Adjie Santosoputro – Ini adalah hasil wawancara dengan salah satu teman saya, Adjie Santosoputro, yang sekarang terkenal dengan pakar mindfulness dan mental illness. Dulu memiliki jenama Adjie Silarus, akan tetapi sekarang sudah menggunakan nama aslinya, yakni Adjie Santosoputro.
Kita simak secara langsung hasil interview-nya, ya.
Bila harus dideskripsikan, seperti apa sih perjalanan hidup Adjie Santosoputro hingga menjadi seperti sekarang?
Saya lahir di keluarga broken home. Bapak saya dipinjam orang dan tidak dikembalikan sehingga Ibu saya yang lebih banyak mendidik saya. Cara ibu mendidik saya dengan kasih sayang, cinta, kasih dan ketabahan. Tetapi, saya pun juga merasakan akan kedisiplinan dan ketegasan.
Meskipun ibu saya yang lebih banyak mendidik, bapak saya pun mengajarkan kepada saya dengan keras untuk bersyukur akan segala yang sudah kita punya, bukan malah terlalu menginginkan atas apa yang belum kita miliki.
Perjalanan hidup saya tidak pasti meskipun ada beberapa hal yang sesuai dengan yang saya rencanakan.
Dan di setiap segmen dalam perjalanan hidup saya selalu ada yang baru. Karena ketidakpastian dan segala yang baru itulah saya menjadi belajar. Kadang perlu dipaksa tapi ada juga yang merelakan diri untuk belajar dengan sendirinya. Sebelum saya mendeskripsikan perjalanan hidup saya, supaya tidak salah kaprah, saya ingin memberitahu bahwa saya bukan motivator.
Saya diselundupkan dari surga ke dunia melalui dua orang yang saya panggil ayah dan ibu. Masa kecil saya akrab dengan sepak bola dan bolos sekolah.
Beranjak remaja dengan perasaan eksis karena bermain band, menjejalkan alunan musik rock ke dalam telinga saya.
Tahun 2002, saya sah menjadi anak kos di Jogja karena saya diterima di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dan berhasil menyelesaikannya dengan gelar cumlaude.
Bank Mandiri pun memberi kesempatan saya untuk menjadi Finalis Wirausaha Muda di tahun 2010. Tetapi, cerita perjalanan hidup saya menjadi seru, ketika saya harus menerima ‘hadiah’ berupa Multiple HNP (Hernia Nukleus Pulposus). Secara sederhana berarti beberapa bagian di tulang belakang saya tidak berada di posisi semestinya. Offside.
Dari situlah saya belajar dan berlatih mindfulness untuk menyembuhkan diri saya sendiri setelah dokter menyarankan untuk operasi.
Saya tidak memilih untuk operasi karena risikonya besar, yaitu lumpuh pinggang ke bawah. Menyerah bukanlah pilihan. Saya berdamai dengan diri saya sendiri apa adanya. Saya merasakan manfaat dari mindfulness sehingga saya pun berbagi kepada sebanyak mungkin orang mengenai hal ini, supaya semakin banyak orang yang mendapatkan manfaat dari mindfulness.
Bila harus mengucapkan terima kasih kepada orang tua, ucapan apa yang hendak disampaikan kepada orang tua?
Saya hanya mampu mengucapkan, “Terima kasih … saya bersyukur mempunyai orang tua seperti mereka. Karena selain mereka, belum tentu kuat menjadi orang tua dan mempunyai anak seperti saya. Terima meskipun saya tahu dengan pasti bahwa ucapan terima kasih ini sangat tidak artinya dibandingkan cinta dan kasih mereka untuk saya.”
Keluarga dan teman. Apakah selama ini mereka cukup suportif dalam mendukung apa yang Adjie Santosoputro citakan? Dukungan seperti apa yang biasanya mereka berikan?
Saya merasa keluarga dan teman cukup suportif dalam mendukung saya, meskipun bentuk dukungan mereka berbeda-beda dan bahkan tidak sesuai dengan keinginan saya. Ya begitulah yang membuat perjalanan cita saya menjadi menarik. Ada yang diam saja tapi ternyata mendukung dalam doa. Ada yang terlalu agresif mendukung saya sehingga malah mengganggu perjalanan saya. Tetapi, ada juga yang melakukan dukungan dengan menentang saya. Saya pun menganggap ‘menentang, menyangkal, dan sebagainya’ adalah bentuk dukungan buat saya dalam bentuk yang lain.
Mungkin mereka melakukan itu hanya untuk mengingatkan saya supaya tetap berhati-hati dan tidak sombong dalam perjalanan meraih cita-cita.
Tentu saja Adjie Santosoputro sudah melakukan banyak hal hingga ke titik ini. Namun, adakah hal lain yang sebenarnya ingin dilakukan baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang sampai saat ini belum terlaksana, dan apakah Adjie Santosoputro merasakan bahwa memberikan makna ke orang lain lebih berarti daripada menyenangkan diri sendiri?
Bahkan, hingga titik ini, saya belum merasa sudah melakukan banyak hal. Yang saya lakukan hanyalah melakukan apa yang harus saya lakukan sebaik mungkin dan tidak terlalu peduli akan hasilnya. Hal yang belum terlaksana sampai saat ini adalah memberikan makna ke orang lain karena ini lebih berarti daripada menyenangkan diri sendiri. Karena menurut saya, agar diri kita dapat merasa paling senang, maka berikanlah makna dalam hidup orang lain, lebih-lebih ke banyak orang.
Saya tidak memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan tetapi lebih menaruh minat mempelajari lagi tentang psikologi terapan, salah satunya adalah meditasi dan mindfulness.
Apa arti passion bagi seorang Adjie Santosoputro, dan apakah cukup dengan passion yang kuat saja kita bisa sukses?
Bagi saya, passion adalah inner voice. Steve Jobs pernah berkata, “Don’t let the noise of other’s opinions drown out your own inner voice.”
Passion adalah sesuatu yang membuat kita rela untuk begadang dan tidak tidur dengan senang hati, karena dengannya kita mampu melihat mimpi yang lebih jelas daripada mimpi yang hadir saat tidur. Tidak cukup dengan passion saja untuk sukses.
Kita membutuhkan kawan-kawan yang selaras, sehingga menjadi komunitas dan juga membutuhkan keberanian untuk menciptakan jalan dan cara sendiri.
Bagaimana Adjie Santosoputro mendefinisikan Indonesia, dan apakah tinggal di Indonesia mempengaruhi daya kreativitas?
Indonesia sangat indah, tetapi seringkali kita sebagai manusia Indonesia tidak menyadari akan keindahannya, tetapi orang-orang di luar Indonesia lah yang lebih melihat betapa indahnya Indonesia.
Tinggal di Indonesia sebenarnya mempunyai potensi yang kuat untuk mempengaruhi diri kita menikmati kehidupan, tetapi karena atas nama kehidupan modern dan pengaruh budaya-budaya di luar Indonesia membuat kita rapuh dan tidak mampu menikmati kehidupan.
Karena Indonesia sebagai tanah air saya, yang saya kenal, tidak kental dengan budaya ‘mesin’ nya tetapi lebih akrab dengan budaya ‘manusia’ nya. Ramah tamah, gotong royong, dan sebagainya, yang sekarang ini budaya-budaya tersebut mulai terkikis.
Warisan seperti apa yang hendak dibagikan Adjie Santosoputro kepada generasi muda Indonesia?
Bila harus mewaruskan sesuatu kepada generasi muda Indonesia, itu adalah budaya ‘manusia’. Not human doing, but human being. Menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang sadar dirinya adalah manusia yang mampu bersyukur, mencipta dan memberdayakan serta memberi makna untuk kehidupan.
Lima tahun dari sekarang, hal menarik apa yang Adjie Santosoputro rencanakan ingin lakukan, namun belum sempat untuk diwujudkan sekarang?
Saya ingin memasukkan materi ‘mindfulness’ ke dalam kurikulum pendidikan Indonesia sehingga sejak dini dan melalui generasi muda, kita dapat berbagi mengenai cara menyehatkan jiwa, mengelola marah, tidak serakah, mengelola stres, mengurangi kecemasan, mampu untuk bersyukur dan mencipta serta memberi arti dalam kehidupan.
Apakah Adjie Santosoputro sudah cukup puas dengan olah kreatif yang sudah dilakukan selama ini? Kenapa?
Setiap saya selesai melakukan sesuatu saya cukup puas. Setiap saya sedang mencipta sesuatu saya belum puas. Puas dan belum puas akan pas jika kita ciptakan di saat yang tepat. Jika timpang, maka olah kreatif pun tidak akan terjadi.
“Saya berusaha supaya tidak sibuk. Sehingga saya bisa santai.”
Apa yang membuat Adjie Santosoputro tetap konsisten di jalan ini, dan sebenarnya apa yang tengah diperjuangkan di setiap karya maupun aktivitasnya?
Saya tetap konsisten di jalan ini karena saya merasa kemampuan saya hanya ini. Ingin menyanyi, tapi suara saya fals. Saya selalu lebih menghargai orang-orang yang konsisten di jalannya, karena fokus, tidak mudah terganggu dan tergoda melakukan hal yang lain. Begitu pun cara saya menghargai diri saya. Dan dari pengalaman-pengalaman saya, saya paling merasa nyaman saat saya berjalan di jalan ini. Jika berusaha untuk bisa segalanya, hasilnya tidak akan ke mana-mana.
Yang saya perjuangkan adalah membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik dengan semakin banyaknya orang yang belajar, berlatih dan berbagi tentang ‘mindfulness’, terutama Indonesia. Karena saya cinta Indonesia, maka saya berusaha untuk menyehatkan jiwa Indonesia. Tetapi saya pun menyadari bahwa saya sendiri pun harus ingat untuk menyehatkan jiwa saya. Sehingga, selain ada visi dan misi perjuangan yang menggelegar, ada pula yang sederhana, yaitu dimulai dari diri sendiri.
Adjie Santosoputro lekat dengan konsep Sejenak Hening, sebenarnya apa sih maksud dari konsep tersebut?
Sejenak Hening adalah istilah yang saya pakai untuk menjelaskan mindfulness, yang secara ilmiah sudah terbukti memberikan dampak positif di berbagai bidang. Manfaatnya banyak. Beberapa di antaranya adalah mengelola stres, mengurangi kecemasan, menyehatkan jiwa dan membantu menemukan kebahagiaan hidup. Sejago dan sekeren apa pun musisi tidak akan mampu memainkan alat musiknya dengan indah jika alat musiknya belum disetem. Begitu pun dengan diri kita. Sejago dan sekeren apapun kita di bidang yang kita kuasai akan percuma jika diri kita belum disetem. ‘Mindfulness’ adalah alat untuk nyetem diri kita.[]
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!