Cara Membuat Resensi Buku – Salah satu fungsi resensi adalah mengenalkan buku tersebut kepada khalayak yang lebih luas. Dengan adanya resensi, calon pembaca baru akan mengetahui kekuatan dari buku tersebut.
Kata resensi sendiri berasal dari bahasa Latin recenseo yang berarti “memeriksa kembali” atau “menimbang”. Kata resensi di Indonesia berasal dari bahasa Belanda, recensie. Selain istilah “resensi buku”, untuk pengertian yang sama, juga dipakai istilah “tinjauan buku”, “timbangan buku” atau “pembicaraan buku”. Semua mengacu pada pengertian yang sama.
Apakah hakikat resensi buku itu? Resensi buku adalah pertimbangan baik-buruknya sebuah buku. Jadi, buku itu ditilik dari berbagai segi/aspek. Kemudian, disimpulkan apakah buku itu, misalnya, “bagus”, “sedang-sedang saja”, atau “tidak bagus”.
Biasanya, resensi dimuat di media cetak (koran dan majalah). Dengan demikian, si pembaca resensi bisa memutuskan apakah dia akan membeli buku bersangkutan atau tidak. Ini bisa diketahui dari dua hal. Pertama, isi buku yang dipaparkan si penulis resensi. Kedua, penilaian si penulis resensi terhadap buku yang dibicarakan.
Kalau begitu, apakah resensi buku sama dengan promosi gratis bagi penerbit atau pengarang buku?
Dari satu segi, bisa dikatakan demikian. Apalagi jika dilihat dari segi penerbit atau pengarang. Hanya saja, penulis resensi yang baik haruslah menulis secara objektif. Harus mempertimbangkan buku secara objektif. Tidak boleh berat sebelah. Misalnya, kalau hubungannya baik dengan penerbit/pengarang, penulis resensi langsung memuji-muji buku yang dibicarakannya. Sebaliknya, karena tidak akrab dengan penerbit/penulis, atau bahkan tidak mengenalnya, lantas mengecam/mengkiritik habis buku yang dibicarakan.
Cara semacam ini tidak boleh dilakukan penulis resensi. Cara ini tidak etis. Sebaiknya tidak dipraktekkan.
Menulis resensi sebenarnya mudah. Namun, sebelum meresensi, semestinya seseorang memahami dasar-dasar menulis resensi, yaitu:
Pertama, memahami atau menangkap tujuan (maksud) pengarang dengan karya yang dibuatnya. Berhasil atau tidaknya kita menangkap tujuan dari sang penulis akan menentukan bagus atau tidaknya resensi.
Kedua, memiliki tujuan dalam membuat resensi buku. Seperti dasar menulis artikel pada umumnya, sebuah tulisan harus didasarkan sebuah tujuan. Begitu juga dengan resensi. Tujuan itu bisa berupa mengajak orang-orang untuk ikut membaca buku itu, ataupun bisa sebagai kritik dan masukan bagi sang penulis.
Ketiga, harus mengenal atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman dari pembaca. Dengan memahami selera dan tingkat pemahaman pembaca, kemudian akan tercipta gaya tulisan dan juga buku yang hendak diresensi.
Keempat, mempunyai pengetahuan dan menguasai berbagai disiplin pengetahuan sebagai tolak ukur ketika mengemukakan keunggulan dan kelemahan buku. Menguasai berbagai pengetahuan akan mempermudah kita menulis resensi yang memadai sesuai dengan kategori buku tersebut. Seperti menulis resensi tentang buku keislaman tentu harus memiliki wawasan keagamaan yang cukup.
Kelima, jadilah pengamat buku sekaligus kolektor buku. Bagus atau tidaknya sebuah buku akan relatif berbeda tiap orang. Memberikan perbandingan dengan buku lain akan mempermudah kita dan pembaca dalam menentukan tolak ukur kadar kualitas buku yang diresensi.
Keenam, menampilkan data buku, seperti judul, penulis, editor, penerbit, tebal, dan juga harga buku.
Buku yang Diresensi
Buku apa yang bisa diresensi?
Sebetulnya, buku apa saja bisa diresensi. Bisa buku fiksi, bisa buku nonfiksi. Bisa buku umum, bisa buku khusus (bidang tertentu). Kekecualian tentu ada. Biasanya, buku pelajaran dan kitab suci tidak diresensi.
Lazimnya, yang diresensi adalah buku yang baru terbit. Misalnya, buku yang terbit pada tahun yang sama (1999). Minimal, buku yang terbit tahun sebelumnya (1998). Buku yang sudah terbit dua tahun sebelumnya (1997), biasanya tidak diresensi lagi. Demikian pula buku cetak ulang; biasanya tidak diresensi.
Dengan kata lain, ada fungsi lain dari resensi buku, yaitu fungsi pemberitahuan/pengumuman kepada khalayak (pembaca) mengenai adanya buku yang baru terbit. Buku yang patut dipertimbangkan pembaca untuk membelinya atau tidak.
Untuk buletin/majalah sekolah, barangkali perlu dibatasi buku-buku yang diresensi, misalnya
- buku pendidikan,
- buku fiksi/nonfiksi untuk remaja,
- buku keterampilan remaja, dan
- buku untuk pengembangan hobi (mobil, motor, filateli, korespondensi).
Penulis Resensi
Siapa yang bisa menulis resensi?
Sebetulnya, siapa saja bisa menyunting naskah. Bisa guru, siswa, mahasiswa, dosen, kepala sekolah, mahasiswa, wartawan. Pokoknya, siapa saja yang berminat menyunting naskah. Yang penting, peresensi menguasai materi buku yang dibicarakan. Minimal peresensi mempunyai pengetahuan mengenai buku yang diresensi. Jadi, kalau kita tidak tahu mengenai ekonomi atau teknologi, sebaiknya jangan kita coba-coba meresensi buku ekonomi atau buku teknologi. Kalau dipaksakan, akibatnya bisa fatal. Misalnya, resensi kita jelek sehingga tak layak muat.
Jadi, sebaiknya kita hanya meresensi buku yang kita minati dan jangan sekali-kali meresensi buku yang tidak kita kuasai materi/isinya.
Struktur/Pola Resensi
Apakah ada struktur/pola resensi buku yang standar (baku)?
Seperti halnya sebuah artikel, untuk resensi buku juga berlaku pola berikut:
- bagian pembukaan,
- bagian isi, dan
- bagian penutup.
Pada Bagian Pembukaan biasanya dicantumkan latar belakang terbitnya buku itu: mengapa buku semacam itu diterbitkan; karya yang ada sebelum buku itu; relevansinya dengan pembaca. Jadi, bagian ini semacam pengantar ke dalam buku yang diresensi.
Pada Bagian Isi diuraikan secara ringkas kandungan/isi buku. Tak perlu diuraikan bab per bab seperti tercantum pada daftar isi (jika itu buku nonfiksi). Kalau ini dilakukan, pasti akan membosankan pembaca. Dengan kata lain, isi buku cukup dijabarkan secara keseluruhan atau komprehensif. Jadi, intisari/garis besar buku itu apa.
Untuk memperkuat resensi kita, kadang-kadang kita perlu mengutip atau mencuplik kalimat pengarang di sana-sini. Kalau ini dilakukan, jangan lupa mencantumkan nomor halaman. Ini penting karena dua hal. Pertama, pembaca bisa memeriksa apakah kata-kata atau kalimat kutipan itu sudah betul. Kedua, siapa tahu kita salah kutip.
Pada Bagian Penutup dicantumkan penilaian peresensi terhadap buku yang dibicarakan. Jadi, plus-minus buku itu. Kalau buku itu disebut “bagus”, kita harus bisa menyebutkan keunggulan-keunggulannya. Misalnya, buku itu yang pertama di bidangnya. Atau, buku itu sangat dibutuhkan masyarakat/kalangan tertentu. Kalau penilaian kita “sedang”, kita harus dapat menyebutkan kekurangan dan kelemahan buku itu. Misalnya, susunan buku kurang sistematis, penyajiannya kurang baik, kalimatnya panjang-panjang, kurang memperhatikan ejaan, dan nomor-nomor halaman ada yang loncat.
Pada bagian ini juga perlu disebutkan konsumen buku itu. Misalnya, buku itu cocok untuk tingkat pendidikan, jenis profesi, dan jenis kelamin mana.
Adakah perbandingan persentase untuk ketiga bagian itu? Perbandingannya kira-kira sebagai berikut: Pembukaan 10–15%, Isi 70-80%, dan Penutup 10-15%. Dengan kata lain, porsi yang paling banyak adalah untuk Bagian Isi. Bahkan porsi Bagian Isi masih lebih besar dibandingkan dengan porsi Bagian Pembukaan dan Bagian Penutup.
Panjang Resensi
Adakah ukuran panjang yang standar/baku untuk sebuah resensi buku?
Tidak ada. Panjang resensi tergantung pada kebijaksanaan tiap media. Ada yang menetapkan satu resensi hanya satu halaman cetak majalah. Ada yang menetapkan dua halaman cetak. Satu halaman cetak majalah dengan format 21 x 27,5 cm kira-kira sama dengan 3 halaman kuarto, 2 spasi. Dua halaman cetak = 6 halaman kuarto.
Lalu, berapa banyak resensi yang dimuat dalam satu edisi (terbitan)? Ini pun terpulang pada kebijaksanaan media bersangkutan. Tiap edisi bisa dimuat satu, dua, atau tiga resensi. Jadi, sepenuhnya tergantung pada pengelola media bersangkutan.
Demikian pembahasan tentang cara membuat resensi buku. Semoga membantu untuk Anda yang mencari tahu cara membuat resensi buku. Terima kasih.
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!
terima kasih tips menulis resensinya mas editor 🙂
Ah, masnya nih, merendah ah 😉
Pingback: Panduan Singkat Resensi Buku - Ciprinus