Cara Memulai Bisnis Fashion – Berbisnis hijab atau busana muslimah, kini menjadi impian banyak muslimah muda, karena memang pasar muslim yang menggeliat hebat dan menggiurkan.
Apalagi, bagi para muslimah yang memang memiliki passion dalam bidang fesyen, sehingga berbisnis hijab atau baju muslimah memang menjadi idaman dan impian.
Nah, akan tetapi, banyak para muslimah yang bingung darimana harus memulai berbisnis hijab atau busana muslimah ini. Patut dimaklumi, karena memang banyak orang yang ingin menjadi pebisnis, tetapi banyak juga yang bingung untuk memulainya atau harus memulai dari mana. Bahkan, banyak juga yang malu bertanya kepada orang lain yang lebih berpengalaman dalam menggeluti sesuatu.
Hariwijaya dalam buku 7 Jurus Jitu Memulai Bisnis, memberikan 11 pedoman cara memulai bisnis. Penjelasan ini kemudian disempurnakan oleh Gunawan Ardiyanto dalam bukunya My Hobby My Business: Fashion yang dikoneksikan penjelasannya dengan bisnis fesyen. 11 pedoman cara memulai bisnis tersebut antara lain Keuntungan, Kemampuan Teknis, Pangsa Pasar, Bahan Baku, Tenaga Kerja, Modal, Risiko, Persaingan, Fasilitas Usaha, Prospek Masa Depan, dan Aturan Hukum.
Yuk kita bahas satu per satu.
#1 – Keuntungan
Salah satu tujuan kita menjadi pebisnis adalah untuk mendapatkan keuntungan. Kita hanya menentukan seberapa besar keuntungan yang kita harapkan dari bisnis yang kita kerjakan. Setiap bisnis mempunyai range keuntungan yang berbeda-beda, ada yang 5%, 10%, 20%, 30%, 50%, 100%, bahkan ada yang di atas 100%, bergantung pada tingkat risiko, tingkat kesulitan, tingkat kompetisi, atau tingkat kelangkaan.
Dalam bisnis fashion, keuntungan yang bisa diperoleh berkisar antara 30-70% bergantung pada level mana pangsa pasar yang kita masuki.
Pada saat menjadikan fashion sebagai lahan bisnis, kita harus menentukan berapa kisaran profit yang kita harapkan. Kita akan mempertimbangkan biaya desain, bahan baku, biaya operasional (gaji karyawan, listrik, dan air), biaya transportasi dan distribusi, biaya promosi, faktor risiko, faktor keunikan, atau kelangkaan. Keuntungan yang diharapkan, sebaiknya dalam bentuk tunai (cash) karena jika keuntungan kita masih berupa piutang (uang tertahan di konsumen) maka kita sama saja belum bisa menikmati keuntungan tersebut.
#2 – Kemampuan Teknis
Jika berkecimpung dalam dunia fashion maka tentu saja kemampuan teknis dalam bisnis fashion diperlukan, bergantung pada sisi mana kita mengelola bisnis ini, baik dari sisi desain, produksi, distribusi, atau pemasaran.
Jika bergerak di bidang desain, kita sangat memerlukan kemampuan teknis dalam mendesain pakaian, baik sebagai desainer—langsung atau sebagai supervisor desain—untuk itu selain memiliki minat dan bakat, kita juga memerlukan pendidikan formal ataupun informal di bidang desain. Hal tersebut bisa kita tempuh dengan mengikuti kuliah atau sekolah desain, mengikuti kursus, workshop atau seminar sehingga kita juga memiliki kemampuan untuk membuat desain, mengoreksi pekerjaan desainer, memberi masukan, dan mengikuti perkembangan trend an gaya fashion, baik di Indonesia bahkan di luar negeri.
Kemampuan teknis tersebut juga perlu didukung oleh referensi buku atau majalah khusus tentang fashion. Jika bergerak di bidang produksi, kita harus menguasai hal-hal teknis, seperti pemilihan bahan baku berdasarkan rencangan desainer, mulai dari kain, jenis benang, jenis ritsleting, jenis kancing, jenis aksesoris, serta variasi warna-warnanya. Bahkan, kita pun harus menguasi teknik memotong, menjahit, mengobras, finishing, atau quality control sehingga hasilnya sesuai yang diharapkan konsumen.
Dalam mengelola sebuah usaha kita pun harus memperhatikan masalah kuantitas selain kualitas, yakni pencapaian jumlah target produksi dengan mempertimbangkan jumlah tenaga kerja, bahan baku, dan waktu yang diperlukan serta kontinuitas, yaitu produksi yang berkesinambungan dari waktu ke waktu.
Sedangkan, jika kita menangani distribusi, kita harus menguasai jalur distribusi, jenis armada yang diperlukan, alamat yang akan dituju, waktu, dan kecepatan pengantaran serta keamanan produk yang dikirim. Jika tidak mampu dikerjakan sendiri maka kita bisa memanfaatkan pihak ketiga untuk melakukan proses distribusi hasil produksi.
Sedangkan, dalam pemasaran fashion, kita harus menguasai teknik komunikasi dan pemasaran yang sesuai dengan pangsa pasar produk kita. Kita perlu mencermati teknik marketing melalui media cetak (majalah, koran, tabloid, brosur, spanduk), media elektronik (televisi dan radio), internet atau sosial media atau internet, (situs, facebook, twitter, BBM, dan sebagainya).
#3 – Pangsa Pasar
Menentukan pangsa pasar dari bisnis juga akan menentukan tingkat keberhasilan, pangsa pasar ini bisa Anda bedakan beberapa macam, misalnya:
- Berdasarkan umur: anak, remaja, dewasa.
- Berdasarkan wilayah: dalam kota, dalam pulau, luar pulau, luar negeri.
- Berdasarkan jenis kelamin: pria atau wanita
- Berdasarkan agama: muslim dan nonmuslim
- Berdasarkan tingkat sosial-ekonomi: menengah ke bawah dan menengah ke atas.
#4 – Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena bahan baku akan menentukan jenis pakaian, kualitas, dan harga jual fashion yang kita hasilkan.
- Level bahan baku: apakah kita memulainya dari bahan mentah, misalnya benang atau dari bahan setengah jadi seperti kain?
- Jenis bahan baku: apakah memanfaatkan kain berbahan denim, katun, primis, katun santyu, katun samforis, katun prima, katun sada, atau kain sutra, polyster, sintetis-semi sintetis, atau menggunakan bahan kulit binatang, seperti kambing, domba, sapi, atau sapi.
- Harga bahan baku: Apakah kita menggunakan harga untuk kelas menengah ke bawah atau kelas menengah ke atas.
- Asal bahan baku: bahan baku lokal atau bahan baku impor.
- Ketersediaan: apakah bahan baku selalu tersedia dalam kapasitas yang cukup atau tidak.
#5 – Tenaga Kerja
- Apakah memerlukan tenaga kerja dengan level tertentu: skill, unskilled
- Apakah menggunakan tenaga kerja tetap, lepas, kontrak, atau borongan.
- Apakah menggunakan tenaga kerja lokal atau asing.
- Di bidang apa sajakah kita memerlukan tenaga kerja dengan spesifikasi khusus untuk desain, produksi, manajemen dan keuangan, pemasaran, promosi, distribusi, dan sebagainya.
#6 – Modal
Sesuaikan jenis usaha yang akan kita kerjakan dengan modal yang kita miliki. Lalu, siapkan modal agar bisa bertahan dalam tahap perintisan usaha dalam 3-6 bulan ke depan agar kita bisa berkonsentrasi dalam menjalankan bisnis ini. Dalam tahap awal jangan sampai kita menggunakan modal terbatas. kita jangan dipusingkan dengan masalah tagihan terlebih dahulu.
Misalnya, jika kita akan berbisnis fashion maka kita akan menentukan besaran modal yang akan kita gunakan, setelah itu menentukan di sektor mana kita akan berbisnis, misalnya pada pengadaan dan jual beli bahan baku, bidang produksi, di bidang promosi, dan distribusi.
#7 – Risiko
Setiap bisnis memiliki risiko untung dan risiko rugi. Risiko ini terkait dengan target laba usaha. Makin besar risikonya, makin besar juga range profit yang kita tetapkan.
Risiko muncul di setiap tahapan pekerjaan, yakni pada tahap berikut ini:
- Pada tahap desain
- Pada tahap produksi
- Pada tahap penyimpanan
- Pada tahap distribusi
- Pada tahap penjualan
- Pada tahap penagihan
#8 – Persaingan
Menjadi hal yang umum jika dalam suatu usaha terjadi persaingan, baik langsung atau tidak langsung, dekat, atau jauh, offline, atau online, atau dalam negeri atau luar negeri.
Oleh karena itu, kita hendaknya menentukan dengan sebenar-benarnya akan bermain pada bisnis apa, supaya kita tahu persis siapa para pesaing kita. Dengan demikian kita dapat menentukan strategi apa yang diperlukan untuk memenangkan persaingan itu, minimal dapat bertahan untuk kelangsungan bisnis tersebut.
#9 – Fasilitas Usaha
Kita cermati, fasilitas apa yang kita miliki atau apa yang bisa kita dapatkan dari orang-orang terdekat untuk memenuhi hal-hal yang kita butuhkan dalam membuka usaha. Misalnya:
- mendapatkan modal dari keluarga.
- mendapatkan pinjaman tempat usaha.
- mendapatkan pinjaman kendaraan (mobil, sepeda motor).
- mendapatkan pinjaman alat-alat produksi.
- mendapatkan fasilitas beriklan gratis (murah) di media cetak atau media sosial.
#10 – Prospek Masa Depan
Kita mampu memprediksi prospek bisnis ke depan, baik jangka menengah maupun jangka panjang, termasuk pengembangan jenis usaha, penambahan cabang di luar kota, luar pulau, atau luar negeri bahkan hingga dalam bentuk franchise.
Kita menetapkan strategi disesuaikan dengan prospek masing-masing kemungkinannya.
#11 – Aturan Hukum
Anda juga perlu memperhatikan aturan hukum yang berlaku mulai dari legalitas usaha, misalnya pendirian perusahaan dalam bentuk CV atau PT, mengurus izin yang diperlukan sesuai dengan pertaturan daerah yang berlaku, misalnya SITU, SIUP, NPWP, dsb.
Nah, itulah penjelasan singkat tentang 11 pedoman utama yang harus kamu kuasai bila kamu ingin menjadi seorang pebisnis fashion. Apabila masih ada pertanyaan, silakan tulis di kolom kementar, untuk menjadi bahan diskusi.
Salam sukses!
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!
