengan diri. Bahkan, kita sudah terlalu benci dengan kata benci itu sendiri. Kita merasa pantas untuk dicintai, tetapi kita lupa, bahwa sesiapa yang tak mencintai diri sendiri, apa adanya, bagaimana mungkin orang lain akan berbaik hati mencintai diri kita?
Mari, memantaskan diri, untuk menggapai jiwa-jiwa yang dicintain oleh Rabb Semesta Alam, dan juga Nabi-Nya.
1. Daya Kata
Khutbah Rasulullah pada perang Badar menggugah semangat. Bagaimana dengan daya katamu?
Khutbah Abu Bakar mampu mengobati hati umat yang pilu karena ditinggal Rasul wafat. Bagaimana dengan daya katamu?
Khutbah Thariq bin Ziyad menggegaskan semangat kemenangan di Spanyol. Bagaimana dengan daya katamu?
Khutbah Ali bin Abi Thalib meluluhkan para pendebat yang berdasar tanpa dalil kuat. Bagaimana dengan daya katamu?
Khutbah Ibnul Jauzi menyegarkan jiwa yang sudah keruh dengan maksiat. Bagaimana dengan daya katamu?
2. Saatnya Lelah dengan Ghibah
Konsentrasikan penuh ketaatan hanya kepada-Nya. Agar hati tenang dan hidup berpijak dalam kebenaran.
Ghibah memang menyebalkan. Bagi yang mengerti bahwa lisan memang patut dijagai. Bahwa kehormatan saudara harus dijagai, bukan dilukai.
Jagalah hati. Agar tak senantiasa tamak, pada apa yang di tangan hamba lain. Agar tak senantiasa resah, pada apa yang diraih hamba lain. Agar mengalirkan kefasihan lisan dzikir, dan kekuatan untuk bertaat-taat kepada-Nya.
3. Mewangilah Hingga ke Surga
Islam sejak mulanya datang memahkotakan kehormatan pada tiap episode kehidupan perempuan, mengalirkan energi bagi perempuan untuk berkarya hingga mampu mentera sejarah.
Teruslah tanyai diri. Amalan apa yang bisa membuatmu mewangi hingga ke surga, duhai ukhti salihah.
Sering dan rutinlah berkontribusi untuk dakwah. Dengan begitu engkau kan mewangi hingga ke surga.
Junjung tinggilah syiar Islam dalam sepanjang episode kehidupanmu. Lalu, kau kan mewangi hingga ke surga.
Belalah agama Allah dengan ketulusan yang tidak diragukan. Dengan begitu, kau kan mewangi hingga ke surga.
4. Jadilah Istri Rabbani
Patuh dan hormatilah suami. Dengan kepatuhan dan penghormatan yang meneladankan; untuk anakmu ataupun umat.
Didiklah buah hatimu dengan pendidikan yang indah nan terbaik. Hingga lahirlah generasi pahlawan surgawi.
Jadikan anak-anakmu sebagai generasi Rabbani. Yang senantiasa ceria menebarkan rahmatan lil alamin-nya dien ini.
Baca juga: Teknik Copywriting Paling Baik
5. Tempat Diri dengan Amalan Surgawi
Hidup hanya sebentar. Milikilah tujuan mulia dalam hidup, agar setiap jengkal hidupmu menjadi mulia.
Bertemu wajah-Nya adalah cita yang harus digesa wujudkan. Merekah, menumbuhkan kisah yang tertutur indah di jannah.
Tempalah diri, hingga tak sanggup lagi berdiam diri. Setiap medan, kau jadikan lahan penambah pahala.
Tempalah diri, hingga setiap peluang, kau jadikan pembuktian bahwa Islamlah yang termulia dan teragung.
Milikilah cara istimewa untuk senantiasa berjuang. Entah itu dengan lisan, tulisan, ataupun keteladanan.
Persembahkanlah selalu kemampuanmu untuk ikut meninggikan kalimah-Nya.
6. Rindukanlah Surga
Teruslah berkarya baik. Agar bumi tak enggan menteramu dalam barisan sejarah.
Teruslah berkarya baik. Agar langit memayungi langkah-langkahmu di dunia dengan keberkahan.
Milikilah tujuan mulia. Jangan lupa, cara-caramu meraihnya pun harus mulia.
Jangan takut melangkah. Menebar dakwah. Berbanggalah jika engkau telah mengikrarkan diri sebagai seorang muslimah. Jannah menantimu ukhti salihah.
Yang perlu ditempa pada diri, memakin salihahkan diri di tiap hari. Agar makin dekat dengan jannah. Agar jadi kesayangan-Nya.
Bergembiralah jika engkau telah mampu menunjukkan izzahmu sebagai seorang muslimah.
Berbanggalah dengan Islam. Bersyukurlah karena engkau telah menjadi penegak panji-Nya.
7. Bersyukurlah
Cahaya Islam bersinar terang lewat sentuhan tarbiyah islamiyah yang intensif dari Rasulullah kepada umatnya.
Di sisi Rasulullah, kaum perempuan menemukan kemuliaannya sesuai dengan fitrah mereka.
Rasulullah mencerahkan kabut kelam yang menghantui kaum perempuan. Pun di masa itu di jazirah Arab. Bergembiralah, bila kini engkau sudah bebas menikmati kemuslimahanmu. Mudah berhijab, ringan menjalankan ibadah.
Maka, berhamdalahlah.
Baca juga: Jasa Ghost Writer Terbaik
8. Kepantasan Diri
Duhai ukhti salihah, pewarisan nilai kepada generasi baru memerlukan peranmu. Anak-anakmu memerlukan keshalihahan pribadimu. Maka, selalulah tingkatkan kualitas imanmu.
Untuk melahirkan sebuah generasi yang unggul dan berkualitas, memerlukan sosok ibu yang berkualitas. Ibu salihahlah, yang sanggup melakukan pewarisan nilai-nilai kebaikan secara generatif.
Dalam Islam, perempuan yang shalihah adalah pasangan bagi laki-laki shalih.
Artinya apa? Tuntutan untuk menjadi shalihah pada perempuan berarti pula tuntutan shalih pada laki-laki.
Istri shalihah akan kerepotan mengasuh anak kalau tidak mendapatkan dukungan dari suami yang shalih.
Maka, pasangan yang shalih dan shalihah, adalah lebih baik dan utama.
Karena akan menghasilkan generasi yang lebih shalih dan lebih shalihah, hingga bisa bersumbangsih untuk kejayaan agama.
9. Maksimalkan Potensi
Rendah diri dan rendah hati itu beda. Jangan sampai, potensi dahsyatmu terkubur seiring perang terhadap perasaanmu sendiri. Soal pantas atau tak pantas.
Ini zamannya, menjadi muslimah yang mampu melejitkan potensi, aktif, dan mandiri.
Ini zamannya, menjadi muslimah yang memiliki kesadaran aktif melakukan perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
Ibnu Hazm, dalam Al-Muhala, berpendapat jabatan yang tidak boleh diserahkan pada wanita hanyalah riasah ad-daulah (pemimpin negara).
Artinya, kamu harus siap mengemban amanah, khususnya yang menyangkut masalah kaum perempuan.
10. Melejit ke Langit
Dakwah Islam memerlukan bermacam-macam kompetensi dari berbagai spesifikasi keilmuan atau keahlian. Apa peranmu?
Dakwah Islam tidak hanya memerlukan para ustadz dan ustadzah.
Dakwah Islam juga juga butuh para muslimah yang berprofesi sebagai dokter, farmasis, akuntan.
Dakwah Islam juga juga butuh para muslimah yang berprofesi pebisnis, praktisi hukum, teknolog.
Dakwah Islam juga juga butuh para muslimah yang berprofesi sastrawan, ekonom.
Dakwah Islam juga juga butuh para muslimah yang berprofesi jurnalis, ahli kehutanan, ahli peternakan, ahli cuaca.
Ambil peranmu, melejitlah bersama potensimu. Demi-Nya, untuk-Nya.
11. Abaikan Ocehan
Engkau cantik sekali duhai ukhti salihah. Dengan jilbabmu engkau begitu anggun dan penuh pesona.
Pegang teguh prinsipmu. Jangan gadaikan aqidahmu. Pegang erat ketabahanmu.
Berhijab itu keistiqamahan. Jangan ambil pusing perkataan orang-orang. Yang penting Allah cinta.
Terus tambahkan energi pedemu untuk berhijab. Siapa tahu pedemu itu menulari ukhti lainnya untuk berhijab.
Terus doakan kawan-kawan, yang hingga saat ini belum berhijab.
Iman kan melahirkan pede. Pede untuk menjalankan perintah-Nya. Termasuk berhijab.
12. Body Shaming
Gemuk memang bikin ribet. Mau pakai baju, harus mencari yang ekstra ukurannya.
Lebih tidak asyiknya lagi, sudahlah badan melar, kalau memakai baju, jelas kelihatan makin gede badannya.
Mau memakai baju yang agak ketat sedikit, selain tidak syar’i, juga malah tambah lucu, bukannya keliatan sip.
Itu belum ditunjang dengan tubuh gemuk itu identik dengan sosok yang sering ‘kepanasan’, atau keringetan. Akibatnya, masalah bau badan pun datang.
Udah pake baju ribet. Keringat bau badan bikin ribet juga. Parahnya lagi, orang-orang seringkali menjadikan sosok yang berbadan gemuk jadi bahan ejekan. Beuh, ribet!
70% muslimah tidak pede dengan kondisi tubuh sedikit gemuk, agak gemuk, lumayan gemuk, apalagi super gemuk.
Tetaplah bersyukur, karena yang menjadi ukuran-Nya adalah taqwa. Bukan seberapa langsingnya badan kamu.
Bye-bye gelisah karena gemuk, yah. Banyakin ibadah saja, karena Allah Maha Pengatur Segala.
13. Tak Ada Mutu dalam Gerutu
Kedalaman ilmu syariatlah yang membuat kita yakin dan percaya diri dalam menegakkan syariat-Nya. Tak takut salah, karena sudah tahu ilmunya yang benar.
Alangkah indah, alangkah berbarakah, manakala ilmu yang sedikit ini, kita tebarkan hingga memberikan kemanfaatan.
Tidak ada ruang di mana kita harus sombong, karena manusia itu bisa menyombongkan apa. Tak ada sama sekali. Maka, biasanya, semakin berilmu, akan semakin menunduklah diri dengan kerendahan hati.
Ilmu yang sedikit, yang kita punya itu, harus terus kita tebarkan, agar di saat yang sama, terus bersemangat mereguk lagi lautan ilmu-Nya yang amat luas.
Kemuliaan ditera dengan kesyukuran. Diaksikan dengan amaliah penuh keutamaan. Hingga mewangilah pribadi iman menuju jannah tuk merehat diri.
Keimanan yang terjaga dan ruhani yang tertata akan membuat diri tak lagi merasa punya lagi waktu untuk menggerutu yang tak bermutu.
Stop menyesali segala yang terjadi pada diri. Jika engkau terus saja begitu, engkau kalah. Engkau lemah. Akhirnya, engkau akan jauh dari jannah.
14. Karena Dakwah Sesederhana Itu
Jangan sampai deh, jilbabnya lama tak dicuci. Awut-awutan kalau keluar rumah. Walau itu sekadar ke rumah tetangga.
Selain soal kebersihan, juga untuk menjaga pikiran orang-orang. Jangan sampai mereka berpikir, jangan-jangan, baju dipakai berhari-hari tak dicuci, termasuk sunnah juga yah …
Sampai segitunya? Lhoh iya. Jelas itu. Asumsinya sederhana. Mereka kan orang-orang yang ngajinya tidak sesering kamu. Jadi ya, mereka pasti memerhatikan segala gerak-gerikmu.
Berikanlah selalu kesan bahwa penampilan seorang muslimah itu enak dilihat, anggun, dan tentu saja menyenangkan.
Hingga banyak yang tertarik. Bukan masalah ketertarikannya. Yang penting, ketika mereka sudah tertarik duluan, berarti kan ada respek, ada perhatian.
Berikanlah selalu kesan bahwa syari‘at itu memang indah dan menyenangkan. Karena memang begitu adanya, dan memang begitu seharusnya.
Mengapa? karena kamulah pengusungnya, jadi kamulah yang bertanggungjawab untuk membumikannya. Begitu.
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!