Sekarang, kita tak bisa lepas dari smartphone. Saat makan, kita lebih dulu memfoto makanan daripada berdoa. Saat berkumpul di ruang keluarga, masing-masing bahkan sibuk dengan gadget-nya. Bahkan, saat mandi pun, smartphone dibawa sebagai pemutar mp3 pengiring mandi.
Teringat saya dengan pembagian Homo Digitalis, hasil riset dari Digital Antrophology yang diselenggara oleh University of Kent dan TalkTalk di UK. Istilah Homo Digitalis merujuk kepada manusia yang dekat dengan teknologi. Inilah pembagian enam kelompok di dalamnya:
#1: Digital Extroverts
Terlibat sangat dengan teknologi konvergensi antara mobile dan internet, seperti BlackBerry, iPhone, dan Android.
Internet addict. Sangat butuh dengan bandwidth besar, dan tidak suka dengan koneksi lelet.
Status update adalah rutinitas. Terlewatnya sehari tanpa terkoneksi dengan internet adalah kehilangan. Social media sudah sangat akrab digeluti.
Gemar sekali berbagi. Aktif menulis blog. Selalu mengamati secara real time aktivitas teman dan keluarga.
#2: Timid Technoprobes
Menggunakan mobile, tapi tidak tertarik dengan smartphone. Menggunakan fitur di mobile dengan sederhana saja, yaitu telepon dan SMS.
Keahlian berinternet tidak begitu bagus, bahkan termasuk jarang menggunakannya. Istilah-istilah dalam dunia internet pun tidak begitu akrab baginya. Sudah bisa menggunakan e-mail, tapi lebih suka menggunakan pena dan kertas serta mengirim surat secara konvensional.
Terlalu banyaknya informasi di internet membuat mereka tidak tahu siapa yang bisa dipercaya.
Tidak tertarik menulis blog, apalagi Facebook dan Twitter. Baginya, itu adalah kerjaan orang kurang kerjaan.
#3: Social Secretaries
Biasanya para perempuan yang sibuk. Tak sempat menggnakan gadget dengan optimal. Sudah sangat senang bila bisa SMS, telepon, atau chat dengan keluarga, pasangan, dan teman-temannya.
Menggunakan teknologi demi tetap terkoneksi.
#4: First Lifers
Menggunakan internet, tapi tidak sadar secara utuh bahwa ia sudah memanfaatkannya untuk kemudahan hidupnya. Misalnya, sudah mulai mencari tempat makan dan tempat kongkow dengan menggunakan GPS, Skype, Google, Facebook, dll.
Tak pernah peduli bagaimana internet bekerja. Yang penting bisa menikmati musik, video, dan bermain online game dengan lancar.
#5: E-ager Beavers
Mirip dengan Digital Extroverts, namun kurang percaya diri. Lebih suka download daripada upload. Tidak pernah merasa bisa membuat blog, apalagi mengisinya.
Sangat senang bila internet dapat membuatnya terkoneksi dengan hal-hal baru (musik, TV, dll) dan bersua dengan teman-teman lama di jejaring sosial. Tapi tidak tertarik mencari teman baru di ranah social media.
#6: Web Boomers
Sangat tertarik dengan fakta bahwa betapa cepat dan efisiennya informasi mengalir di internet. Semuanya bisa dinikmati langsung dari rumah. Informasi dari internet mulai menggantikan perpustakaan lokal sebagai sumber informasi dan hiburan utama.
Lebih dewasa dan bijak dibanding kelompok lainnya. Membaca informasi di internet tidak langsung membuatnya yakin kalau itu benar. Akan dicek ulang melalui sumber informasi yang telah dipercayai sebelumnya. Masih aktif membaca koran setiap hari.
Punya banyak waktu luang, dan menghabiskannya dengan kegiatan yang disukai. Kelompok ini sudah biasa bertransaksi dan berbelanja di ranah online. Akan membaca banyak resensi produk dan melakukan komparasi harga dulu sebelum memutuskan membelinya.
Tidak tertarik dengan jejaring sosial. Lebih suka menggunakan telepon rumah untuk berhubungan dengan teman dan keluarganya. Mulai belajar menggunakan Skype sebagai pelengkap telepon tradisional, agar bisa melihat perkembangan cucu-cucunya jauh di seberang sana.
Termasuk di kategori manakah kita?
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!