Haram adalah lawan halal. Ia adalah perintah agama yang harus ditinggalkan oleh manusia dengan perintah keras. Atau, ia bisa berarti perbuatan yang jika ditinggalkan akan mendapatkan ganjaran dan jika dilakukan akan mendapatkan siksaan.
Ada beberapa gaya Al-Qur’an dalam menjelaskan sesuatu yang haram.
1 – Melarang dengan sangat jelas.
“Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, serta permusuhan.” (An-Nahl [16]: 90)
2 – Menggunakan kata ‘haram’.
“Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (Al-Baqarah [2]: 275)
3 – Menyebut sesuatu sebagai hal yang bukan halal.
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu memusakai wanita dengan jalan paksa.” (An-Nisa’ [4]: 19)
4 – Menggunakan bentuk kata larangan.
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik.” (Al-Isra [17]: 34)
5 – Menjelaskan bahwa sebuah perbuatan tidak mengandung kebaikan.
“Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya.” (Al-Baqarah [2]: 189)
6 – Menghilangkan sebuah perbuatan.
“Jika mereka berhenti (memusuhi kamu), tidak ada permusuhan (lagi) kecuali terhadap orang-orang yang zhalim.” (Al-Baqarah [2]: 193)
7 – Menyebut sebuah perbuatan disertai dengan dosa.
“Maka barang siapa mengubah wasiat itu setelah dia mendengarnya, sesungguhnya dosanya adalah abgi orang-orang yang mengubahnya.” (Al-Baqarah [2]: 181)
8 – Menyebut sebuah perbuatan disertai dengan ancaman.
“Dan orang-orang yang menyimpan emas, perak, serta tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.” (At-Taubah [9]: 34)
9 – Menyebut perbuatan sebagai hal yang buruk.
“Janganlah sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi manusia. Sebenarnya kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.” (Ali Imran [3]: 180)
10 – Menyebut sebuah hal yang tidak baik dengan ungkapan ma kana (tidak patut).
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin serta bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Al-Ahzab [33]: 36)
11 – Menggunakan redaksi istifham inkari (kata tanya negatif).
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu ayng tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash-Shaff [61]: 2-3)
12 – Menyebutkan perbuatan disertai dengan hukuman.
“Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebaikan sedangkan kamu melupakan kewajiban dirimu sendiri.” (Al-Baqarah [2]: 44)
Baca juga: Keajaiban Kisah dalam Al-Qur’an
13 – Menyebut sebuah perbutan sebagai perbuatan kufur, zalim, dan fasik.
“Barang siapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”(Al-Maidah [5]: 44)
14 – Melaknat orang yang melakukan sebuah perbuatan.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat.” (Al-Baqarah [2]: 159)
15 – Allah Murka kepada suatu perbuatan.
“Amat besar kemarahan Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaff [61]: 3)
16 – Allah tidak mencintai orang yang melakukan sebuah perbuatan.
“Sesungguhnya Allah tidak mneyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa’ [4]: 36)
17 – Sebuah perbuatan menjadi penghalangan untuk mendapatkan petunjuk.
“Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang pendusta dan sangat inkar.” (Az-Zumar [39]: 3)
18 – Menyebut sebuah perbuatan sebagai perbuatan yang jelek.
“Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat jelek apa telah mereka kerjakan.” (Al-Munafiqun [63]: 2)
19 – Menyebut sebuah perbuatan sebagai yang akan menyebabkan celaan.
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra’ [17]: 29)[]
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!
