Lihatlah bagaimana generasi shalih berdekatan dengan Al-Qur’an. Sebegitu intimnya. Dalam Minhajul Qashidin disebutkan bahwa Utsman Bin Affan pernah membaca Al-Qur’an (seluruhnya) dalam satu rakaat witirnya, sedangkan Imam Asy-Syafi’i pernah mengkhatamkan sebanyak enam puluh kali pada bulan Ramadhan.
Coba tengok diri, dan ukurlah sudah seberapa dekat kita dengan Al-Qur’an.
“Barangsiapa longgar waktunya,” solusi dari Ibnu Abbas, “hendaklah ia mempergunakannya untuk membaca Al-Qur’an agar dia beruntung mendapatkan pahala yang banyak.”
Toh, sebagaimana kata Hasan Al-Bashri, “Al-Qur’an diturunkan untuk ditadabburi dan diamalkan. Maka, baca dan tadaburillah ia sehingga kamu dapat beramal.”
Karena memang, sebagaimana penuturan dari Imam Asy-Syaukani, “Tak mungkin Al-Qur’an akan diamalkan oleh seseorang tanpa mentadabburinya terlebih dahulu.”
Belajarlah untuk mentadabburi Al-Qur’an, karena ia akan menambah keimanan, menguatkan keintiman, dan menjadi kekasih-Nya. Lalu, menjadi bagian dari umat terbaik-Nya, sehingga pahala menanti. Kemudian, dengan rahmat dan ridha-Nya, surga menjadi jaminan dihadapan.
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”(Al-Isra’ [17]: 9)
“Sesungguhnya,” kata Ibnul Qayyim, “pada dasarnya tidak ada sesuatu pun yang lebih bermanfaat bagi hati selain membaca Al-Qur’an disertai dengan mentadabburi dan memikirkan isinya.”
Umar adalah contoh yang baik dalam hal ini. Keseriusan beliau tidak hanya dalam hal menghancurkan kemunkaran, tetapi dalam hal mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an juga. Bahkan, untuk mempelajari surat Al-Baqarah saja, Umar ibn Khathab memerlukan waktu 12 tahun. Ini dikarenakan beliau tidak berpindah dari maksimal 10 ayat sampai benar-benar memahami dengan baik dan mengamalkannya. Ini bukan karena kurang cerdasnya Umar. Sungguh, bukan. Tapi sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah Ibn Mas’ud berkata, “Apabila salah seorang dari kami telah mempelajari 10 ayat, ia tidak segera melanjutkan ke ayat-ayat berikutnya sampai ia benar-benar mengerti maknanya dan mengamalkannya.”
Pantas saja butuh 12 tahun …
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!