Bomb adalah istilah untuk kegiatan ataupun proses yang sedang dilakukan ketika membuat grafiti. Sang pembuatnya disebut dengan bomber. Lalu, ada istilah untuk penanggungjawab pembuatan yang disebut dengan tagging.
Taki 183 disebut-sebut sebagai pihak paling menginspirasi dalam ide tagging ini. Nama aslinya Demetaki, seorang Yunani yang tinggal di New York. Ia bekerja sebagai kurir. Taki merupakan kependekan namanya, sedangkan 183 adalah alamat tempat tinggalnya. Sebagai kurir, tentu saja ia harus menjelajah jalanan.
Disebab itulah, ia sering iseng menuliskan jejak dirinya yang mengejawantah dalam tulisan ‘Taki 183’ di mana-mana. Coretan khasnya menggunakan piloks banyak ditemukan di pelosok kota, mulai dari tiang listrik, tembok, kolong jembatan, dan banyak lagi. Bahkan, banyak rumor yang mengisahkan bahwa ia sempat melakukan tagging di patung Liberty dan di beberapa mobil Secret Service America. Ulahnya yang fenomenal itu kemudian menyulut anak-anak muda kota New York melakukan hal serupa.
Taqi menjadi Jedi dalam bombing.
Pernah melihat poster kampanye Obama yang hanya bertuliskan: Hope, Change, atau Progress? Frank Shepard Fairey yang membuatnya. Seniman asal Paman Sam yang lulusan Bachelor of Arts in Illustration dari Rhode Island School of Design ini juga penggagas dari Obey the Giant.
Walaupun posternya hanya diselesaikan oleh Fairey dalam satu hari, tapi poster kampanye Obama tersebut sangat ikonik. Wajah Obama yang dibalut dalam nuansa campuran warna merah, biru pastel, biru tua, dan putih gading ini benar-benar berhasil dalam menyampaikan pesan kampanye. Padahal, jika dilihat lebih seksama, poster-posternya sangat rapi, detail, dan rumit. Tetapi, Fairey hanya menyelesaikan posternya dalam waktu satu hari, dan membuatnya menjadi sangat digemari.
Fairey benar-benar seorang Jedi dalam karya stensil.
Banksy. Dia disebut-sebut sebagai kesatria dunia stensil legendaris asal Inggris. Uniknya, hingga sekarang, tak ada satu pun yang mendata nama aslinya, selain also known as-nya saja, yaitu ‘Banksy’.
Di awal tahun 90-an, berbekal spray cans aerosol, ia menggoresi tembok-tembok merana menjadi lebih bernyawa dengan karya yang berbau satir dan penuh humor yang menyentil isu politik dan sosial. Di waktu-waktu itu, karyanya dianggap sebagai vandalisme. Tapi di waktu-waktu sekarang, bahkan Brad Pitt, Angelina Jolie, hingga Christina Aguilera ikut mengapresiasi acara pelelangan karyanya.
Di tahun 2007, karyanya yang bertitel Bombing Middle England terhargai 100 ribu poundsterling.
Di tahun berikutnya, untuk karyanya yang ‘hanya’ menampilkan seekor monyet mengenakan papan bertuliskan: laugh now, but one day we will be in charge terhargai 200 ribu poundsterling.
Apa yang membuatnya begitu kesatria dalam berkarya?
Tampilan karyanya yang sederhana dipadu dengan pesan yang mengena.
Ah, apa hubungan semua ini dengan menulis? Kesederhanaan pesan dalam tulisan. Yah, pada praktiknya kesederhanaan pesan seringkali menghadirkan efek yang jauh lebih membahana. Sebagaimana kita ketahui, para penulis yang hebat menyederhanakan hal-hal sulit menjadi lebih gampang dicerna. Sedangkan para penulis sok hebat menyulit-nyulit hal yang sederhana agar kelihatan karya luar biasa.
Bila kesederhanaan pesan adalah anak panah, cara mengomunikasikannya adalah busurnya. Keberhasilan komunikasinya terletak pada bagaimana cara memegang dan memosisikannya.
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!
