Pertengahan Januari, sebuah pesan masuk di WhatsApp admin Enxyclo. Permintaan untuk proyek branding. Co-founder saya yang menemuinya untuk meeting perdana. Saya sedang mengerjakan naskah biografi, yang deadline-nya sedang berusaha merusak ketampanan saya. Runyam sekali. Jadi, tak bisa menemani kawan saya itu meeting di Kopi Lawe.
Keesokan harinya ia mengajak saya ngafe. Menjelaskan hasil meeting kemarin. Mukanya hepi, tapi bertumpuk keruwetan. Saya sudah menebak. Ini pasti project besar, tetapi tingkat keruwetannya ngajak berantem.
Dan benar. Sejak pukul 11 siang hingga 4 sore, kami berada di Kopi Sekutu. Membahas project kali ini. Begitu ruwet, karena banyak sekali variabel yang harus kami kerjakan.

Sambil sesekali menyeruput Kopi Sekutu yang enaknya memang level Zeus ini, saya menghela nafas. Bersandar di kursi kayu yang aesthetic. Sambil melihat kondisi jalan Slamet Riyadi lewat kaca. Gerimis. Toko elektronik Candi yang baru saja kebakaran sedang direnovasi.
“Kita ambil proyek ini?” tanyaku.
“Menurut, Bapak?” jawabnya.
Bangke. Ditanya malah nanya.
“Saya nggak bisa handle kalau Bapak nggak in-charge banyak.” Keluhnya.
Sebenarnya, saya sudah menyiapkan plan untuk Enxyclo hingga akhir tahun 2025. Proyek ini nggak kita ambil pun nggak akan berpengaruh. Kami agency yang sombong memang. Sudahlah nggak pernah ngadain workshop, nggak ngadain webinar, nggak ngadain apa pun, tapi ya kok tetep aja klien berdatangan bertubi-tubi.
Lagi pula, pada saat yang sama, saya sedang mengerjakan project besar lainnya dalam bidang penulisan biografi. Saking besarnya, saya kadang kalau buka laptop mau nangis karena begitu banyak list pekerjaan yang harus saya kerjakan. Jadi, pantas banget kalau co-founder saya itu nanya begitu. Menanyakan kesediaan saya untuk ambil project ini atau tidak.
Tapi, setelah saya pikir-pikir, lebih baik saya ambil saya project kali ini.
Pertimbangannya lebih pada: sisi menantangnya. Konsepnya menarik, owner-nya oke diajakin diskusi, budget-nya asyik bahkan nggak ditawar blas, dan terpenting kliennya percaya dengan kami. What more could you ask for?
Singkat cerita, proyek ini akhirnya kami ambil. Dengan konsekuensi, menutup layanan hingga akhir tahun 2021, karena ya memang saking besarnya project kali ini. Dan saya sedang malas menambah SDM. Bukan karena nggak pengen scale up, tetapi karena saya sedang males ngurus SDM. Pengalaman dua tahun terakhir membuat saya bergidik. Saya pengen istirahat dari mengurus ruwetnya SDM. Toh, beberapa hal bisa saya outsource-kan, dan beberapanya dikerjakan sendiri oleh tim yang ada. Sudah cukup, efektif, efisien, nggak ruwet, dan semuanya hepi.
Bahkan, menariknya, klien kali ini sudah membuat plan selama 10 tahun untuk usahanya, dan kami kemungkinan harus mendampinginya selama 10 tahun itu dan mungkin lebih. Besar. Besar banget. Dengan tingkat keruwetan dan membutuhkan konsep yang begitu matang. Nah, ngobrolin soal konsep, kebetulan saya orangnya tertarik dengan ide-ide baru, brilian, dan yang menantang seperti ini. Jadi, ya kenapa tidak, kan?
Lalu, mengapa klien itu mempercayakannya kepada kami?
Beberapa kali klien kami tersebut menggunakan agency lain, dan mereka gagal paham dengan apa yang diinginkannya dan tidak memahami konsep global dari rencananya. Beliau kecewa, bahkan rugi uang dan waktu. Karena memang saking ruwet sekaligus detail dan visioner.
Sedangkan saya dan tim, yang kemudian meeting secara intens beberapa kali, dengan santai menanggapi segala konsep dan curhatan sang klien. Beliau kaget, karena kami sama sekali tidak bingung. Bahkan, beberapa draft awal yang kami sodorkan 90% sudah sesuai dengan keinginannya. Project ini memang sulit, tetapi kami bisa memahami dan mengeksekusi permintaan klien. Kami bahkan tak malu-malu memberikan masukan. Tidak sungkan untuk menolak beberapa hal usulan klien dan memberikan usulan yang lebih baik. Kami menyampaikannya kayak nggak ada beban aja gitu.
Karena ya memang seharusnya begitu. Sudah selayaknya begitulah tugas kami.
Kredo kami simpel. Setiap project yang datang, kecil atau pun besar, saya selalu menekankan kepada tim: ini harus menjadi masterpiece. Saat klien meminta 6, kita harus memberikan 10. Saat klien berekspektasi 4, kita harus memberikan 15. Makanya, salah satu syarat menjadi klien kami adalah orangnya harus asyik. Sebesar apa pun bisnismu, kalau kamu nggak asyik, nggak enak untuk diajak kerja sama, ya nggak kami terima.
Kenapa?
Ya nggak kenapa-kenapa. Silakan bekerja sama dengan agency lain. Tapi tidak dengan kami.
Itulah mengapa, klien yang kami pegang, yang bagus-bagus. Yang enak. Yang asyik diajak berkembang. Kami win, klien win. Karena kami tak pernah memisahkan antara work dan life. Dua-duanya menyatu dalam satu tempat. Dan kami harus menjaga kewarasan. Bekerja hepi. Dalam hidup pun hepi.
Setiap project harus memberikan impact. Bukan hanya kepada klien, tetapi juga kepada tim kami, dan kehidupan kami. Dan impact-nya harus positif. Menjadi karya yang baik. Menjadi income yang baik. Kami bekerja dengan optimal dan maksimal. Menjadi sebuah tanggung jawab yang berhasil kami pikul dan maksimal dan bisa kami banggakan seumur hidup. Menjadi cerita di masa tua. Menjadi kisah yang tak bosan kami perbincangkan sambil melihat senja dan secangkir kopi panas.
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!
