Editor Akuisisi – Tanpa adanya naskah, penerbit tidak akan memiliki bahan utama untuk diproduksi, karena tugas utama penerbitan memanglah mengelola gagasan menjadi sebuah produk. Oleh karena itu, di beberapa penerbit, diadakan bagian Acquisition Editor atau Editor Akuisisi, yang tugasnya adalah memburu naskah dan menyiapkan stok naskah agar penerbit tidak gelagapan dalam mengembangkan bisnisnya.
Ranah pernaskahan adalah ranah yang menjadi tanggung jawab penuh oleh editor. Untuk mendapatkan stok naskah yang selalu berkelanjutan, Editor Akuisisi memang harus kreatif dalam merencanakan dan memburu naskah.
Dalam pengalaman saya sebagai seorang Editor Akuisisi, ada beberapa strategi yang saya gunakan untuk berburu naskah, demi menjaga stok naskah penerbitan agar tidak cepat kosong.
Pertama, memantau sosok yang sedang naik daun untuk segera mengemas gagasannya. Hal inilah yang sering saya lakukan. Misalkan, saya melihat CTO dari Tiket.com, Natali Ardianto, sering mendapatkan penghargaan dalam bidang startup dan sering mengisi workshop ataupun seminar tentang bisnis, terutama bisnis berbasis digital atau yang biasa kita sebut dengan startup.
Hal pertama yang saya lakukan adalah mengamati gerak-geriknya, memantau informasi tentangnya, dan kemudian membuat konsep naskah untuknya. Setelah saya sampaikan kepada tim pemasaran di kantor dan mereka menyetujuinya, saya kemudian menghubungi Natali Ardianto dan memintanya untuk mengemas gagasan-gagasannya dalam bentuk buku. Maka kemudian, lahirlah sebuah buku berjudul In the Mind of Natali Ardianto, yang masuk kategori buku laris.
Kedua, menghubungi penulis yang memang sudah sering berkarya. Sebagai seorang Editor Akuisisi, kita harus memiliki networking yang luas dengan para penulis. Mintalah stok naskah darinya, karena seorang penulis biasanya memang memiliki beberapa stok naskah, entah itu yang masih dalam proses pengerjaan, ataupun yang tertolak di penerbit lain. Atau, dengan cara menemuinya lagi untuk melakukan brainstorming kira-kira naskah apa yang bisa kemudian bisa digagas bersama untuk menjadi sebuah buku.
Ketiga, kita bisa melihat lagi buku-buku lama yang potensinya masih bisa dikembangkan dengan keadaan sekarang, untuk kemudian diterbitkan lagi. Tentu saja, dengan sedikit revisi di sana dan di sini. Tetapi, selama masih relevan dengan keadaan sekarang dan kita melihat masih ada potensi pasar yang bisa dimasuki, tak ada salahnya melakukan strategi ketiga ini.
Keempat, bisa dilakukan dengan membuat iklan sederhana di media sosial. Harus kita akui, media sosial membantu banyak pekerjaan seorang Editor Akuisisi. Bahkan, cukup dengan menuliskan:
Halo teman-teman, lagi butuh naskah tema parenting, nih. Yang lagi proses bikin atau yang sudah punya konsepnya, atau bahkan sudah punya naskah jadi, silakan japri, ya.
Akan ada banyak yang kemudian mengirim inbox message untuk menawarkan naskahnya. Semakin sering kita melakukan ini, akan semakin banyak stok naskah yang kita punyai.
Baca juga: Penulis Pemula Menaklukkan Penerbitan
Kelima, bergaul dengan banyak komunitas penulis. Di Indonesia, banyak sekali komunitas penulis. Dan ini adalah surganya bagi seorang Editor Akuisisi, karena di situlah memang seharusnya sebuah sumber naskah berada.
Keenam, memantau buku-buku laris di luar negeri untuk kemudian kita alihkan hak ciptanya atau kita terjemahkan. Dengan cara ini, kita mendapatkan banyak keuntungan, karena buku tersebut sudah terbukti laris di pasar. Kelemahannya hanyalah, kadang pihak penerbit luar negeri tersebut juga memiliki syarat yang cukup njlimet dalam proses pengalihan hak cipta.
Ketujuh, tentu saja seorang Editor Akuisisi membuat sendiri konsep naskah lalu ditawarkan kepada seorang penulis untuk dikerjakan penulisannya. Cara ini sering sekali saya lakukan. Beberapa konsep saya yang masyhur menjadi best-seller adalah 101 Young CEO, 100 Golden Tips for Creativepreneur, 101 Strategi Berbisnis Kuliner, Sejenak Hening, dan banyak lainnya.
Kedelapan, mencari naskah dari penerbit kurang sukses. Lakukan sedikit modifikasi. Pastikan editor andal yang melakukannya. Terbitkan lagi dengan edisi penyegaran di sana-sini.
Kesembilan, benchmark katalog luar negeri. Lihat judul atau tema yang menarik. Cari penulis lokal yang bisa mengeksekusinya. Itulah mengapa, seorang Editor Akuisisi harus memiliki stok kenalan penulis andalan yang cukup banyak, supaya ketika ada gagasan tema atau topik penulisan, ada penulis-penulis andalan yang bisa segera dihubungi.
Editor Akuisisi dan tugasnya untuk pengadaan naskah (acquiring) memiliki kedudukan yang sangat penting bagi proses penerbitan, karena ia adalah mata rantai utama dalam proses penerbitan buku. Ujung tombak pernaskahan ada pada bagian ini.
Tugas berat seorang Editor Akuisisi adalah untuk menemukan. Menemukan pengarang baru yang potensial. Menemukan ide-ide baru yang segar. Menemukan sosok-sosok inspiratif yang bisa dikaryakan. Dan tugas berat seorang Editor Akuisisi adalah harus memiliki kecepatan dan ketepatan dalam memilih naskah layak terbit yang juga harus memiliki serapan pasar yang bagus.
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!