Tips Traveling Hemat di Singapura Selama Dua Hari Biaya 2 Juta Saja

Saya, Risa, Mas Paulus, dan Adah, berangkat lewat Jogja. Risa dan Adah dengan sangat baik hati menjemputku untuk kemudian barengan menuju stasiun Balapan, yang menjadi kondang se-Nusantara berkat campur sarinya Didi Kempot itu. Mas Paulus sudah dengan gagahnya berada di sana terlebih dahulu, dengan ransel segede gaban. Aku? hanya menggendeong satu tas lucu. Sangat minimalis.

Berangkatlah kami berempat ke Jogja dengan antusiasme setinggi Semeru. Karena setelah sampai Jogja, kami akan terbang dengan Tiger Air menuju Changi, Singapore. Bagi Mas Paulus yang keluar negeri sudah kayak makan kacang goreng, bagi gue, Risa dan Adah kala itu, adalah pengalaman pertama yang tentu bikin tingkat kepanikan lumayan bertambah. Misalkan saya nih, banyak bagaimana bila-bagaimana bila yang berkelebatan di benak. Misalkan, bagaimana bila di Singapore ternyata nggak ada mendoan goreng? Atau, bagaimana bila fans-fansku di Indonesia pada nangis dan nggak berhenti-berhenti karena saya tinggal selama empat hari di negeri orang? Atau, bagaimana bila ternyata saya jatuh cinta dengan Merlion dan nggak balik-balik lagi ke Indonesia? Dan bagaimana bila-bagaimana bila yang lain.

Untuk yang pertama, tentu saya harus berterima kasih kepada Mas Paulus karena sudah mau meng-guide hingga ke sana, dan tentu saja, sudah menggratisi saya tiket pulang-perginya. Duh, ini bener-bener kejutan dan bikin saya menjadi merasa berhutang budi seumur hidup. Semoga nanti bisa gantian nraktir jalan-jalan. Misalkan ke Mojolaban atau Mojosongo lah. Atau ke Kalitan. Di sana pemandangannya indah. Banyak tembok-tembok yang basah ketika hujan sedang turun.

singapore2

Sepanjang perjalanan ke Changi, di dalam pesawat, Adah langsung ngeluarin kamera fish-eye. Kata dia, itu baru beli. Khusus dibeli untuk ke perjalanan ke Singapura kali ini. Duh, terharu. Sebegitu rempongnya ya dia melayani kebutuhan narsisku. Makasih Adah, kamu memang baik banged. Pertama mencoba fish-eye, ternyata hasilnya bagus. Kedua, masih bagus. Dan akhirnya, karena selalu hasilnya bagus, foto-foto terus. Agak memalukan, karena seperti anak SD yang baru naik komedi putar pas pasar malam. Hebohnya minta ampun. Bedanya, ini bersetting pesawat. Nah, karena dudukku pas di samping sayap. Momen itu juga kuabadikan. Biar bisa pamer di instagram kayak orang-orang yang biasa motret sayap pesawat. Yah, paling tidak akun instagram saya pernah ada gambar sayap pesawatnya lah. Heuheuheuheu.

Bandara Changi asli keren. Luas. Modern. Dan nyaman. Setelah lolos pemeriksaan imigrasi dengan antrean yang lumayan bikin jempol kaki berkarat, perjalanan dilanjutkan menuju MRT dengan tujuan hostel di daerah Fareer Park.

singapore3

Di daerah sanalah kami akan bermalam selama tiga malam. Saya agak lupa sudah jam berapa waktu itu. Seingatku sudah sekitar jam sepuluh malam. Jadi sudah sangat malam, dengan keadaan  yang capek. Tetapi, karena baru pertama landing di negeri orang, antusiasme mengalahkan kaki yang gempor dan mata yang tinggal dua watt.

singapore19

Sesampai di hostel Mori, yang sudah direkomendasikan tripadvisor, kita cuman naruh barang dan dilanjutkan dengan makan malam karena usus-usus di perut sudah pada ngajak gulat. Karena harus nyari makanan halal, daerah terdekat dengan Fareer Park dan hostel tempat kami menginap adalah daerah Mustafa Center, yang bisa ditempuh hanyak sekitar lima belasan menit jalan kaki. Jika keadaan kakinya sudah gempor dan memar-memar, bisa memakan waktu empat puluh lima menit. Jika keadaan kaki sudah gempor hingga ngesot-ngesot, bisa memakan waktu hingga seharian. Itu pun jika sedang tidak hujan. Jika keadaan kaki sudah gempor-gempor dan harus berjalan pakai tangan, sepertinya kamu kebanyakan nonton Rock Lee di film Naruto.

Ehm. Oke. Tadi sampai mana. Oiya. Nama restauran ini Muhammed Restaurant. Nah, sudah pasti halal dong. Yang jualan orang-orang India yang suka goyang-goyangin kepala itu. Iyah, saya kira mereka menggoyang-goyangkan kepala itu hanya terjadi ketika di film saja. Ternyata, dalam kehidupan nyata mereka juga melakukannya. Waktu pertama kita masuk nih restoran, saya sudah merasa aneh, karena backsong-nya justru lagunya Opick. Saya mencoba sadar. Saya ini di Indonesia apa di Singapura sih? Jauh-jauh ninggalin fans-fans di Indonesia (dan Timbuktu tentu) ke Singapura dan masih saja mendengar lagu-lagu Indonesia? Ayolah, ini pasti bercanda. Ternyata, tak hanya satu lagu yang diputar, sealbum! Dan saya curiga, ini orang-orang India pada ngerti gitu lagunya Opick? Sepertinya sangat aneh bila melihat mas-mas berewok, berkulit gelap, dan kekar, khas orang Tamil India, menyanyikan lagu Opick yang khas muhasabah banged itu sambil goyang-goyangin kepalanya. Oke. Agak aneh. Bahkan terlalu aneh.

Waktu milih-milih menu sih hepi-hepi aja di Muhammed Restaurant. Tetapi pas dimakan. Subhanallah yah. Sesuatu banget. Rasanya lebih enakan angkringan di Solo. Mana lebih mahal delapan kali lipat pula. Haghaghaghag. Tapi daripada mati kelaparan di negeri orang, ya dimakan juga sih. Mungkin kalian bertanya, “Nyari makanan halal di sana di mana aja, sih?” Makan di sekitaran Mustafa Center hanya dilakukan pas malam saja. Kalau siang, ya di destinasi terkait. Diusahakan banget yang menunya melayu, yang kadar kehalalannya bisa diandalkan. Misalkan ketika jalan ke Esplanade, beli nasi lemak di Toast Box (tempat makan asyik di dalam gedung Esplanade, yaitu Mall Esplanade), dan lain sebagainya. Atau, ketika hari lain pas Jum’atan di Masjid Sultan, makan di Kampong Glam (kalo gak salah namanya itu). Makan makanan melayu juga. Pesan Es Longan bisa menjadi pilihan, karena setelah lelah seharian jalan, es ini mengandung kesegaran tingkat raja Hastinapura yang bisa mengembalikan tenaga. Ketika malam dan masih di destinasi, beli roti saja. Misalkan ketika masih di Red Dot Museum, beli roti aja dan es teh dalam cup. Cukuplah untuk dapat tenaga jalan lagi. Oiya, makan paginya selalu di hostel karena ada persedian roti dan selai yang cukup mengenyangkan (kalau ngambilnya banyak sih). Lalu, ngapain aja sih saya di Singapura?

Jum’at.

Perjalanan hari Jum’at pagi menuju Singapore River dan melihat patung Raffles dekat rivernya. Disepanjang river ini paling asyik buat jalan dan menikmati udara. Dilanjut jalan ke Merlion. Karena ikon Singapura. Foto disitu wajib dong. Tempatnya panas abis. Tapi karena sudah menjadi ikon Singapura, jadi harus dikunjungi. Sempat mampir juga pusat oleh-oleh di sekitar situ, tapi harganya mihil-mihil. Tapi barangnya relatif lebih bagus-bagus dibanding yang Chinatown atau Mustafa Center (baru tahu kemudian). Misalkan dari kaosnya saja, kualitasnya beda. Aksesorisnya lebih baik dan lebih unik, dan sebagainya.

singapore10

singapore11

Dilanjut ke Bugis Street, Bali Lane dan Haji Lane. Tiga kawan saya yang lain adalah crafter. Jadi ya ke sana dalam rangka mencari beberapa inspirasi produk unik dan mencari kain-kain diskonan untuk dijadikan produk craft. Memasuki toko-toko cantik di sepanjang Haji Lane bisa bikin kalap. Lalu ke Arab Street, Kampong Glam, dan Sultan Mosque untuk shalat Jum’at dan menikmati arsitekturnya.

singapore4

Setelah petang tiba, mengunjungi Red Dot Museum. Melihat kreativitas seniman Singapore dan menonton pameran MAAD. Museum desain ini patut dikunjungi karena bisa merangsang kreativitas tingkat tinggi. Apalagi saat itu ada pameran barang-barang kerajinan yang unik-unik. Workshop-workhsop kreatif pun digelar hingga larut malam. Untuk orang-orang kreatif wajib berkunjung ke museum yang bangunan luarnya total bercat merah ini. Sampai larut malam. Lalu pulang ke hostel.

singapore5

Sabtu.

Ke People’s Park dan Chinatown. Mencari oleh-oleh. Kaos, patung Merlion, tas, gantungan kunci, dan barang-barang unik lain untuk kerabat. Di sini relatif lebih murah. Harganya memang lumayan miring lah. Karena sudah saya bandingkan dengan yang di pusat oleh-oleh di Mustafa Center. Akan tetapi, untuk beli cokelat Singapura memang murahan di Mustafa Center.

singapore13

singapore7

Lalu ke Masjid Jame’ dekat Chinatown. Mencoba nasi briyani di resto dekat masjid, dilanjut jalan lagi ke Kuil dekat Chinatown. Puas muter-muter dan melihat orang beribadah di situ, dilanjut minum dan nongkrong di Chinatown Street Food, yang berada tak jauh dari situ. Sambil istirahat dan selfie-selfie menyenangkan. Karena agak bingung tingkat kehalalan makanan di Chinatown Street Food, belinya semacam eskrim, es jus, dan lain sebagainya yang tidak mengandung daging.

singapore15

singapore14

singapore16

singapore6

Sore menjelang. Balik lagi naik MRT dari Chinatown ke Dhoby Gout menuju Mall Singapore. Di sana adalah Spotlight. Ini toko untuk nyari kain-kain murah yang bisa dijadikan barang craft. Yah, maklum, perginya sama crafter ya begini ini. hahaha. Sehabis nggemporin kaki di Spotlight, yang harus diakui kainnya banyak banget variasinya, bagus-bagus, dan murah abis, menyusuri Orchard Road di malam hari dan mengunjungi Singapore Visitors Center yang berdiri megah di samping jalan, lalu menyusuri Orchard Road lagi. Puas dan capek. Balik ke Fareer Park, hostel. Lewat tengah malam. Tidur, mengumpulkan tenaga lagi untuk besok.

 

Minggu.
Setelah sarapan langsung naik MRT menuju Esplanade. Melihat dan berkeliling menyesapi keindahan tempat pertunjukan terbesar di Singapore dilanjut ke Marina Bay sambil menikmati orang-orang berfoto di Merlion dari kejauhan. Siang menjelang. Makan di Toast Box yang berada di dalam Mall Esplanade. Tempatnya asyik dan makannya terbilang enak. Sehabis dari Esplanade, balik lagi ke Mustafa Center untuk beli cokelat sebagai oleh-oleh kerabat. Agak terburu-buru karena harus segera ke Changi dan balik ke Indonesia.

singapore9

singapore20

Apa yang paling saya suka dari Singapura? Kalau tempat, paling suka Red Dot Museum. Gokil tempatnya. Konsepnya. Bangunannya. Acara-acaranya. Untuk penggila dunia kreatif, ini surga banget. Kalau suasana, paling suka di sepanjang jalan depan Sultan Mosque. Adem, asyik buat nongkrong, warna-warni, dan bangunannya lucu-lucu, seru, dan berbagai bahasa campur jadi satu.

singapore23

Dari jadwal tempat yang harus dikunjungi ketika perjalanan kemarin dan belum sempat dikunjungi sih cuman Quark Clay dan Singapore Flyer. Kalau balik lagi ke Singapura mau ke mana lagi? Singapore Zoo. Singapore Flyer. Gardens by The Bay, Sentosa Island, dan National Museum of Singapore. Universal Studios. Dan tentu saja Quark Clay. Kayaknya cuman itu deh objek-objek besar di Singapore.

P3090426

Semoga next time bisa balik lagi dan mengunjungi objek-objek lainnya. Tapi kalau bisa objek-objek yang nggak mainstream juga. Tapi belum tahu apa saja sih.Yap. Sekian laporan perjalanannya. Sampai jumpa lagi di destinasi berikutnya, ya.[]


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.




I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )

Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.

Kesempatan terbatas!


Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:

Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.
Kesempatan terbatas!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Maaf, konten terlindungi. Tidak untuk disebarkan tanpa izin.