belajar dari tony hsieh

Belajar dari Tony Hsieh Pendiri Zappos yang Fenomenal!

Belajar dari Tony Hsieh – Pada tanggal 28 November 2020, pada umur 46 tahun, Tony Hsieh meninggal dunia. Ia adalah seorang pebisnis kreatif yang telah meninggalkan banyak inspirasi. Apa saja yang bisa kita pelajari dari sosoknya?

 

1. Membangun Bisnis Berdasarkan Passion

Membangun bisnis yang sesuai passion tak hanya membuat bekerja lebih semangat, mati-matian, dan full energy, namun juga bisa menginspirasi orang di saat yang sama.

Selain itu, kesuksesan akan lebih berarti dan membuat kita makin bahagia manakala bisnis itu sesuai dengan passion.

Seperti Tony Hsieh yang membangun Zappos dengan passion yang unik: happiness.

Passion terbesarnya bukan pada produk Zappos-nya, yaitu sepatu, tapi lebih ke pelayanan konsumennya. Misinya membangun Zappos bukan untuk dikenal sebagai retailer sepatu online paling masyhur, tapi sebagai bisnis dengan pelayanan konsumen terbaik.

Tak heran, bila kemudian Tony Hsieh diganjar masuk daftar Entrepreneur of The Decade (2000-2009) oleh Inc. Magazine. Itu penghargaan salah satunya, tentu saja. Penghargaan lain tentulah masih banyak yang ia dapatkan.

Tak hanya itu, kepiawaiannya membangun kultur happiness dalam perusahaannya, membuat Zappos menjadi salah satu perusahaan idaman dunia yang paling nyaman sebagai tempat bekerja.

Semua berawal dari mimpi sederhananya membangun perusahaan penuh keriangan, dan kepuasan pelanggan. Tony Hsieh meyakini bahwa pelanggan akan cepat lupa dengan produk juga diskon-diskon, tapi mereka takkan pernah lupa dengan pengalaman pelayanan pelanggan terbaik yang disajikan oleh Zappos.

Sejauh ini, Tony Hsieh menginspirasi dunia usaha karena telah berhasil membangun kultur dan brand di bawah satu bendera yang sama: happiness. Sebuah pencapaian unik, di antara belantara pengusaha kreatif lainnya.

 

2. Pandai Berstrategi

Pada usia 22, Tony Hsieh, lulus dari Harvard. Saat Tony berusia 23 tahun, enam bulan setelah memulai LinkExchange, dia ditawari satu juta dolar untuk pengakuisisian perusahaan tersebut.

Setelah banyak berpikir dan berdiskusi dengan partner kerjanya di LinkExchange, dia menolak tawaran tersebut karena percaya bahwa dia dapat terus membangun LinkExchange menjadi sesuatu yang lebih besar.

Lima bulan kemudian, Tony Hsieh ditawari 20 juta dolar dari Jerry Yang, salah satu pendiri Yahoo! Jumlah itu tentu sangat besar pada tahun itu—bahkan untuk tahun sekarang. Pikiran pertamanya yang muncul adalah, “Saya senang saya tidak menjual lima bulan yang lalu!” Namun, dia menahannya dan meminta beberapa hari untuk mempertimbangkan tawaran tersebut.

Tony memikirkan semua hal yang akan dia lakukan jika dia memiliki semua uang itu. Dan setelah merenung, dia hanya bisa memikirkan daftar kecil hal yang dia inginkan:

  • Sebuah kondominium
  • TV dan home theater built-in
  • Kemampuan untuk pergi berlibur mini akhir pekan kapan pun dia mau
  • Komputer baru. Untuk memulai perusahaan lain karena dia menyukai gagasan untuk membangun dan menumbuhkan sesuatu.

Itu saja.

tony hsieh meninggal

Dia menyimpulkan bahwa dia sudah bisa membeli TV, komputer baru, dan sudah bisa berlibur mini akhir pekan kapan pun dia mau. Dia baru berusia 23 tahun, jadi dia memutuskan sebuah kondominium bisa menunggu lain waktu saja.

Tony kemudian berpikir, mengapa harus menjual LinkExchange hanya untuk membangun dan menumbuhkan perusahaan lain?

Setahun setelah Tony menolak tawaran 20 juta dolar, Linkexchange meledak. Ada lebih dari 100 karyawan. Bisnis sedang booming. Namun, Hsieh tidak lagi senang berada di sana. Budaya dan politik telah berubah secara halus dalam proses pertumbuhan yang cepat.

LinkeExchange bukan lagi Hsieh dan sekelompok teman dekat membangun sesuatu yang mereka cintai. Mereka telah mempekerjakan sekelompok orang yang tidak memiliki visi dan motivasi yang sama dengan mereka. Banyak karyawan baru tidak peduli dengan LinkExchange, atau tentang membangun sesuatu yang mereka cintai. Sebaliknya, mereka hanya ingin cepat kaya—murni mementingkan diri sendiri.

Jadi dia memutuskan untuk menjual perusahaan itu sesuai persyaratannya. Microsoft membeli LinkExchange pada tahun 1998 seharga 265 juta dolar saat Hsieh berusia 25 tahun.

Cerita Tony Hsieh saat menolak dua kali tawaran akuisisi LinkExchange menyadarkan kita bahwa kadang hidup tentang strategi, atau penundaan sesuatu, untuk hal yang lebih baik di masa depan. Yap, seperti memainkan sebuah permainan catur.

 

Baca Juga: Copywriting Formula

 

3. Pandangan Tentang Kesuksesan

Belajar dari Tony Hsieh selanjutnya adalah belajar tentang memandang arti kesuksesan.

Dalam Delivering Happiness, Tony Hsieh menyajikan 3 Framework of Happiness.

Pertama, pleasure. Yaitu kesenangan.

Di tipe inilah kebahagiaan yang biasanya dikejar banyak orang. Padahal, tipe ini justru melahirkan ketergantungan dan ketagihan yang amat mendalam. Kebahagiaan tipe ini tidak akan bertahan dan berlangsung lama. Contohnya adalah saat memiliki motor baru, senangnya bukan main. Tapi hanya akan bertahan satu-dua minggu.

Setelah itu biasa saja. Apalagi, setelah dua minggu motornya terserempet. Jenis kebahagiaan seperti ini juga rentan terhadap perbandingan. Begitu tetangga membeli motor yang lebih keren dan modern, rasa bahagia itu akan lenyap bahkan berubah menjadi kecewa tingkat mendalam.

Kedua, passion. Ini adalah kondisi flow, saat peak performance dan peak engagement kita bertemu.

Kesibukan yang mengasyikkan. Seperti seorang penulis yang mengerjakan bukunya, seorang pelukis menyelesaikan karyanya. Riset menyimpulkan bahwa jenis kebahagiaan tingkat kedua ini berlangsung lebih lama dibandingkan level pertama tadi.

Ketiga, higher purpose. Ini adalah jenis kebahagiaan saat kita menjadi dan melakukan sesuatu yang “di luar diri kita”, menjadi bagian dari sesuatu yang “lebih besar” daripada diri kita, mengejar sesuatu yang lebih “bermakna”.

Riset menunjukkan inilah jenis kebahagiaan tertinggi yang long lasting. Nah, kekayaan kontribusi juga akan memberikan kebahagiaan yang abadi. Bahkan, dalam Islam berarti mendapatkan pahala yang tiada henti.

“Semua orang bisa mendefinisikan happiness dengan sudut pandang masing-masing,” kata Arvan Pradiansyah, “tetapi sebenarnya banyak orang yang tidak memahami bahwa happiness is actually a process. Banyak orang yang berpendapat bahwa yang perlu dikejar dalam hidup ini adalah sukses, sebab kalau sudah mencapai kesuksesan, dia akan mendapat kebahagiaan. Bahagia itu bukan hasil sukses. Happiness dulu, baru sukses.”

 

***

 

Itulah beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sosok Tony Hsieh. Belajar dari Tony Hsieh adalah belajar tentang kreativitas, pandangan hidup, serta passion berbisnis yang kuat. Semoga kamu tercerahkan.


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.




I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )

Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.

Kesempatan terbatas!


Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:

Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!


Bergabunglah bersama 5.357 pembelajar lainnya.
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Dua pekan sekali, saya berikan informasi penting mengenai writerpreneurship. Wajib bagimu untuk bergabung dalam komunitas email saya ini kalau kamu ingin belajar menjadikan profesi penulis sebagai ikthiar utama dalam menjemput rezeki, seperti yang saya lakukan sekarang ini.
Kesempatan terbatas!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Maaf, konten terlindungi. Tidak untuk disebarkan tanpa izin.