Cara Nabi Mengatasi Masalah Rumah Tangga – Meskipun Muhammad saw seorang nabi dan rasul, beliau tetaplah manusia biasa. Beliau juga mengalami problematika dan percik-percik ujian dalam berumah tangga. Kesuksesan beliau saw memimpin rumah tangga salah satunya ditentukan dari langkah-langkah yang beliau ambil dalam menyikapi dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang menghampiri rumah tangga beliau. Berikut ini beberapa gambaran cara beliau menyeselaikan persoalan rumah tangga sehingga beliau layak menjadi panutan bagi para kepala keluarga muslim.
Hadits Ifk
Ujian yang cukup mengguncang rumah tangga Rasulullah saw adalah hadits ifk, berita bohong tentang perselingkuhan Aisyah ra. Dalam perjalanan pulang usai penaklukan Bani Mustaliq, Aisyah ra tertinggal dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang. Salah seorang sahabat bernama Shafwan ibn Muattal kebetulan juga ketinggalan karena ada suatu keperluan. Aisyah yang sendirian itu ditemukan oleh Shafwan. Oleh Shafwan, Aisyah dipersilakan naik ke untanya dan dia kawal sampai ke Madinah.
Melihat kedatangan mereka berdua yang terpisah dari rombongan, kaum Yahudi dan orang-orang munafik menghembuskan isu tidak menyenangkan bahwa Aisyah dan Shafwan telah melakukan suatu perbuatan tercela. Beberapa orang muslim ikut termakan isu tersebut.
Berita ini sampai juga ke telinga Nabi saw sehingga beliau menjadi gelisah. Sikap beliau berubah kaku terhadap Aisyah ra. Beliau mendiamkan Aisyah beberapa lama. Aisyah yang kebetulan sakit kemudian pindah sementara ke rumah orangtuanya karena butuh perhatian dan perawatan.
Isu dusta ini akhirnya sampai juga kepada Aisyah ra. Ia sangat terpukul mendengarnya. Ia hanya bisa berdoa kepada Allah swt agar membukakan tabir kebenaran atas persoalan ini dan mengembalikan sikap penyayang suaminya.
Nabi Muhammad saw yang dalam keadaan makin gelisah kemudian melakukan beberapa langkah penting. Beliau terlebih dahulu meminta pendapat dua orang sahabatnya, Usamah ibn Zaid dan Aly ibn Abu Thalib. Usamah ibn Zaid menolak berita dusta tersebut dan mempercayai kesucian Aisyah ra. Aly ibn Abu Thalib memilih diam tidak memberikan jawaban. Hal ini menyebabkan Rasulullah saw memanggil pembantu Aisyah dan memintanya berkata jujur tentang kepribadian Aisyah. Pembantu tersebut menyatakan Aisyah sebagai wanita baik dan segala tuduhan itu dibantahnya.
Berbekal informasi tentang keluhuran akhlak Aisyah di atas, kekakuan Muhammad saw sedikit cair. Rasa kecewanya sedikit mereda. Ia kembali mendapatkan kekuatan untuk berbicara langsung pada Aisyah. Beliau pun datang menemui Aisyah ra guna mengklarifikasi persoalan. Beliau meminta Aisyah berterus terang tentang kejadian yang sebenarnya seraya mengingatkan Aisyah untuk bertobat. Aisyah membantah berita dusta tersebut. Bahkan disuruh bertobat pun Aisyah tidak akan bertobat karena dia yakin Allah tahu bahwa dia tidak bersalah.
Dalam situasi tidak jelas seperti ini, Rasulullah saw diam. Beliau tidak mengambil tindakan membela maupun menyalahkan Aisyah, karena memang bukti-bukti yang ada sama sekali tidak kuat. Isu yang berkembang tidak memiliki dasar bukti, sementara bantahan Aisyah juga hanya sekadar pengakuannya. Dalam kondisi demikian, turun wahyu Allah memberi jawaban atas persoalan yang berkembang. Wahyu tersebut menyatakan kesucian Aisyah, membebaskannya dari segala macam tuduhan jahat.
Usai menerima wahyu, Rasulullah saw bangkit, membelai Aisyah dan menyampaikan kabar gembira bahwa dirinya tidak bersalah. Aisyah pun bahagia. Selanjutnya Rasulullah saw membacakan wahyu tersebut di hadapan banyak orang sehingga persoalan menjadi gamblang dan tiada lagi kecurigaan apapun.
Ejekan Hafshah Terhadap Shafiyah
Persoalan lainnya adalah ejekan yang dilontarkan oleh Hafshah binti Umar ibn Khathab terhadap Shafiyah binti Huyai. Shafiyah yang cantik menawan membuat para istri Nabi yang lain cemburu. Mereka lantas sering menyindir Shafiyah. Bahkan Hafshah malah pernah mengejeknya dengan kata-kata, “Kamu anak Yahudi.” Ejekan Hafshah ini membuat Nabi saw gusar.
Nabi Muhammad saw memang sempat mendiamkan Hafshah namun tidak lama. Setelah itu, beliau menemuinya dan menasihatinya agar takut kepada Allah dan bertobat atas apa yang sudah diucapkannya. Sedangkan kepada Shafiyah, Rasulullah saw membesarkan hatinya dengan menghiburnya bahwa dia adalah keluarga tiga orang nabi. Dengan demikian Shafiyah menjadi lebih percaya diri, sementara Hafshah tersadar akan kesalahannya dan bertobat kepada Allah.
Kecemburuan Istri-Istri Nabi Saw
Berikutnya, adalah cara Nabi mengatasi masalah rumah tangga soal kecemburuan. Kecemburuan merupakan sifat manusiawi yang juga menghiasi perjalanan rumah tangga Nabi Muhammad saw. Istri-istri Nabi pernah cemburu pada Shafiyah. Aisyah pernah cemburu pada Khadijah. Di antara mereka juga saling cemburu satu sama lain. Mariyah al-Qibthiyah juga dicemburui lantaran melahirkan Ibrahim untuk Rasulullah saw.
Salah satu kecemburuan mereka adalah kepada Zainab binti Jahsy yang memiliki wajah cantik serta pernikahannya dengan Rasulullah saw disebutkan dalam al-Quran. Kecemburuan mereka ini sampai membuat Rasulullah saw gusar. Beliau menjauhi dan mendiamkan mereka selama kurang lebih satu bulan.
Menariknya, beliau tidak mendiskusikan persoalan rumah tangga beliau ini kepada orang lain. Dengan demikian hanya beliau dan istri-istrinya yang tahu. Hal semacam ini menjadi contoh bagi kita agar tidak membongkar aib keluarga kepada khalayak. Namun yang begini ini memang ada risikonya; muncul desas-desus yang tidak benar karena orang-orang memang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Desas-desas ini membuat mertua Rasulullah saw seperti Abu Bakr dan Umar khawatir. Mereka takut jika putri-putri mereka dimurkai Allah dan Rasul-Nya. Mereka juga cemas karena berdasarkan desas-desus yang beredar, putri-putri mereka dikabarkan sudah dicerai oleh Rasulullah. Mereka pun datang langsung meminta informasi yang benar dari Rasulullah. Oleh Rasulullah, desas-desus itu dibantah dan tidak benar bahwa beliau sudah menceraikan mereka.
Hakikat persoalan ini lantas segera diumumkan oleh Umar kepada khalayak ramai sehingga tidak menyisakan fitnah berkelanjutan. Setelah itu turun ayat mengenai persoalan ini dimana Rasulullah saw ditegur Allah atas sikap beliau mendiamkan istri-istrinya selama satu bulan. Walau demikian istri-istri beliau tersadar oleh kebesaran hati beliau tidak menceraikan mereka dan menutup rapat aib mereka dari khalayak. Mereka kembali ke pelukan Rasulullah saw, dan beliau pun dengan besar hati merangkul mereka kembali.
Tuntutan Tambahan Harta
Semenjak kematian Khadijah ra, intensitas dakwah Nabi saw semakin meningkat. Hal mana menyebabkan beliau tidak punya waktu untuk bekerja meraih penghasilan bagi keluarga beliau. Lama kelamaan beliau dan istri-istrinya hidup dalam keadaan miskin.
Kepulangan beliau dari perang Hunain dengan membawa kemenangan gemilang, dimanfaatkan oleh istri-istrinya untuk meminta tambahan harta bagi mereka, agar mereka bisa hidup layak. Mereka menuntut dengan sangat mendesak. Hal ini membuat Rasulullah saw bermuram durja, sedih selama satu bulan lamanya.
Selama masa itu Rasulullah saw tidak mengambil tindakan apapun karena kesedihan yang sangat. Mau menuruti kemauan mereka, beliau tidak berpunya harta lagi. Mau marah pada mereka, nyatanya beliau tidak sanggup menyejahterakan mereka. Beliau bingung, kalut, dan tak mampu memilih sikap. Setidaknya ini memberi teladan pula bagi kita, bahwa dalam kondisi tidak tenang semestinya kita tidak mengambil sikap terburu-buru untuk menyelesaikan persoalan. Kita perlu menenangkan diri lebih dahulu, berpikir jernih, hingga jalan keluar yang ditemukan nantinya benar-benar membawa maslahat.
Baca juga: Penulis Biografi Terbaik di Indonesia
Setelah satu bulan berlalu, Allah membantu beliau dengan menurunkan ayat-Nya. Dari ayat itulah beliau mendapatkan petunjuk bagaimana mengambil sikap terhadap persoalan yang terjadi. Beliau menawarkan mereka memilih salah satu dari dua hal: jika mereka menghendaki harta dunia maka mereka akan diceraikan Nabi saw dengan cara yang baik sehingga mereka bisa menikah dengan orang lain yang berpunya, atau jika mereka lebih mencintai kampung akhirat nan penuh kenikmatan maka mereka harus setia menemani Nabi saw dalam kondisi sesulit apapun. Tantangan ini membuat mereka tersadar, tak berpikir panjang memilih untuk tetap hidup bersama Nabi semiskin apapun kondisi mereka, dan bertobat pada Allah.
Begitu lah cara Nabi mengatasi masalah rumah tangga. Semoga bisa menjadi inspirasi.[]
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!