Umar sangat marah tatkala merasakan bahwa perjanjian yang dijalin oleh Rasulullah dengan orang-orang Quraisy di Hudaibiyah, adalah curang dan perlakukan tidak adil kepada kaum muslimin.
Umar lalu mendatangi Abu Bakar. “Duhai Abu Bakar, bukankah Muhammad adalah utusan Allah?”
“Ya.” Jawab Abu Bakar.
“Bukankah kita ini umat Islam?” tanya Umar lagi
“Benar.” Jawab Abu Bakar.
“Bukankah mereka adalah orang-orang musyrik?” tanya Umar lagi.
“Benar.” Jawab Abu Bakar.
“Lalu, atas dasar apa kita memberikan kehinaan kepada agama kita ini?”
“DuhaiUmar, lalui saja jalan beliau. Sebab, sesungguhnya aku telah bersaksi bahwa beliau adalah utusan Allah.” Jawab Abu Bakar.
Lihat dan perhatikanlah keyakinan dan pembenaran sempurna yang dimiliki Abu Bakar. Peristiwa senada pernah terjadi saat peristiwa Isra dan Mikraj. Kala orang-orang musyrik mendatanginya dan mengabarkan bahwa Muhammad mengaku telah pergi ke Baitul Maqdis dan kembali dalam waktu satu malam saja. Padahal, ketika kafilah dagang mereka berangkat dari Mekah menuju Syam membutuhkan waktu selama sebulan. Demikian saat kembalinya dari Syam ke kemah membutuhkan waktu sebulan penuh. Mungkinkah Muhammad pergi ke Palestina lalu kembali ke Mekah dalam waktu semalam saja?
Tentu sangat tidak mungkin.
Maka, Abu Bakar menjawab, padahal ia belum mendengar cerita tersebut dari Rasulullah atau muslim lainnya, “Demi Allah, kalau yang mengatakan itu adalah Muhammad, berarti ia benar. Alangkah menakjubkannya hal itu. Demi Allah, sekiranya ia mengabarkan bahwa ia turun dari langit menuju bumi dalam waktu sehari atau semalam saja, niscaya aku akan membenarkannya. Sedangkan, hal itutentu akan lebih membuat kalian takjub.”
Sejak saat itu, Rasulullah menjulukinya Ash-Shiddiq. Artinya, Yang Senantiasa Membenarkan.
Baca juga: Atsar dan Peran Kita di Bumi-Nya
Oleh karenanya, Abu Bakar bin Ayyasy berkata, “Tidaklah Abu Bakar mengalahkan kalian dengan banyaknya puasa dan shalat, tapi ia mengalahkan kalian dengan sesuatu yang terdapat dalam hatinya. Yakni keimanannya.”
Maka, tidak mengherankan bila Rasulullah memberi kabar gembira kepadanya dengan derajat yang tinggi di surga karena keutamaan iman yang kukuh kepada Allah dan yang dibawa Rasulullah, sebagaimana riwayat dari Abu Sa’id Al-Khudri, “Sesungguhnya, penghuni derajat yang tinggi itu, orang yang berada di bawah mereka akan melihat mereka sebagaimana kalian melihat bintang yang terbit di ufuk langit. Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar termasuk dari kalangan mereka serta keduanya diberi nikmat lebih.”
Sungguh, bila segala yang terhadir belum sesuai keinginan pada awalnya, iman yang menyelamatkan. Bila segala sesuatu di luar harapan-harapan diri, iman pula yang menyelamatkan.
Berkhusnudzan saja pada-Nya, dan jalan baik akan terbentang di depan kita. Dengan begitu, kita takkan pernah merasa resah menghadapi hari-hari, karena iman telah dengan tenangnya terpatri pada diri.
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!