Allahlah yang mengatur segala kejadian di alam semesta ini. Karena memang hanya Dialah yang menentukan segala sesuatu. Setelah kita berusaha secara hebat dan maksimal. Hanya Allah jualah yang menentukan akhirnya. Karena pada hakikatnya Allahlah yang Maha Tahu, mana yang terbaik untuk kita. Di setiap keinginan yang kita panjatkan pada-Nya. Allah jualah yang lebih mengetahui mana yang lebih kita butuhkan. Bukan yang kita inginkan. Sungguh Allah Maha Adil.
Keyakinan terdahap Allahlah yang akan mengantarkan kita menuju hamba seutuhnya. Karena bagaimanapun, selalau ada pengharapan, dan doa-doa terlantun yang senantiasa kita panjatkan untuk memohon kepada-Nya. Karena dengan begitu, semakin memperkokoh keyakinan kita akan pertolongan dan rahmat-Nya.
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Memohon ampunlah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’.” (Nuh: 10)
Mengenai ayat ini dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Nabi Nuh meminta kepada kaumnya agar mau berdoa kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya dan segera bertaubat dari kemusyrikan serta agar mengesakan Allah yang Maha Tinggi. Karena Allah akan mengampuni dosa mereka walau sebesar apa itu dosa. Dan apabila mereka mau bertaubat maka Allah akan menganugerahkan anak-anak dan harta yang banyak serta akan menumbuhkan berbagai macam tanaman bagi mereka dan memperbanyak susu ternak dan memberi mereka rezeki dengan sungai-sungai dan kebun-kebun yang indah nan menyenangkan.
Baca juga: Penulis Biografi Terbaik di Indonesia
Ayat di atas memberikan penjelasan tentang sebegitu pentingnya sebuah doa. Sampai-sampai, Allah akan memberikan begitu banyak anugerah yang berlimpah apabila kaum Nabi Nuh kalau mau bertaubat kepada-Nya. Karena pada dasarnya doa itu intinya adalah ibadah, dan doa adalah senjata. Doa adalah benteng, dan doa adalah obat. Begitu pula doa adalah pintu segala kebaikan. Begitulah ungkapan yang menggambarkan dahsyatnya kekuatan doa. Allah, tempat diarahkannya doa memiliki dua sifat agung: ar-rahman dan ar-rahim. Tentang dua sifat itu Abdullah Ibnul Mubarak berkata, “Ar-rahman yaitu jika dia diminta pasti memberi, dan ar-rahim yaitu jika tidak dimintai maka dia murka.”
Setiap saat kita mesti bergantung kepada Allah. Karena kita tidak pernah tahu apa kesudahan dari seluruh langkah-langkah hidup kita, dalam jangka pendek maupun panjang. Akankah kita sukses? Ataukah malah gagal? Akankah kita menemui kesenangan. Ataukah tersandung segunung kepahitan? Akankah usaha kita lancar? Ataukah justru mengalami kebangkrutan? Yang kita lakukan hanyalah menata ikhtiar sebaik mungkin. Kita memang harus yakin dengan tujuan, tetapi kita juga harus sadar, bahwa segala kesudahan itu tidak hanya bergantung kepada keyakinan. Kita pernah bisa memastikan tentang apa yang akan kita temui, bahkan untuk beberapa saat kemudian. Maka ketergantungan kita kepada Allah adalah bahasa lain dari keharusan kita untuk selalu berdoa. Karena memang, bukan kita penentu segalanya. Dan dengan berdoa kepada Allah, kita telah mengadu kepada dzat yang paling tulus menerima pengaduan, Allah Maha Kaya. Maha Pengasih. Dan Maha Mendengar doa hambanya. Seorang mukmin tak akan menyia-nyiakan kasih sayang Allah.
Karenanya, di tengah hirup pikuk hidup yang keras, sejujurnya ada jenak-jenak sesaat, kala ketulusan hati kita bicara, tentang kebergantungan kita kepada Allah yang Maha Perkasa. Saat kita dengan sadar mengakui kelemahan kita. Saat itulah, segerakanlah pengharapan, segerakanlah berdoa kepada Allah yang Maha Kuasa. “Mintalah kepada Allah, karena Allah suka jika dimintai.” (HR.Tirmidzi)
Mari kita belajar, agar segala yang baik janganlah sampai dirusak kembali. Sekarang, kini, saat ini juga, semua yang telah kita bersihkan dari kerak-kerak jahiliyah, jangan di kotori lagi. Demikian pula, segala kebiasaan baik yang telah terbentuk seperti sekarang janganlah di rusak. Sungguh, proses pembangunannya sangatlah susah nan berat. Sedang penghancurannya, sangatlah mudah.
Maka, janganlah kita termasuk yang merusaknya. Begitulah sesungguhnya kewajiban kita menjaga amal dan pahala perolehannya. Tak saja perhatian tatkala akan dan sedang menjalaninya. Bahkan juga ketika sesudahnya. Janganlah berperilaku seperti tukang bangunan yang kembali memugar satu persatu batu bata yang telah susah payah di susunnya. Apalagi menghancurkannya! Bukan pula seperti para penjahit baju yang telah susah payah menyatukan potongan pola, ia lepaskan lagi sampai ke pintalan-pintalan benangnya.
Itulah keyakinan. Itulah jiwa yang melanglang menuju langit. Menjejakkan inspirasi kebaikan bagi penduduk semesta. Selalu, dan selalu. Tak pernah mati. Tak kenal henti. Karena itulah inspirasi yang tak kenal basi. Dan dalam menjalani kehidupan, yang hadir kemudian adalah kebarakahan yang semakin melancarkan diri menapaki jalan ke surga-Nya.
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!
