strategi militer rasulullah

Strategi Militer Rasulullah Muhammad SAW

Strategi Militer Rasulullah – Muhammad saw menjalankan dakwah selama 13 tahun di Mekah dengan penuh kesabaran. Beliau menghadapi ancaman perang dengan perdamaian, kekerasan dengan kelembutan, pelecehan dengan maaf, penindasan dengan ajakan kepada keadilan. Beliau sangat mengerti watak bangsa Quraisy, dan beliau juga paham kekuatan muslimin yang belum seberapa, sehingga menghadapi kaum Quraisy dengan kekerasan di periode ini merupakan sesuatu yang tidak tepat.

Perlawanan bersenjata baru dimulai pada periode Madinah, setelah Allah mengizinkan Rasulullah saw untuk berperang dan kekuatan umat muslim sudah mampu melakukan itu. Perlawanan ini diambil karena ancaman dari luar juga sangat berbahaya. Quraisy terus mengancam keamanan penduduk Madinah secara militer. Mereka mengobarkan peperangan, sehingga mau tidak mau umat muslim juga harus bisa meladeni.

 

Sepak Terjang Kemiliteran Rasulullah SAW

Rasulullah saw mulai mencicipi suasana perang sejak umur beliau masih 15 tahun. Kala itu di Mekah meletus perang Fijar lantaran pelanggaran terhadap kesucian bulan-bulan suci. Beliau memainkan peran mendampingi paman-pamannya memungut anak panah-anak panah yang dilontarkan musuh untuk digunakan menyerang balik musuh.

Setelah membangun masyarakat baru nan berperadaban di Madinah, Rasulullah saw menghadapi ancaman militer dari dalam dan luar Madinah. Dari dalam Madinah ancaman dihembuskan oleh kaum Yahudi, sedangkan dari luar Madinah genderang perang ditabuh keras-keras oleh kaum Quraisy. Mau tidak mau Rasulullah saw harus memimpin umatnya menghadapi dua ancaman ini. Ancaman Quraisy adalah yang paling besar, pertempuran demi pertempuran berjalan alot dan menguras banyak energi.

 

Perang Badar

Perang Badar adalah yang pertama kali meletus dalam hubungan muslimin Madinah dengan musyrikin Quraisy. Perang ini terjadi pada tahun ke-2 H. Latar belakang perang ini adalah kaum muslim bermaksud mengganggu kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan yang bergerak menuju Syam. Bagi Muhajirin, ini merupakan kesempatan membalas tindakan Quraisy yang telah mengusir dan merampas harta mereka. Penguasaan terhadap kafilah dagang tersebut setidaknya akan mengurangi beban ekonomi yang mereka derita akibat terusir dari Mekah dan dirampas harta bendanya.

Abu Sufyan mengetahui kedatangan kaum muslim tersebut. Ia segera mengirim utusan ke Mekah untuk meminta kaum Quraisy mengirim pasukan guna melindungi kafilah dagang mereka. Utusan tersebut datang ke Mekah dengan mendramatisir keadaan seolah-olah muslimin Madinah sudah merampas harta kafilah tersebut dan melukai para pedagang.

Hal ini menyulut kemarahan para pemimpin Mekah. Mereka segera menyusun kekuatan besar dan bergerak menuju Madinah. Sekarang, perang sudah tak dapat dihindarkan lagi.

Dari segi jumlah personil, kekuatan muslimin lebih kecil daripada kafir Quraisy. Pasukan muslim berjumlah 313 orang, sedangkan kekuatan musuh berjumlah 1300 orang yang kemudian menyusut jadi 1000 orang. Kedua pasukan bertemu di Badar. Sebelum pertempuran dimulai, pasukan muslim menguasai sebuah sumur dan menutup sumur-sumur lainnya yang akan digunakan musuh.

Perang meletus, jumlah korban syahid di pihak muslim 14 orang, sedangkan 70 orang musyrik tewas dan 70 lainnya tertawan. Kemenangan ada di pihak muslimin. Kemenangan ini menjadi titik penting perjalanan sejarah dunia Islam.

 

Perang Bani Sulaim

Informasi yang sampai kepada Rasulullah saw seusai perang Badar, bahwa Bani Sulaim yang termasuk kabilah Ghathafan sedang menghimpun kekuatannya untuk menyerang Madinah. Tanpa memberikan angin segar, dengan mengerahkan dua ratus orang penunggang onta, Nabi saw mendatangi Bani Sulaim dan menetap di perkampungan al-Kudr, dekat Bani Sulaim.

Melihat kedatangan pasukan Madinah, Bani Sulaim yang sedang melakukan persiapan langsung lari tunggang langgang meninggalkan 500 ekor onta yang kemudian dikuasai oleh pasukan muslimin. Setelah mengambil seperlimanya, Nabi Muhammad saw membagi-bagikan onta tersebut kepada seluruh pasukan, sehingga masing-masing orang mendapatkan dua ekor onta.

 

Baca juga: Teknik Copywriting Terbaik

 

Perang Bani Qainuqa’

Hidup bersama di dalam kota Madinah, segala macam suku menyepakati piagam Madinah yang dicetuskan oleh Rasulullah saw. Tidak terkecuali kaum Yahudi, mereka pun terikat dengan perjanjian tersebut. Namun, sebagaimana tabiat lama orang Yahudi, mereka melanggar dan mengkhianati perjanjian tersebut.

Kemenangan umat muslim dalam perang Badar menyebabkan kebencian Yahudi semakin menjadi. Yang paling berani dan nekat melanggar perjanjian adalah Yahudi Bani Qainuqa’. Mereka menetap di dalam Madinah sebagai pengrajin perhiasan, pandai besi, pembuat berbagai perkakas dan bejana. Karena pekerjaan tersebut, mereka memiliki sangat banyak alat perang. Mereka juga mempunyai tujuh ratus prajurit perang. Merasa punya kekuatan memadai, mereka melanggar piagam Madinah dengan mulai mengganggu dan menganiaya orang muslim yang datang ke pasar.

Menyikapi hal demikian, Rasulullah saw mengumpulkan mereka, memberikan nasihatnya agar tidak mencari permusuhan dan hendaknya bersama-sama membangun suasana aman dan damai di dalam kota Madinah. Namun nasihat tersebut tidak digubris. Bani Qainuqa’ malah makin gencar melancarkan provokasi agar segera meletus perang.

Hingga suatu saat seorang wanita muslimah berbelanja di pasar Bani Qainuqa’ dengan memakai jilbab. Dia duduk di dekat seorang pengrajin perhiasan. Beberapa orang Yahudi bermaksud menyingkap kerudung yang menutupi kepala si wanita, namun muslimah tersebut berontak. Dengan diam-diam, tanpa diketahui si wanita, pengrajin perhiasan mengikat ujung jubah si wanita sehingga ketika bangkit auratnya tersingkap. Orang-orang Yahudi tertawa oleh ulah si pengrajin perhiasan.

Secara spontan wanita muslimah tersebut berteriak. Seorang laki-laki muslim yang ada di dekatnya melompat ke arah pengrajin perhiasan dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi yang ada di situ marah lantas mengikat si lelaki muslim dan membunuhnya. Kejadian memicu terjadinya perang Bani Qainuqa’.

Provokasi yang terjadi sudah melewati batas kewajaran. Maka Rasulullah segera mengerahkan pasukan menuju Bani Qainuqa’ dengan mempercayakan bendera pasukan kepada Hamzah ibn Abdul Muthallib. Bertahannya Bani Qainuqa’ di benteng mereka menyebabkan umat muslim mengepung mereka selama 15 hari lamanya.

Bani Qainuqa’ ketakutan dan tak berani melawan. Namun terkepung di dalam benteng selama 15 hari adalah bencana. Persediaan makanan habis, energi pun tak ada lagi. Mereka menyerah dan pasrah atas apapun yang diputuskan oleh Rasulullah saw. Demi tidak terulanginya insiden yang sama di kemudian hari, Rasulullah saw memerintahkan muslimin menghabisi Bani Qainuqa’.

Di saat itulah seorang munafik, Abdullah ibn Ubay ibn Salul, memainkan perannya. Dia merayu dan menghiba diri di hadapan Rasulullah saw agar Bani Qainuqa’ dimaafkan. Karena desakan yang sedemikian rupa di depan para sahabat, beliau saw melepaskan Bani Qainuqa’. Tetapi Bani Qainuqa’ diharuskan pergi meninggalkan Madinah sejauh-jauhnya. Mereka pergi ke perbatasan Syam, dan tidak berapa lama banyak di antara mereka yang meninggal dunia.

 

Perang Uhud

Menderita kekalahan pada perang Badar, kaum musyrik juga kehilangan jalur perdagangan di tepi Laut Merah. Hal ini mendorong mereka menyusun kekuatan baru dengan dibantu oleh Bani Tsaqif, Tihamah, dan kabilah Kinanah. Pasukan yang beranggotakan 3000 invantri beronta, 200 invantri berkuda, dan 700 prajurit berbaju zirah ini dipimpin oleh Abu Sufyan ibn Harb.

Muhammad saw mengundang para sahabat untuk memusyawarahkan strategi menghadapi serangan Quraisy ini. Beliau berpendapat agar muslimin bertahan di dalam kota. Namun sebagian besar sahabat –yang dalam tingkat kepercayaan diri terlalu tinggi lantaran kemenangan di medan Badar— menghendaki untuk menghadang pasukan musuh di luar kota. Akhirnya pendapat para sahabat ini yang dipilih. Seribu orang dibawa menuju gunung Uhud, namun belakangan 300 orang menarik diri kembali ke Madinah lantaran pengaruh Abdullah ibn Ubay ibn Salul.

Strategi perang Muhammad saw dalam perang Uhud adalah menempatkan pasukan panah di punggung bukit untuk melindungi kaum muslim apabila diserang. Beliau berpesan agar para pemanah tidak meninggalkan tempat dengan alasan apapun, dan harus selalu siaga di tempat.

Perang pun berkecamuk. Pada mulanya dengan tak-tik pasukan pemanah tadi, umat muslim dapat memukul mundur pasukan Mekah. Celakanya, pasukan muslim mengira pasukan kafir sudah benar-benar pergi. Melihat harta benda yang ditinggalkan musuh begitu banyak, kewaspadaan hilang dan pasukan muslim tidak lagi menghiraukan pergerakan musuh. Pasukan pemanah pun ikut-ikutan turun dari pos penjagaan mereka demi berebutan harta rampasan perang.

Melihat situasi yang lengah seperti itu, Khalid ibn Walid, panglima berkuda pasukan musuh, bersama prajuritnya memutar haluan dan menyerang pasukan muslim. Pasukan muslim sekarang dalam kondisi tidak siap tanding. Keadaan berbalik 180 derajat. Pasukan muslim porak poranda dan dilumpuhkan. Rasulullah saw sendiri terluka cukup parah.

Dalam perang ini kaum muslimin kehilangan 70 orang syuhada, sedangkan jumlah pasukan musuh yang tewas adalah 25 orang. Sebuah kekalahan yang menyesakkan dan menjadi pelajaran paling berharga.

 

Perang Bani Nadhir

Kekalahan kaum muslim dalam perang Uhud menjadi pukulan moril yang telak bagi mereka. Sebaliknya, bagi kaum-kaum yang benci dan dengki, ini menjadi peluang untuk melakukan gangguan dan pelemahan terhadap kekuatan muslimin. Maka tercatatlah sejumlah perang kecil dengan beberapa kabilah kecil seperti Bani Asad ibn Khuzaimah dan kaumnya Khalid ibn Sufyan al-Hudzaly. Terjadi pula tragedi al-Raji’ dan Bi’r Maunah yang menyesakkan hati umat muslim.

Kaum Yahudi Bani Nadhir yang ada di Madinah turut mengambil peluang ini. Selama ini mereka hanya diam tidak berani melakukan apa-apa terhadap muslimin, terutama semenjak Bani Qainuqa’ diusir keluar Madinah. Namun kekalahan pasukan muslim di Uhud membuat mereka berani melakukan pergerakan aktif mengganggu umat muslim.

Perang dengan Bani Nadhir dimulai sejak Rasulullah saw mendatangi mereka agar membantu membayar tebusan bagi dua orang dari Bani Amir. Hal ini sesuai dengan klausul perjanjian yang sudah disepakati dalam piagam Madinah. Di saat itulah mereka melaksanakan konspirasi jahat. Mereka menyambut baik kedatangan Rasulullah saw. Beliau dipersilakan duduk bersandarkan tembok yang tinggi dan nyaman.

Saat sedang serius berbincang, Amr ibn Jahsy memanjat tembok tersebut dari belakang. Dia membawa batu besar yang hendak ditimpakan ke kepala Muhammad saw. Namun atas pemberitahuan Jibril, Rasulullah saw mengetahui rencana bulus tersebut. Beliau segera beranjak dari tempat duduknya dan berbalik ke Madinah.

Sesampainya di Madinah, Rasulullah saw mengutus Muhammad ibn Maslamah menemui Bani Nadhir dan mengatakan pada mereka, “Tinggalkan Madinah dalam waktu sepuluh hari. Siapa yang masih ditemui di Madinah setelah sepuluh hari, akan dipenggal kepalanya.” Maka tidak ada pilihan lagi bagi Bani Nadhir kecuali meninggalkan Madinah.

Namun ketika mereka mulai bersiap-siap pergi, Abdullah ibn Ubay menemui mereka dan menjanjikan bantuan pasukan untuk bersama-sama melawan pasukan Muhammad. Mendapat suntikan moril sedemikian rupa, semangat Bani Nadhir muncul lagi. Mereka bertahan di dalam benteng dan tidak meninggalkan Madinah. Situasi ini mau tidak mau menyulut peperangan.

Berangkatlah pasukan muslimin mengepung Bani Nadhir. Namun, kondisi tanah dan adanya perkebunan kurma membantu mereka, sehingga Rasulullah saw membakar kebun kurma tersebut. Setelah perkebunan kurma dibakar, Bani Nadhir tak bisa bertahan lebih dari lima hari. Mereka menyerah dan memilih pergi dari Madinah.

 

Perang Ahzab (Khandaq)

Kendati telah meraih kemenangan di perang Uhud, musyrikin Quraisy belum puas jika belum menumpas habis kaum muslim. Quraisy terus menyusun kekuatan dengan menggalang aliansi dengan sejumlah suku. Menyikapi ancaman tersebut, umat muslim pun bersiap siaga. Quraisy mengerahkan pasukan hasil aliansi dengan suku-suku lain sebanyak total 10.000 prajurit yang dipimpin oleh Abu Sufyan.

Pergerakan tersebut diketahui oleh Rasulullah saw. Beliau bermusyawarah dengan para sahabat guna merumuskan strategi menghadapi serangan pasukan kalap berjumlah besar tersebut. Diputuskan untuk bertahan di dalam kota Madinah. Atas usulan Salman al-Farisi, di sekitar Madinah digali khandaq (parit) yang lebar sehingga menghalangi pergerakan pasukan koalisi yang akan masuk Madinah sekaligus jebakan yang mematikan bagi kuda-kuda mereka.

Melihat situasi kurang menguntungkan, pasukan koalisi tertahan di luar Madinah. Mereka tadinya berharap akan ada bantuan dari Yahudi Bani Quraizhah di dalam Madinah. Bani Quraizhah pun sudah bersiap-siap akan membantu pasukan koalisi dari Mekah, namun kemudian mereka ragu-ragu mengambil sikap. Tidak bergabungnya Bani Quraizhah menyebabkan aliansi yang lain juga ragu-ragu sehingga sebagian membubarkan diri. Terlebih lagi kondisi cuaca yang sangat buruk dan dingin menyebabkan mereka tidak bisa bertahan lama-lama dalam ketidakpastian.

Akhirnya pulanglah pasukan koalisi tersebut tanpa membawa hasil apa-apa. Bahkan mereka mengalami kerugian secara material, tenaga, dan moril. Perang Khandaq ini dimenangkan oleh Rasulullah saw dengan konfrontasi urat saraf, bukan fisik.

 

Perang Bani Quraizhah

Usai perang Khandaq, Rasulullah saw mandi di rumah Ummu Salamah. Jibril mendatangi beliau seraya berkata, “Mengapa engkau meletakkan senjata? Sungguh, para malaikat tak pernah meletakkan senjata.” Ucapan Jibril membuat Rasulullah saw teringat pelanggaran Bani Quraizhah terhadap piagam Madinah ketika mereka mencoba membantu pasukan aliansi dari Mekah dalam perang Ahzab. Meski Bani Quraizhah akhirnya mengurungkan niat bergabung dengan pasukan koalisi, namun persiapan yang mereka lakukan telah menunjukkan pelanggaran terhadap klausul piagam Madinah.

Aturan harus ditegakkan. Maka Rasulullah saw segera menghimpun pasukan guna memerangi Bani Quraizhah. Setelah pengepungan benteng Bani Quraizhah yang melelahkan selama beberapa hari yang diwarnai dengan sejumlah tawar-menawar, akhirnya digempurlah benteng tersebut dan semua laki-laki Bani Quraizhah dibunuh sesuai dengan sanksi hukuman yang tertera pada piagam Madinah.

 

Perang Bani Mushthaliq

Pada bulan Sya‘ban tahun ke-6 H Nabi Muhammad saw mendapatkan informasi bahwa pemimpin Bani Mushthaliq, al-Harits ibn Abu Dhirar menghimpun rakyatnya untuk memerangi muslimin. Maka Buraidah ibn al-Hushaib al-Aslamy diutus oleh Rasulullah saw untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Setelah mengumpulkan informasi dan keterangan dari beberapa sumber, Buraidah langsung cross-check terhadap al-Harits. Setelah itu Buraidah kembali dan menyampaikan laporannya kepada Muhammad saw.

Setelah yakin dengan keakuratan informasi tersebut, Nabi saw menghimpun para sahabat dan cepat-cepat berangkat. Perang dengan Bani Mushthaliq ini sangat penting sebab banyak sekali orang munafik memainkan intriknya demi kepentingan pribadi. Yang paling besar provokasinya adalah Abdullah ibn Ubay.

Para ahli sejarah menuliskan, sempat terjadi adu lontaran panah antara dua pasukan. Hingga kemudian Rasulullah saw memerintahkan pasukannya untuk melakukan serangan serentak yang mengakhiri peperangan ini dengan kemenangan bagi umat muslim. Namun Ibn al-Qayyim berpendapat tidak terjadi peperangan. Yang terjadi hanyalah pengepungan lalu Bani Mushthaliq menyerah.

 

Perang Khaibar

Jeda antara perang Bani Mushthaliq dengan perang Khaibar terdapat beberapa peperangan, namun tidak begitu masyhur dalam catatan peperangan. Khaibar telah lama menjadi ancaman bagi Madinah dan selalu mengobarkan permusuhan. Sesudah perjanjian Hudaibiyah disepakati antara Muhammad saw dan musyrikin Mekah, ancaman dari selatan Madinah relatif dapat dikendalikan. Sedangkan ancaman dari sisi utara seperti Khaibar ini musti segera ditangani.

Sekembalinya dari Hudaibiyah, Muhammad saw memerintahkan kaum muslim untuk bersiap-siap menyerbu Khaibar. Khaibar memiliki 8 benteng yang kuat dan beberapa benteng lainnya. Pasukan muslim terlebih dahulu menaklukkan benteng yang paling kuat dan strategis, baru menaklukkan benteng-benteng lainnya. Sebelumnya menyerbu benteng, Rasulullah saw menawarkan musuh untuk tunduk. Akhirnya, Khaibar berhasil dikuasai namun penduduknya tetap dibiarkan mengolah tanah pertanian mereka dengan membayar pajak.

Usai dari Khaibar, penaklukan terhadap Yahudi dilanjutkan sampai ke Fadak, Wadil Qura, dan Taima. Penduduk-penduduk di wilayah-wilayah tersebut tunduk menyerah dan bersedia membayar pajak (jizyah). Dengan demikian semua orang Yahudi tunduk kepada kekuasaan Madinah. Hal ini menandai berakhirnya semua kekuasaan Yahudi di Jazirah Arab.

 

Perang Mu‘tah

Latar belakang perang Mu‘tah adalah terbunuhnya al-Harits ibn Umair, utusan Rasulullah saw untuk mengantarkan surat kepada pemimpin Bushra, di tangan Kaisar Heraklius. Sebelum dibunuh, al-Harits lebih dahulu dihadang oleh Syurahbil ibn Amr al-Ghassany dalam perjalanannya. Oleh Syurahbil, al-Harits dibawa ke hadapan Heraklius dan terjadilah pemenggalan itu.

Pembunuhan terhadap seorang utusan di masa itu merupakan kejahatan yang amat keji. Sama dengan mengumumkan perang bahkan lebih dari itu. Karena itu Rasulullah saw tidak berpikir panjang untuk mengangkat senjata melakukan penyerangan terhadap Heraklius.

Tiga ribu pasukan dikumpulkan. Mereka berangkat dan singgah di Mu‘an. Di Mu‘an ini pasukan muslim mendapat informasi bahwa jumlah musuh adalah 200.000 ribu pasukan. Sebagian sempat gentar, namun atas sugesti pimpinan pasukan mereka tetap membulatkan tekad.

Di Mu‘tah kedua pasukan bertemu. Pertempuran terjadi dengan sangat sengit. Meski kekalahan jumlah menyebabkan kaum muslim kesulitan memenangi peperangan, sehingga harus mundur, bagaimanapun pamor pasukan muslim menjadi sangat dikagumi di dunia Arab karena berani melawan pasukan adidaya pada masa itu.

 

Fathu Mekah

Selama 10 tahun lamanya hubungan antara Mekah dengan Madinah diwarnai dengan peperangan. Kadang dimenangkan umat muslim namun kadang juga dimenangkan kaum musyrik. Situasi ini menyebabkan ketegangan yang tinggi di antara dua kota tetangga ini. Ketika orang-orang Madinah ingin berhaji dan berumrah, mereka tidak diperbolehkan masuk ke Mekah. Hal ini membawa kedua pihak kepada perjanjian Hudaibiyah.

Dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, orang-orang Madinah bisa datang ke Mekah pada tahun berikutnya. Salah satu klausul menyebutkan bahwa siapa ingin bergabung ke pihak Muhammad maka dia diperbolehkan. Dan siapa ingin bergabung ke pihak Quraisy ia juga diperbolehkan. Kabilah manapun yang bergabung dengan salah satu pihak, ia dianggap sebagai bagian dari pihak yang bersangkutan. Dengan demikian setiap kabilah terikat untuk menjaga perdamaian dan hasil perundingan tersebut. Jika sebuah kabilah memulai provokasi dan penyerangan, maka pihak tempat ia bernaung dinyatakan melanggar perjanjian dan berarti harus diperangi.

Atas dasar itu, kabilah Khuza‘ah bergabung dengan pihak Nabi saw, sedangkan kabilah Bani Bakr memilih bergabung dengan pihak Quraisy. Dengan demikian kedua kabilah yang sudah lama terlibat permusuhan ini musti menaati semua klausul perdamaian yang ada dalam perjanjian Hudaibiyah. Situasi ini justru dimanfaatkan oleh Bani Bakr untuk melampiaskan kebenciannya pada Khuza‘ah. Mereka melakukan penyerangan terhadap Khuza‘ah, dan Khuza‘ah tidak dapat membalas karena masih terikat oleh perjanjian Hudaibiyah.

Merujuk pada klausul perjanjian di atas, maka penyerangan Bani Bakr terhadap Khuza‘ah ini merupakan bentuk pelanggaran Quraisy terhadap kesepakatan perjanjian Hudaibiyah. Dengan demikian, batallah perjanjian damai tersebut, dan pasukan muslimin berhak untuk melakukan penyerangan terhadap Quraisy di Mekah. Maka terjadilah penaklukan Mekah yang dalam catatan sejarah dikenal dengan nama Fath Makkah. Penaklukan ini pada akhirnya terhindarkan dari pertumpahan darah karena pihak Quraisy yang menyadari kesalahannya tidak berani melakukan perlawanan. Sebagian besar dari mereka kemudian memilih masuk Islam, sedangkan sebagian lain memilih diam menyaksikan berhala-berhala mereka di sekitar Kakbah dihancurkan oleh pasukan muslimin.

 

Perang Hunain

Setelah penaklukan Mekah, ancaman datang dari kabilah Hawazin yang tinggal di sebelah timur-laut Mekah dan kabilah-kabilah di Tsaqif. Mereka mulai menggalang kekuatan yang membahayakan kaum muslim.

Kaum muslim bersiap-siap menuju Hunain dan Tsaqif. Waktu itu kekuatan muslim semakin bertambah menjadi 12 ribu orang. Dua ribu di antaranya kaum Quraisy yang baru masuk Islam. Jumlah yang besar ini membuat kaum muslim percaya diri. Namun kemudian mereka mendapat pelajaran berharga. Mereka dikejutkan oleh serangan mendadak pasukan musuh dari lereng-lereng bukit. Pasukan muslim dibuat kocar-kacir sehingga Muhammad saw risau.

Beruntung mental bertarung mereka dapat dipulihkan kembali. Kali ini strategi perang disusun ulang dengan rapi. Perang sengit pun berkobar dan berakhir dengan kemenangan kaum muslim.

 

Perang Tabuk

Tidak lama setelah itu, terdengar kabar juga kalau pasukan Romawi tengah menyiapkan pasukan yang besar untuk menyerang Madinah. Nabi Muhammad saw segera menyiapkan pasukan sebesar mungkin seakan-akan ini peperangan terakhir, hidup dan mati, karena besarnya musuh yang dihadapi. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di Madinah, pasukan muslim bergerak ke Tabuk.

Romawi yang mendengar bahwa pasukan muslim sudah bersiap untuk berperang, justru malah khawatir dan takut. Mereka menarik mundur pasukan sehingga peperangan besar tidak terjadi. Pasukan muslim malah leluasa untuk menjalin aliansi kabilah-kabilah yang ada di sekitar perbatasan Romawi. Inilah ekspedisi perang terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

 

Baca juga: Penulis Biografi Terbaik di Indonesia

 

Strategi Militer Rasulullah SAW

Catatan keberhasilan Rasulullah saw dalam bidang kemiliteran tidak terlepas dari strategi-strategi brilian yang beliau usung.

1. Bermusyawarah dalam menentukan taktik pertempuran

Nabi Muhammad saw senantiasa meminta saran pada sahabat terkemuka, mengajak berembug, untuk membicarakan strategi pertempuran yang paling tepat dalam menghadapi musuh.

Beliau sangat menghargai pendapat sahabat-sahabatnya sekalipun beliau memiliki pandangan yang berbeda. Beliau tampaknya lebih mementingkan kesolidan pasukan daripada bersikeras dengan pendapatnya sendiri. Hal ini menjadi modal psikologis yang sangat baik bagi pasukannya dalam mengarungi sebuah peperangan.

2. Mengalahkan musuh tanpa pertempuran

Kecerdasan militer Rasulullah saw terbukti pada keberhasilan beliau mengalahkan musuh tanpa melalui kontak fisik bersenjata. Sebut saja perang Khandaq, saat jumlah pasukan musuh sangat banyak dan mereka dengan semangat berapi-api amat bernafsu ingin menghancurkan Madinah, Rasulullah justru melancarkan perang urat saraf. Akibatnya musuh menjadi frustasi dan kemudian mundur, padahal mungkin saja mereka sudah mengalami kerugian dari segi finansial, tenaga, dan moril.

Strategi menaklukkan musuh tanpa pertempuran juga terjadi pada Fathu Mekah, perang Fadak, dan terakhir perang Tabuk melawan Romawi. Dengan strategi ini, Rasulullah bisa menghemat sekian banyak finansial dan tenaga manusia. Selain itu, tanpa harus berdarah-darah beliau berhasil mengangkat pamor pasukan muslimin yang kian hari kian disegani bangsa lain.

3. Meminimalisir jumlah korban

Nabi Muhammad saw senantiasa berupaya menghindari jatuhnya korban dalam peperangan, baik di pihaknya maupun pihak musuh. Pertempuran dan jatuhnya korban adalah pilihan terakhir saat tak ada jalan lain. Strategi perang urat saraf beliau menunjukkan akan hal ini. Selain itu, bila mengirim ekspedisi pasukan, beliau selalu berpesan agar musuh diminta untuk masuk Islam terlebih dahulu maka mereka akan dilindungi. Beliau juga berpesan agar pasukan muslim tidak membunuh wanita dan anak-anak, tidak merubuhkan bangunan non-kemiliteran, tidak menebang pohon dan jangan merusak lahan pertanian.

4. Tidak mudah marah

Nabi Muhammad saw merupakan jenderal militer yang tenang dan mampu mengendalikan emosi dan kekecewaannya. Ketika pasukan panah muslim di perang Uhud lalai akan tanggung jawab mereka, semestinya beliau berhak marah, namun beliau tidak melakukannya. Ketika kaum muslim kocar-kacir pada perang Hunain pun demikian. Beliau berpikir ke depan. Sebab marah hanya akan membuat mental pasukannya semakin jatuh. Yang harus beliau lakukan adalah membangkitkan kembali mental mereka, dan itu dilakukan dengan meminta mereka untuk tetap tenang dan yakin akan pertolongan Allah.

5. Pendelegasian kepemimpinan pasukan

Rasulullah saw tidak memonopoli semua kepemimpinan militer di tangannya. Dalam beberapa ekspedisi dan pertempuran beliau mengamanahkan tanggung jawab mengkoordinir pasukan pada sahabat. Beliau memberi mereka kesempatan untuk belajar dan menimba pengalaman memimpin pasukan di medan perang. Melalui pendelegasian kepemimpinan pasukan, beliau mengkader beberapa sahabat untuk memiliki jiwa kepemimpinan di masa mendatangan. Penunjukan sejumlah sahabat untuk mengemban tugas ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan moril mereka, selain juga variasi kepemimpinan pasukan, sehingga pasukan selalu segar dan lebih bersemangat menghadapi pertempuran.

6. Membawa tradisi baru tujuan peperangan

Nabi Muhammad saw mengubah tradisi peperangan jahiliah yang bertujuan untuk memuaskan nafsu membunuh dan melakukan perusakan. Di masa dahulu orang-orang berperang dengan tujuan menghabisi siapa yang mereka benci, melakukan penjarahan, kezaliman, kesewenangan, penghancuran bangunan, bahkan perampasan akan kesucian wanita.

Oleh Rasulullah saw, tradisi perang ini diubah. Perang dilakukan secara beradab. Perang dilakukan dalam kerangka penghormatan pada wanita dan anak-anak. Kemenangan perang bukan semata-mata matinya lawan, tapi bagaimana memberi perlindungan maksimal bagi rakyat sipil yang tidak bersalah.

7. Komunikasi militer yang jelas dan tegas

Nabi Muhammad saw membuat kaidah-kaidah perang dengan kalimat-kalimat yang mudah dimengerti. Ini dimaksudkan agar pesan beliau kepada pasukannya tidak dilaksanakan secara keliru di medan pertempuran. Beliau berpesan pada mereka agar jangan membunuhi wanita dan anak-anak dengan kalimat yang jelas dan tegas. Beliau menanamkan motivasi ilahiah di hati mereka dengan menyeru mereka agar berperang hanya di jalan Allah, untuk Allah, dengan kalimat yang jelas dan tegas pula.

8. Selalu waspada

Di balik ketenangannya, Muhammad saw selalu waspada terhadap segala tipu muslihat dan gerak-gerik musuh. Mata-mata beliau sebarkan untuk mengumpulkan berita-berita sekitar kegiatan masyarakat Arab yang hendak berkomplot menyerangnya. Dengan demikian beliau dan pasukannya senantiasa siap siaga sehingga selalu dapat mempertahankan diri.

9. Tidak segan turun ke bawah

Rasulullah saw bukan jenderal yang hanya bisa berteriak lantang. Beliau pemimpin yang membaur mesra dengan pasukannya. Saat mereka menggali parit pada perang Khandaq, beliau turut memegang sekop dan mengangkat batu dengan tangannya. Beliau ikut merasakan langsung kelelahan dan kepayahan yang dialami pasukannya. Beliau pun makan dengan jenis makanan dan porsi yang sama dengan pasukannya.

10. Memberi pujian

Muhammad saw tidak pelit memberikan pujian pada anak-buahnya. Beliau tidak gengsi menyanjung peran dan kontribusi orang-orang yang dipimpinnya. Sanjungan beliau memberikan dampak psikologis yang positif bagi pasukannya karena mereka merasa menjadi bagian penting bagi umat ini, peran mereka dihargai. Dengan demikian mereka pun lebih bersemangat berjuang bersama beliau untuk menorehkan prestasi dan sumbangsih yang lebih banyak lagi.

11. Bersikap adil terhadap pasukan

Pembagian ghanimah atau rampasan perang merupakan hal yang lazim setelah selesainya suatu pertempuran. Rasulullah saw melakukan pembagian yang adil kepada seluruh pasukan yang ikut aktif membantu pertempuran. Ini sebagai suatu balasan atas kontribusi besar mereka sampai mereka rela meninggalkan anak-istri demi mengangkat pedang. Ini semacam penawar lara setelah aliran nafkah untuk keluarga yang sempat terhenti karena aktivitas peperangan. []


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.




I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )

Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.

Kesempatan terbatas!


Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:

Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.
Kesempatan terbatas!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Maaf, konten terlindungi. Tidak untuk disebarkan tanpa izin.