Content marketing adalah keharusan bagi sebuah bisnis di era modern. Tanpa menguasai content marketing, maka sebuah bisnis seperti ketinggalan zaman dan akan sangat sulit bersaing dengan para kompetitornya. Hal ini jelas, karena kita telah berada pada era internet, di mana pembuat konten terbaiklah yang akan menang.
A. Apa Itu Content Marketing
Sebelum membahas terlalu jauh, mari memulainya dari pertanyaan paling sederhana: apa sih yang dimaksud dengan content marketing?
Dalam konteks digital marketing, melakukan content marketing adalah hal wajib bagi pemasar era digital, bahkan dianggap sebagai model pemasaran digital terbaik.
Kok bisa?
Dua alasan besarnya adalah:
(1) Content marketing adalah strategi paling ampuh untuk mendapatkan customer yang loyal.
(2) Content marketing adalah strategi pemasaran yang jauh lebih efektif daripada pemasaran tradisional.
Kok bisa? Bisa.
Model pemasaran tradisional adalah menjual produk atau jasa melalui iklan. Model seperti ini sudah tidak menarik lagi, karena konsumen sudah jengah diserbu iklan.
Siapa juga sih manusia zaman sekarang yang masih mau kemakan iklan.
Makanya, ketika kita melihat iklan, baik itu secara offline maupun online, kita lebih sering untuk melewatkannya dengan sengaja. Iya, dengan sengaja!
Lalu, apakah content marketer tidak menggunakan iklan? Tetap menggunakan, akan tetapi lebih banyak digunakan untuk mengiklankan konten yang menarik atau yang bermanfaat. Hal ini memang lebih efektif, karena memang kita secara alamiah lebih suka disuguhi konten bermanfaat dan berguna, daripada iklan dari sebuah produk atau jasa secara langsung.
Jadi, apa itu content marketing?
Content marketing adalah strategi penggunaan konten sebagai alat pemasaran. Tentu saja, dalam strategi itu ada perencanaan, pembuatan, dan pendistribusian konten dengan tujuan menarik audiens tertarget sehingga tepat sasaran, lalu mengonversi mereka menjadi pelanggan yang loyal.
Content marketing adalah strategi untuk menarik audiens baru agar menjadi pelanggan, dan merawat pelanggan yang sudah ada menjadi pelanggan yang loyal.
Karena namanya content, dengan demikian bentuknya bisa beraneka ragam, bisa artikel, video, audio (podcast), gambar, dan lain sebagainya.
Faktanya nih, content marketing menyumbang hingga 6x penjualan daripada yang tidak menerapkannya. Hal ini tentu saja bisa terjadi, karena content marketing secara alamiah menghadirkan kredibilitas. Nah, kredibilas inilah yang kemudian meningkatkan konversi penjualan.
Dan … paling menarik dari content marketing adalah audiens akan terus menemukan bisnis kita lewat berbagai cara yang tak pernah kita duga, seperti dari Google Search, media sosial, situs-situs orang lain (karena mereka menggunakan backlink), juga email, dan sebagainya.
Itulah mengapa, sebuah website yang menerapkan content marketing akan mendapatkan lebih banyak pengunjung dalam jangka panjang, bahkan dibandingkan yang langsung memasang iklan, karena ketika iklan berhenti, artinya traffic juga berhenti.
B. Memahami Content Marketing
Majalah Marketeers, memberi judul yang menarik mengenai content marketing, yakni Content is the New Ad, Hahstag is the New Tagline. Bagaimana tidak, pada zaman sekarang, di mana audiens tidak lagi mudah percaya rayuan iklan, para marketer harus berpikir keras untuk mengirimkan pesan dari brand mereka.
Bagi audiens, materi iklan tradisional terkait fitur produk dan layanan sudah tidak lagi menarik.
Sekarang, waktunya marketer menggunakan yang namanya content marketing.
Lalu, apa itu content marketing?
Content marketing adalah seni menciptakan dan menyebarkan konten yang relevan dan otentik terkait brand mereka, yang pada umumnya secara digital, dengan tujuan bisa menarik perhatian dan mendekatkan diri kepada audiens.
Pada dassarnya, ada dua bagian besar dalam content marketing, yakni content ideation and creation, serta content distribution and amplification.
1. Content Ideation and Creation
Marketer perlu memikirkan tema dan format dari konten. Inilah tahap content ideation and creation. Konten sebaiknya orisinil dan otentik miliki brand tersebut dan bukan copy paste dari sumber lain.
Konten tidak hanya harus merefleksikan karakter merek, tetapi juga harus relevan dengan kebutuan audiens.
Mengapa? Karena konten inilah nantinya menjadi bentuk baru iklan bagi brand tersebut.
Lalu bagaimanya dengan temanya?
Temanya bisa variatif. Terpenting, marketer harus memilih tema yang langsung berkaitan dengan brand.
Contohnya bagaimana, sih? Masih bingung, nih ….
Tenang. Begini. Misalnya, sebuah brand agen perjalanan dalam menjalankan content marketing-nya, menciptakan konten bertema jalan-jalan seperti Ezytravel yang menciptakan website Jalan Sana Sini.
Demikian juga dengan semen Holcim yang menciptakan Solusi Rumah.
Atau, dealer motor yang memilih tema safety riding seperti Astra Motor yang menciptakan kampanye #RideWithHeart dan video Youtube “Cerdas Melanggar”. Kampanye #RideWithHeart menggantikan peran tagline dalam iklan tradisional.
Selain itu, marketer juga bisa memilih tema yang tidak berkaitan langsung. Misalnya, produsen suplemen kesehatan seperti Cerebos yang mengkampanyekan dunia kerja melalui website Dunia Profesional.
Contoh lain adalah Telkomsel yang membuat situs survei ikutikut.com untuk mengumpulkan customer insight.
Format dari konten pun harus bervariasi. Konten bisa dalam bentuk tertulis, artikel, whitepaper, studi kasus, press release, dan bahkan buku. Konten bisa juga lebih visual, seperti infografik, komik, games, video, atau film.
2. Content Distribution and Amplification
Seperti layaknya iklan, konten yang bermutu pun tidak ada gunanya jika tidak ditempatkan di berbagai media dan tidak ada yang melihat.
Iya, dong. Untuk apa, dong?
Penempatan konten paling mudah adalah di website milik brand tersebut (owned channel).
Penempatan konten pun bisa berbayar (paid channel) atau dikenal dalam dunia online sebagai native advertising.
Apa sih maksudnya?
Begini. Cara kerjanya adalah menempakan konten promosi sebuah merek di suatu publisher ternama seperti Detik.com dalam format yang seakan-akan ditulis oleh tim editor dari publisher tersebut, sehingga dianggap native oleh pembaca.
Jika konten betul-betul menarik dan newsworthy, penempatan konen bisa dilakukan secara gratis karena disebar oleh publisher secara sukarela atau menyebar secara viral melalui word of mouth atau lewat social media sharing (earned channel).
Di era digital, audiens terekspos terhadap berbagai informasi. Iklan masih sangat penting untuk awareness tetapi tidak cukup untuk advocacy. Oleh karena itu, marketer yang jeli akan fokus pada konten yang otentik dan menarik perhatian audiens secara instan dan spontan. Selain itu, konten tersebut juga disebarkan secara konsisten.
Tujuannya, tentu saja agar brand menjadi terasosiasi dengan konten tersebut dan memiliki otoritas yang tinggi di tema tersebut. Misalkan, brand tentang biro perjalanan, secara konsisten dan kreatif membuat konten tentang edukasi traveling dan yang berkaitan dengan hal tersebut. Lama-lama, otoritas akan terbentuk dan audiens akan mudah mengenali mana brand yang bisa dipercaya dan mana yang tidak.
Inilah gaya marketing modern yang perlu diperhatikan oleh marketer dan pemilik brand bila ingin terus bertahan dan berkembang.
C. Brand dan Content Marketing
Berikut adalah beberapa contoh content marketing yang berhasil saya himpun untuk menjadi ilustrasi bagaimana brand melakukan sebuah program pemasaran konten (content marketing).
1. The Furrow Magazine
Majalah ini adalah majalah seputar agrikultur yang pertama kali terbit pada tahun 1895. Lahir dari sebuah perusahaan teknologi alat bajak sawah buatan John Deere. Majalah The Furrow berisi tentang segala hal terkait dengan kehidupan para petani di Amerika Serikat, mulai dari panduan menanam, informasi pupuk dan bahkan ulasan dari alat pembajak mlik pesaing.
Di puncak kejayaannya pada tahun 1912, majalah ini dibaca oleh empat juta pembaca. Angka yang fantastis untuk sebuah majalah di era tersebut bahkan di era internet seperti saat ini. Bahkan, di era digital seperti saat ini 80 persen pembaca The Furrow masih lebih menyenangi versi cetak dari pada versi digital.
2. Michelin Guide
Dahulu pada tahun 1889, Michelin merupakan pemasok ban sepeda angin yang memang saat itu sangat populer di eropa. Kendaraan pribadi dengan pembakaran dalam belum populer dan transportasi umum bergantung pada kereta. Sepeda angin merupakan kendaraan pribadi yang prestis di masa itu hingga kemudian mobil buatan Peugeot dan Renault lahir menjelang akhir abad 18.
Di tahun 1903, Prancis berhasil menjadi negara produsen otomobil terbesar di dunia dengan jumlah mencapai 30 ribu unit. Mobil-mobil inilah yang menjadi pangsa pasar baru bagi Michelin. Michelin Guide sendiri mulai diterbitkan pada tahun 1900 dengan jumlah 35 ribu kopi, kala itu mobil di Prancis masih berjumlah 3.000 unit.
Michelin Guide muncul sebagai buku panduan yang menarik perhatian para pemilik mobil untuk melakukan perjalanan. Logika sederhana dari Michelin Guide adalah semakin banyak perjalanan artinya semakin tinggi permintaan ban mobil. Dan secara tidak langsung akan mendorong orang untuk membeli mobil demi hasrat melancong. Itu mengapa Michelin Guide dianggap sebagai salah satu yang berperan dalam membangun sejarah otomobil di Prancis.
Dua contoh di atas menggambarkan bagaimana sebuah brand telah menggunakan content marketing dengan baik. Brand bercerita untuk berkomunikasi dengan audiensnya tanpa secara langsung menjual produk mereka.
Content marketing bukanlah hal yang baru, apalagi dengan internet saluran distribusi konten menjadi lebih mudah dan melewati sekat-sekat batas serta persaingan untuk meraih perhatian. Content marketing menjadi sesuatu yang penting dan harus dipahami oleh seorang penulis konten karena dengan memahami content marketing membuat penulis konten makin tahu apa tujuan dari pekerjaannya.
Dahulu brand hanya bisa berkomunikasi melalui media cetak, kemudian berkembang menjadi audio lewat radio. Selanjutnya adalah melalui visual dan audio visual ketika televisi muncul. Hingga akhirnya saat ini di era internet distribusi konten untuk tujuan pemasaran menjadi sangat mudah dilakukan. Tidak ada lagi batasan ruang sehingga brand bisa secara langsung dan luas menyampaikan cerita yang dimilikinya.
Namun, karena adanya kemudahan tersebut, brand akhirnya dianggap sebagai pihak yang sangat intrusif. Menerobos ruang yang tidak seharusnya sehingga dianggap mengganggu. Perusahaan berusaha keras untuk meraih perhatian dari calon konsumen namun akhirnya iklan-iklan diabaikan dan tidak ada lagi yang peduli. Industri komunikasi, informatika dan internet memang tidak bisa lepas dari konten edukasi. Sedari kemunculannya, perusahaan-perusahaan teknologi harus selalu melakukan edukasi pada audiens agar mereka berani untuk membeli produk atau jasa. Hal yang paling umum dilakukan adalah dengan membuat tutorial, panduan, ataupun petunjuk penggunaan. Nah, semua itu tak lain dan tak bukan yang harus membuatnya adalah seorang penulis konten.
D. Mengapa Content Marketing Penting?
Dalam konteks digital marketing, melakukan content marketing adalah hal wajib bagi pemasar era digital, bahkan dianggap sebagai model pemasaran digital terbaik.
Kok bisa?
Dua alasan besarnya adalah:
(1) Content marketing adalah strategi paling ampuh untuk mendapatkan customer yang loyal.
(2) Content marketing adalah strategi pemasaran yang jauh lebih efektif daripada pemasaran tradisional.
Kok bisa? Bisa.
Model pemasaran tradisional adalah menjual produk atau jasa melalui iklan. Model seperti ini sudah tidak menarik lagi, karena konsumen sudah jengah diserbu iklan.
Siapa juga sih manusia zaman sekarang yang masih mau kemakan iklan?
Makanya, ketika kita melihat iklan, baik itu secara offline maupun online, kita lebih sering untuk melewatkannya dengan sengaja.
Iya, dengan sengaja!
Berapa kali kita mengklik tulisan “skip” di YouTube? Berapa sering kita mengklik tombol “x” di sebuah banner yang tiba-tiba nongol saat kita membuka website?
Lalu, apakah content marketer tidak menggunakan iklan? Tetap menggunakan, akan tetapi lebih banyak digunakan untuk mengiklankan konten yang menarik atau yang bermanfaat. Hal ini memang lebih efektif, karena memang kita secara alamiah lebih suka disuguhi konten bermanfaat dan berguna, daripada iklan dari sebuah produk atau jasa secara langsung.
Seth Godin pernah mempopulerkan yang namanya The Permission Marketing. Seth Godin, sebagai seorang ahli pemasaran digital yang terkenal sejak era awal munculnya internet, mengatakan bahwa konsep pemasaran yang ideal adalah harus mampu untuk terus berkomunikasi secara intens dan diterima oleh audiens. Itulah mengapa, ia bahkan sampai mengatakan bahwa content marketing adalah satu-satunya marketing yang tersisa. Tertarik dengan konsep content marketing dan membutuhkan Jasa Content Marketing Solo? Segera hubungi kami untuk kerja sama lebih lanjut, ya.
Apa sebab?
Penyebabnya adalah karena hal tertinggi dari pemasaran adalah produk atau jasa mampu menarik perhatian. Saat ini perhatian sangatlah sulit untuk didapatkan apalagi mampu menawarkan produk tanpa audiens merasa produk tersebut sedang ditawarkan pada mereka. Sebuah kelangkaan yang sangat langka. Sebuah kelangkaan level Asgard ….
Ketika produk diizinkan untuk berkomunikasi dengan calon konsumen atau bahkan pelanggan secara terus-menerus, tanpa terganggu, tanpa risih, tanpa marah, inilah kemenangan dari sebuah produk atau jasa dan inilah yang dimaksud dengan permission marketing.
Seth Godin juga menjelaskan bahwa ada empat tahapan dari permission marketing yang salah satu poin utamanya adalah tidak ada tempat lagi untuk iklan karena iklan tidak lagi efektif secara biaya dan dampak komersial. Akibatnya, content marketing kemudian menjadi dikenal sebagai bentuk konkret dari permission marketing: sebuah metode pemasaran yang mengandalkan konten yang bisa mendapatkan permission dari para audiens.
Mulai paham, kan?
Sekarang, menuju pertanyaan selanjutnya: jadi, apa itu content marketing?
Content marketing adalah strategi penggunaan konten sebagai alat pemasaran. Tentu saja, dalam strategi itu ada perencanaan, pembuatan, dan pendistribusian konten dengan tujuan menarik audiens tertarget sehingga tepat sasaran, lalu mengonversi mereka menjadi pelanggan yang loyal. Tertarik dengan konsep content marketing dan membutuhkan Jasa Content Marketing Solo? Segera hubungi kami untuk kerja sama lebih lanjut, ya.
Content marketing adalah strategi untuk menarik audiens baru agar menjadi pelanggan, dan merawat pelanggan yang sudah ada menjadi pelanggan yang loyal.
Content marketing bisa diartikan juga sebagai proses untuk membuat dan melakukan distribusi konten. Itu kata kuncinya. Harus kita perhatikan benar-benar bin betul-betul.
Lalu konten untuk siapa?
Tentu saja, untuk audiens yang benar-benar jelas dan dipahami melalui konten yang atraktif, menarik, dan terhubung dengan mereka.
Joe Pulizzi–salah satu pioner dalam dunia content marketing melalui Content Marketing Institute (CMI) yang didirikannya pada tahun 2007—dalam bukunya Epic Content Marketing yang terbit pada tahun 2014 menjelaskan bahwa pengertian dari content marketing adalah: “Content marketing is the marketing and business process for creating and distributing valuable and compelling content to attract, acquire, and engage a clearly defined and understood target audience—with the objective of driving profitable customer action.”
Nah, karena namanya content, dengan demikian bentuknya bisa beraneka ragam, bisa artikel, video, audio (podcast), gambar, infografik, dan lain sebagainya.
E. Cara Membuat Konten untuk Content Marketing
Gary Vee, founder dari Vayner Media, memberikan solusi ketika kita kebingungan dalam membuat konten. Gary menyebutnya dengan Piramida Terbalik. Konsepnya adalah dengan membuat terlebih dahulu konten pilar, kemudian baru memecahnya menjadi beragam konten mikro dan mendistribusikannya sesuai dengan target audience di platform terkait.
Konten pilar adalah konten yang paling lengkap datanya, paling panjang, dan paling komprehensif informasinya. Dalam kasus ini, Gary Vee selalu membuat konten pilar berupa video. Alasannya, video bisa mencakup banyak hal dan dengan mudah mendokumentasikan peristiwa.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan melihat gambar di bawah ini.
Dari konten pilar, kemudian konten bisa dipecah-pecah kembali menjadi berbagai produk. Istilahnya adalah repurposing content sesuai dengan kebutuhan dan konteks.
Misalnya, hasil dari video perjalanan bisa dipecah menjadi konten-konten kecil seperti meme, foto, GIF, dan lain sebagainya. Pemecahan konten ini harus berdasarkan platform distribusi yang menjadi tahap akhir perjalanan konten.
Tanpa distribusi, konten tidak akan ada yang mengonsumsi tidak ada yang mengonsumsi, tidak ada audiens, dan jika tidak ada audiens maka kecil kemungkinan akan memiliki konsumen apalagi pelanggan. Itu sebabnya saat melakukan content marketing harus selalu strategis, dipikirkan mulai dari konten pilar hingga menuju konsumen akhir yakni audiens di masing-masing platform.
Perlu dipahami bahwa dengan model ini, tidak ada platform yang paling baik. Bukan sosial media, bukan email, bukan website. Hal yang paling utama adalah tentang bagaimana mendistribusikan konten dan mendominasi platform tersebut sesuai dengan pasar yang dituju. Sehingga brand yang menggunakan sosial media tidak bergantung pada satu atau dua sosial media. Artinya, sosial media kemudian hanyalah saluran distribusi dan jika salah satu sosial media tutup maka sosial media lain yang masih terbuka tetap bisa digunakan.
Berdasarkan kasus-kasus yang ada akhirnya content marketing memang tentang bagaimana menciptakan konten untuk tujuan marketing. Ingat, tujuannya adalah marketing. Itu artinya metriks yang diukur adalah tingkat awareness dan lead. Jadi, bukan soal penjualan (sales). Untuk memahami, perhatikan gambar berikut ini:
F. Contoh Penerapan Content Marketing
Kakak saya membuat sebuah usaha jasa clothing bernama Casofa Clothing. Dari mana income-nya? Pertama, dari orang-orang yang memesan kaos atau jaket. Kedua, dari jualan kaos polos. Dan yang ketiga, dari memproduksi kaos distro dengan brand sendiri.
Nah, saya kemudian membuatkan website dengan nama CasofaClothing.com. Mengapa tidak memakai ekstensi .id? Karena top level domain yang paling unggul adalah .com.
Di dalam website ini, saya menampilkan ketiga hal tersebut. Yakni, pertama, bahwa Casofa Clothing melayani jasa pembuatan kaos ataupun jaket, baik dalam satuan maupun pesanan massal. Kedua, Casofa Clothing juga menjual kaos polos kualitas premium. Ketiga, Casofa Clothing juga membuat kaos distro dengan desain premium.
Nah, selain menampilkan layanan-layanan tersebut, saya juga melakukan content marketing melalui blognya.
Di dalam blog tersebut, saya menulis artikel-artikel yang berkaitan dengan dunia dunia perkaosan, seperti jenis-jenis kualitas sablon, cara mendirikan usaha distro, jenis-jenis kain pada kaos, dan beragam artikel bermanfaat lainnya.
Dalam pembuatan artikel tersebut, saya menggunakan teknik SEO disertai perpaduan pengetahuan copywriting serta cara menulis dan mengedit yang benar, sehingga kontennya memiliki kualitas.
Lalu, website tersebut mendapatkan banyak traffic dan banyak pesanan. Mengapa?
Pertama, saya mengiklan salah satu kontennya lewat FB Ads. Saya tidak mengiklankan tentang jasa dari Casofa Clothing, akan tetapi salah satu artikelnya saja.
Mengapa?
Kalau saya mengiklankan lewat FB Ads tentang “Terima Jasa Bikin Kaos”, maka kecil kemungkinan audiens yang akan tertarik menuju website Casofa Clothing.
Akan tetapi, ketika saya membuat artikel tentang “50 Strategi Jitu Menjadi Miliarder Lewat Bisnis Kaos”, lalu saya mengiklankan konten tersebut, maka akan banyak yang tertarik untuk membaca, sehingga membuat Casofa Clothing makin terkenal, kemudian banyak yang subscribe email, bahkan dengan rela hati akan men-share artikel tersebut.
Kebayang, kan?
Dengan begitu, akan ada banyak calon pelanggan yang berubah menjadi pelanggan dari Casofa Clothing. Bukankah itu yang kita demenin?
Lalu, katakanlah dua tahun kemudian, ada seseorang yang search di Google dengan kata kunci: Cara Kaya Lewat Bisnis Kaos.
Dengan optimasi SEO yang bagus, maka yang muncul di halaman pertama Google Search adalah artikel yang saya buat tersebut. Maka, kita tanpa mengeluarkan biaya iklan sepeser pun, sudah ada calon pelanggan yang mendatangi website kita.
Bayangkan bila kita membidik kata kunci yang memiliki pasar besar (alias banyak yang membutuhkan), maka tanpa bantuan iklan pun, website kita akan terus diburu oleh calon pelanggan.
Jadi, dari sini, kita sudah mendapatkan tiga sumber untuk traffic dari website Casofa Clothing.
- Dari artikel yang kita iklankan di FB Ads.
- Dari Google Search, saat seseorang mengetikkan sebuah kata kunci yang kita bidik.
- Dari media sosial, seperti Facebook bahkan WhatsApp, karena orang-orang yang membaca artikel tersebut merasa terbantu, takjub, lalu dengan sukarela men-share artikel tersebut ke teman-temannya yang memiliki passion di bidang perkaosan.
Nah, itu saja sudah membuat website kita “kewalahan” dengan traffic. Lalu, bagaimana bila yang membaca artikel tersebut adalah seorang blogger, lalu kemudian dia terinspirasi untk membuat postingan tentang dunia kaos dan menyebut website Casofa Clothing dalam artikelnya. Maka, kita mendapatkan satu lagi sumber traffic, yakni:
- Dari backlink yang dilakukan oleh website lain. Kabar baiknya, saat artikel kita mendapatkan backlink dari sebuah website yang kredibel, akan makin membuat website kita kukuh di halaman pertama Google Search, karena website kita memiliki kredibilitas di mata Google.
Nah, itulah contoh sederhana dari content marketing. Padahal, konten yang saya sajikan hanyalah artikel, belum berupa tambahan konten lain, seperti video, gambar, infografis, dan sebagainya. Akan tetapi, impaknya sudah sangat besar.
Sudah paham, kan? Ora paham kebangeten. Heuheuheu….
G. Bagaimana Membuat Konten yang Menarik?
Karena saya anggap kamu sudah paham dengan ilustrasi di atas, sekarang saatnya membahas hal paling penting dalam artikel ini, yakni tentang cara membuat konten yang menarik.
Setelah membaca artikel di atas, mungkin kamu akan berpikir seperti ini:
“Duh, gue ketinggalan kerete. Berarti, sekarang gue harus mulai bikin artikel untuk website bisnis gue!”
Pemikiran yang bagus. Akan tetapi, jangan terburu-buru. Akan saya berikan kaidah-kaidah dalam pembuatan konten, terkhusus bila formatnya adalah artikel.
a. Konten Evergreen
Padukan dua jenis konten, yakni konten dengan tema evergreen dan konten dengan tema temporer.
Konten yang evergreen adalah konten yang dibaca hari ini maupun sepuluh tahun yang akan datang tetap akan relevan dan berguna bagi pembaca.
Konten yang temporer adalah konten yang mungkin batas bisa dinikmati hanyalah satu tahun ini. Misalkan tentang informasi tertentu, di mana ketika informasi ini dibaca tahun depan akan terasa sudah sangat basi. Tidak apa-apa, konten berjenis ini tetap diperlukan, kok.
Perpaduan dua jenis ini akan membuat website bisnismu menjadi lebih hidup, variatif, dan kredibel.
Berapa komposisinya? Konten yang evergreen adalah 80% dan konten yang temporer adalah sisanya. Artinya, kamu harus fokus untuk membuat konten yang evergreen.
b. Konten Berkualitas
Dalam membuat konten evergreen, pastikan untuk membuatnya bermutu, padat, dan memuaskan pembaca.
Menulis konten itu gampang. Paling susah adalah menulis konten yang bermutu, padat, dan memuaskan pembaca.
Makanya, saran saya, kita tidak menulis setiap hari bila ingin membuat konten jenis kaidah #2 ini. Kamu perlu mengendapkan diri, menulis yang rapi, dan membuat sedemikian unggul hingga siap untuk dipublis.
Loh, kok tidak setiap hari?
Kalau Intercom yang memiliki tim penulis unggul yang hanya memproduksi konten berkualitas saja hanya memposting lima artikel selama seminggu, ngapain kamu harus setiap hari?
Kalau Buffer.com hanya membuat 2 konten saja selama satu minggu, ngapakain juga kamu harus setiap hari?
Kalau Ahrefs.com hanya memproduksi sekitar 3 konten saja setiap bulannya, sebagai bagian dari kebijakan Tim Soulo, kepala pemasarannya, untuk fokus hanya membuat konten bermutu saja, mengapa kamu harus merepotkan diri membuat konten setiap hari?
Kalau Backlinko, yang dinakhodai oleh Brian Dean, seorang mastah SEO level dunia, hanya memproduksi konten sebanyak satu kali saja setiap dua bulan, mengapa kamu harus setiap hari?
Apa yang kita dapat dari pola ini? Kualitas. Yah, tak lain dan tak bukan adalah kualitas. Memproduksi konten yang digunakan untuk content marketing adalah seni memproduksi kualitas. Maka, sebagaimana kaidah yang saya paparkan, konten tersebut harus bermutu, padat, dan memuaskan pembaca. Itulah yang saya maksud dari kualitas.
Apakah yang berkualitas itu harus panjang? Maksudnya, haruskah kita menulis artikel yang sangat panjang?
Tidak selalu. Makanya, kaidah yang saya buat adalah “padat”.
Terlalu pendek, akan tidak kredibel. Terlalu panjang, akan sangat membosankan. Jadi, intinya bukan pada kedua hal itu, namun memiliki artikel yang padat. Tidak bertele-tele. Menjelaskan topik dengan baik.
Saat kepadatan artikel tercipta, pembaca akan terpuaskan.
Jadi, hal fundamental yang perlu kamu jawab adalah: seberapa banyak kata yang saya perlukan untuk menghadirkan konten yang berkualitas?
Kaidah kedua ini harus kamu pegang erat.
c. Rencana Matang
Traffic tidak akan berguna kalau kita tidak memiliki rencana apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan banyak traffic.
Tujuan penting dari content marketing adalah mendatangkan traffic ke website bisnis kita. Akan tetapi, semua itu tidak akan berguna, kalau kita tidak memiliki rencana “apa selanjutnya” dari kebanjiran traffic tersebut.
Maksudnya apa nih, Mas Fachmy?
Maksudnya, setelah pengunjung datang ke website kita, apa yang kita inginkan untuk pengunjung tersebut lakukan?
- apakah untuk mengisikan alamat emailnya dalam halaman subscriber;
- apakah untuk membeli salah satu produk;
- apakah untuk menggunakan salah satu jasa yang kita tawarkan;
- ataukah hal lainnya.
Melakukan content marketing bukan sekadar “memproduksi konten”. Di sini, konten yang medioker akan terlibas. Hindari mee-too konten. Perhatikan antara kuantitas dan kualitas dalam membuat konten, karena hal tersebut akan membuat “perbedaan” yang sangat besar dalam bisnismu.
H. Contoh Content Marketing yang Bagus
Supaya semakin mendapatkan gambaran yang lebih jelas, saya sertakan beberapa contoh content marketing buatan brand lokal. Agar terasa lebih dekat dan memberikan gambaran bahwa content marketing dapat dilakukan oleh siapa pun.
1. Serial Video Seller Story dari Tokopedia
Seller Story adalah rangkaian video yang menceritakan kisah inspiratif dari para penjual di Tokopedia. Konten ini memperlihatkan keseharian penjual membangun bisnisnya dan hal yang bisa dipelajari dari kisah hidup mereka. Video yang dihadirkan secara konsisten ini memberikan pesan yang sangat jelas, yakni penonton bisa mencapai kesuksesan yang sama dengan para penjual di Tokopedia.
2. Infografis Tips Irit Traveling dari Traveloka
Traveloka menyajikan informasi biaya yang akan dikeluarkan traveler untuk bepergian ke suatu tempat mulai dari harga tiket moda transportasi, harga penginapan, sampai harga tiket rekreasi. Sebagai traveler, mengetahui rincian budgeting dan itinerary sangatlah penting. Dan yang lebih penting lagi, apakah biaya itu bisa dibuat seirit mungkin atau tidak. Traveloka menjawab hal ini dengan menyajikan infografik terkait rincian itu agar dapat dipedomani para traveler.
3. Blog Tematik Brewing Guide dari Otten Coffee
Brewing Guide adalah konten blog tematik yang memberikan tips dalam meracik kopi menggunakan 6 alat seduh spesifik yang biasa digunakan barista sungguhan. Sesuai dengan namanya, blog ini menjabarkan langkah-langkah dalam menyeduh kopi menggunakan alat seduh yang jamak dipakai dalam ranah perkopian.
4. Serial Video Hijab Tutorial dari Hijup
Hijup menghadirkan serial video Hijab Tutorial yang memperlihatkan cara-cara mengenakan hijab modern agar penampilan lebih maksimal. Dari segi kualitas presentasi, tutorial ini menghadirkan visual yang jelas dan singkat sehingga tidak membebani atensi audiens untuk mengikuti tahap-tahapnya. Kualitas produksi dan penyuntingan video dan audionya pun berada pada standar tinggi.
I. Mindset dalam Membuat Content Marketing
Berikut ini beberapa mindset penting ketika ingin menerapkan strategi content marketing ke dalam bisnis Anda. Jika mindset ini telah Anda kuasai, maka akan cenderung lebih mudah ke depannya.
1. Fokus
Ada begitu banyak media sosial besar, seperti Instagram, Facebook, Twitter, hingga YouTube. Akan tetapi, saran saya, tentukan satu kanal yang paling diunggulkan. Misalkan, apakah fokus di Instagram dulu, ataukah YouTube terlebih dahulu. Tergantung keperluan campaign dari brand kamu.
Bila mengandalkan gambar, tentu Instagram lebih cocok. Bila mengandalkan video, tentu YouTube lebih utama. Yang pasti, fokus dulu di satu kanal media sosial, lalu konsisten mengisi konten, dan besarkan dengan tekun.
2. Kanal Pilihan
Pastikan kamu mengambil platform media sosial yang tepat. Contohnya CapitalPitch yang ternyata memiliki strategi content marketing yang lebih berhasil di LinkedIn daripada Facebook. Mengapa? Karena target pasarnya adalah investor dan founder yang lebih matang. Tentu saja, LinkedIn adalah tempat yang tepat dan berkumpulnya orang-orang dengan persona seperti itu.
3. Kualitas Optimal
Selalu berikan alasan yang tepat dan masuk akal agar orang-orang mau kembali ke blog, Instagram, atau ke akun YouTube-mu. Sebenarnya orang-orang tak begitu suka kalau kita memposting konten terlalu sering. Yang lebih mereka butuhkan adalah konten yang berkualitas. Dua minggu sekali, namun konten sangat bagus, lebih disukai, lebih mudah untuk mendapatkan audiens baru, daripada konten yang sering namun miskin value.
We live in an on-demand society but that doesn’t mean you have to post everything in real-time — it’s more important to get it right then get it in real time.
4. Story Telling
Fokuslah pada storytelling yang bagus. Pada era sekarang, memposting gambar yang bagus memang membantu. Akan tetapi, audiens akan lebih merasakan pengalaman yang lebih manakala gambar yang bagus disertai dengan storytelling yang menyentuh. Tool yang paling baik dan autentik adalah video, karena audiens merasa terlibat dengan sebuah pengalaman.
5. Kolaborasi
Berkolaborasi dengan influencer lain sangat bagus, karena tidak hanya membuat distribusi kontenmu mengalir jauh, namun juga menjadikanmu sejajar dengan level mereka.
6. Konten Dulu Bari Distribusi
Saat kamu membuat sebuah konten yang berkualitas tinggi dan luar biasa, distribusinya tidak usah kamu pusingkan, karena ia akan terdistribusi sendiri. Itulah mengapa selalu saya tekankan untuk membuat konten yang bermutu. Tak usah sering-sering, asal bermutu tinggi.
7. Value
Tawarkan sesuatu yang bernilai. Sesuatu yang bisa menjadi sebuah solusi atau membaut audiens menjadi lebih mudah. Tukarkan dengan meminta email mereka dan jadikan itu sabagai bahan untuk building list.
8. Share-able
DesignSchool.Canva.com rutin membuat konten yang berkaitan dengan desain dan mem-featured desain kelas dunia. Dari situ, Canva mendapatkan banyak traffic dan mendapatkan sokongan pertumbuhan pengunjung yang besar dari Pinterest. Nah, ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa Canva sesuai dengan media sosial Pinterest, karena audiens memang terbiasa menjadikan Pinterest sebagai sumber inspirasi untuk gambar-gambar menarik dan kreatif.
9. Produksi Konten Baru
Mempromosikan konten lama lagi bukanlah sebuah aib. Namun, pastikan pada saat yang sama, kita juga membuat konten baru yang lebih hebat.
10. Format
Seorang pembuat konten tak boleh hanya menunggu saja audiens datang dan menikmati konten yang dibuat. Sebagai pembuat konten, kita harus aktif mencari dan mendistribusikan konten dengan cara-cara yang kreatif dan sesuai dengan target penikmat konten kita. Ada konten yang lebih cocok kita maksimalkan dalam format blog. Ada konten yang lebih cocok kita maksimalkan dalam format video, dan lain sebagainya.
11. Value
Setiap keping konten harus menawarkan value kepada audiens. Sesekali, jangan lupa untuk menawarkan kepada audiens, bahwa kalau mereka men- share konten yang kita buat, mereka akan mendapatkan sebuah “hadiah tertentu”, bisa berupa ebook, video, atau hal-hal lain yang seru.
12. Terlihat
Sertakan gambar dalam postingan Twitter-mu. Ini membantumu “keluar dari kerumunan” dan membuat twitmu lebih mudah terlihat.
13. Promosikan
Beberapa postingan ada kalanya memang tak usah kita distribusikan dengan keras, dia sudah menjadi viral sendiri. Tak ada rumus pasti bagaimana membuat postingan yang memiliki nilai viral yang tinggi. Namun yang pasti, saat kita selesai membuat postingan, kita memang harus rajin untuk mempromosikannya. Post and pray doesn’t work. If you create amazing content, you should put in effort to promote it.
14. Fokus
YouTube adalah sumber konten yang paling cepat berkembang untuk saat ini, bahkan mungkin bertahun-tahun mendatang. Ini adalah eranya video. Jadi, kalau kamu ingin menjadikan konten promosimu maksimal dalam format video, kemaslah dengan cara yang kekinian dan sesuai dengan target pasarmu sekarang juga.
15. Atensi
Facebook memiliki jumlah pengguna miliaran. Akan tetapi, Facebook memiliki jenis konten yang beragam, misalkan teks, gambar, bahkan video. Dan dengan banyaknya jumlah pengguna, artinya Facebook Page kamu, tingkat untuk mendapatkan perhatian akan kecil. Kecuali dengan bantuan FB Ads yang benar. Oleh itulah, ketika menggunakan Facebook, banyak yang berpatokan bahwa frekuensi konten memang tak usah sering-sering, namun harus berkualitas, sehingga mendapatkan atensi yang besar.
16. Mudah Ditemukan
Pengguna terbesar Twitter, adalah anak-anak muda, sekitar 18–35 tahun. Dengan batasan karakter teks yang disajikan, frekuensi konten di Twitter sering tidak menjadi masalah, asalkan menggunakan tagar dan dikemas dengan menarik, sehingga memancing perbincangan yang aktif dengan pengguna lain. Pintar-pintarlah membuat tagar hingga menjadi khas dan mudah “ditemukan”.
17. Menarik
Instagram, tentu saja, karena platform-nya adalah melayani gambar dan video singkat, memungkinkan bagi brand untuk mengeksplorasi produk lewat tampilan fotografi dengan seni video yang menarik.
18. Personality
Tetap gunakan kepribadian brand kamu. Apakah brand-mu memiliki persona elegan, serius, ataukah santai.
19. Tujuan
Sebelum membuat konten, tentukan dulu tujuannya, apakah formatnya adalah inspirasi, hiburan, informasi, edukasi, membangun interaksi, ataukah sebuah ajakan.
20. Gaya
Bentuklah gaya bertuturmu, apakah sopan nan formal, ataukah blak-blakan nan kritis, ataukah justru santai penuh canda.
21. Adaptif
Ini adalah era disruption. Apa itu? Disruption mengacu pada dua tren pemasaran utama, yakni evolusi yang cepat dari teknologi dan pergesaran harapan konsumen pada waktu bersamaan. Semuanya dipadu dengan kreativitas. Ini adalah sebuah era baru perubahan pada sebuah industri dan cara bermain bagi merek dalam menanggapi tuntutan-tuntutan baru dalam dunia bisnis dan perubahan sosial.
Untuk lebih mudah memahaminya, perhatikan bagaimana Go-Jek, Uber, dan Grab, mampu menjungkirbalikkan model bisnis lama seperti Blue Bird. Model bisnis hotel juga terdisrupsi oleh AirBnB. Dan banyak contoh-contoh lainnya. Disruption sekarang menjadi begitu konstan. Brand kamu wajib mengikuti perubahan ini bila tidak ingin tertinggal jauh.
22. Kreatif
Dollar Shave Club, sebuah startup beurmur lima tahun ini dibeli Unilever seharga $1 miliar! Bagaimana startup penjual pisau cukur bisa membalikkan industri alat cukur dan mencapai begitu banyak keberhasilan dalam waktu sesingkat itu? Strateginya adalah menggunakan komunitas berbasis email: subscription marketing. Dollar Shave Club hanya fokus kepada yang penting saja dalam membuat produk, yakni gagang pisau cukur yang nyaman, mata pisau yang tajam. Itu saja, karena memang hanya itu yang dibutuhkan untuk mencukur jamban. Saat diakuisisi Unilever, Dollar Shave Club memiliki 1.7 miliar anggota, di mana setiap mereka pada tiap bulannya membayar hanya $10 untuk mendapatkan paketan alat pemotong jambang beserta krimnya langsung ke rumah mereka.
Sebuah ide bisnis yang brilian, bukan? Tanpa sentuhan pemasaran konten lewat email, tentu sangat susah untuk merawat 1.7 miliar anggota.
23. Reputasi
Content marketing yang terencana, akan menciptakan yang namanya experiental brands. Experiences don’t just happen, the need to be planned. Jadi, experience atau pengalaman yang dirasakan oleh audiens itu tidak akan terjadi begitu saja, namun harus direncanakan. Dan dalam proses perencanaan, seorang pemasar harus kreatif, memanfaatkan kejutan, intrik, dan bahkan provokasi. Hal-hal itu sah-sah saja dilakukan, selama tidak merusak reputasi brand.
24. Customer Experience
Pikirkan pertama kali tentang pengalaman konsumen. Setelah itu, barulah seorang pemasar dapat menentukan karakteristik-karakteristik fungsional dari sebuah produk dan manfaat dari merek yang ada.
25. Detail
Obsesiflah tentang detail dari pengalaman yang ingin diberikan kepada konsumen. Konsep pemuasan kebutuhan konsumen tradisional melewatkan unsur-unsur sensori, perasaan hangat yang dirasakan konsumen, serta cuci otak konsumen, yang meliputi pemuasan seluruh tubuh dan seluruh pikiran konsumen. Schmitt (1999) menyebutnya sebagai exultate jubilate, yang berarti kepuasan yang amat sangat.
26. Sesuai Visi
Pada dasarnya, sebuah merek dibuat untuk membedakan sebuah produk atau jasa dari kompetitor. Ketika sebuah merek membangun brand management, hal tersebut dapat meyakinkan pelanggan, pemasok, atau siapa pun bahwa perusahaan kamu melalukan bisnis yang dapat dipercaya. Maka, pastikan konten-kontenmu sesuai dengan visi dan misi yang tengah diperjuangkan oleh brand.
27. Branded
Apa manfaat mengelola merek bagi sebuah brand? Secara sederhana, perusahan memerlukan pengelolaan merek untuk menjadikan produknya dikenal orang. Di sisi lain, lewat brand management, merek dapat meningkatkan customer value tehradap produk atau jasa yang ditawarkan. Merek akhirnya mampu tampil beda dari para pesaing yang mulai banyak jumlahnya. Pada akhirnya, brand yang dikelola dengan baik bisa membuat orang tak lagi memikirkan soal harga. Kalau dia sudah suka dengan brand-nya, mereka tidak akan peduli berapa besar yang akan mereka bayarkan.
28. Konsisten
Kelola konten dengan kreatif nan konsisten. Bangun engagement yang kuat, aktif, dan menarik. Padukan antara amazing content, perfect timing, dengan ideal frequency. Kombinasi dari ketiga hal tersebut adalah sebuah kemenangan yang nyata dalam ranah content marketing. Dan tentu saja, jangan lupa mengukur efektivitas kampanyemu.
29. Masif
Samsung S8, karena target pasarnya adalah anak muda, mereka tidak memainkan iklan di televisi dengan masif, namun lewat media sosial. Sekarang, kita sudah sampai pada era di mana konsumen yang mendikte sebuah brand. Bila konsumen tidak suka, mereka akan skip, karena begitu banyak channel tersedia. Di YouTube, konsumen ingin menonton sebuah story telling yang menunjukkan pesan dan manfaat. Makanya, sedari awal brand harus kreatif, agar konsumen tidak langsung skip.
30. Human Story
Untuk membuat story telling, sebuah konten harus punya nilai humanisme atau human story. Itulah yang akan membuat audiens “tersentuh”.
31. Hero
Angkat audiens sebagai hero, bukan produknya sebagai hero.
32. Spesifik
Jangan copy materi kampanye offline ke online. Perlakukan secara berbeda. Jangan menyamakan semua materi kampanye di multi platform media sosial.
33. Content is King
Dari sekian banyak kampanye Aqua, paling berhasil adalah #AdaAqua. Bahkan, itu menjadi tagar perbincangan di media sosial, ketika ingin mengutarakan kalimat: lagi nggak fokus, ya?
Kampanye ini menyadarkan kita, bahwa content is king, distribution is queen. Setiap konten dan distribusi harus didefinisikan apakah mau yang berbayar, organik, atau anorganik. Cari momen yang tepat ketika menyebarluaskan suatu campaign pemasaran, sehingga mampu berkembang menjadi pembicaraan yang terus-menerus berlangsung di media sosial.
34. Perhatikan Distribusi
Konten dan distribusi tidak boleh timpang. Percuma apabila konten bagus, namun distribusinya kurang memadai.
35. Diferensiasi
Kreativitas konten mutlak diperhatikan ketika brand menggelar campaign di media sosial. Selain itu, materi konten harus relevan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Jika tidak, kampanye akan dilewatkan begitu saja. Ketika campaign ingin mnejadi viral, konten haruslah punya diferensiasi.
36. Stand Out
Konten yang menarik akan terus diikuti, bila sudah tidak menarik, user akan skip. Itu sudah natural, karena banyak konten lain yang hadir. Bukalapak misalnya. Saat momen Harbolnas, mereka justru menghadirkan Zaky dalam iklan dengan konsep yang sangat nyeleneh, di saat yang lain berlomba-lomba menggaet artis terkenal untuk mempromosikan. Dan nyatanya, konten nyeleneh seperti itu justru stand out dan meraih perhatian. Nah, inilah poinnya. Meraih perhatian. Bukalapak juga menempatkan diri sebagai brand friend, yang dekat dengan konsumen, tanpa polesan iklan yang glamor dan berjarak. Dengan konsep seperti itu, campaign buka lapak layak mendapatkan awarenens, sharebility, dan ujungnya conversion.
37. Engagement
Campaign di media sosial adalah soal konten. Masyarakat akan tanggap ketika konten yang dibuat memiliki diferensiasi dan kreatif. Dan satu hal lagi, relevansi. Semakin relevan, akan semakin dekat dengan konsumen. Dan mereka akan semakin engage.
38. Soft Selling
Satu hal yang perlu dicatat, media sosial bukanlah platform yang tepat untuk hard selling. Sehingga, unsur brand harus dimasukkan dengan cara sehalus mungkin tanpa mengganggu kenyamanan publik. Maka, jadilah diri sendiri dan hadirkan diferensiasi pada setiap campaign. Definiskan target market yang disasar dengan jelas. Ikuti terus fitur-fitur baru di berbagai platform media sosial. Jangan hard selling, jangan menggunakan buzzer yang ternyata tidak relevan dengan brand, dan jangan lakukan komunikasi yang terlalu kaku dan dibuat-buat.
39. Jenis Konten
Ada tiga jenis konten. Core content, yakni inti dari konten. Sidebar content, atau konten yang tidak berkaitan langsung dengan core content tetapi ketika di-share bisa mengingatkan kepada core content. Lalu, snackable content, yang merupakan konten-konten kecil yang bisa di-share di berbagai media sosial.
40. Personality
Sebuah brand tidak boleh meninggalkan personality-nya ketika masuk media sosial. Identitas di dunia nyata harus bisa ditransfer ke dunia maya. Jika sebuah brand premium, berkomunikasilah secara elegan. Jenis produk juga membedakan cara berkomunikasi, ada yang memang bisa dijual langsung seperti kuliner, namun juga ada yang softselling seperti handphone.
41. Brand Story
Orang-orang menggunakan media sosial untuk berkomunikasi. Maka, bila brand harus hardselling, akan terasa hard. Maka, lakukan brand story dan konten unik.
42. Retargetting
Melakukan social media marketing, memungkinkan targetting dan retargetting. Socmed ads sangat mudah untuk dikustomisasi. Kita bisa mengatur lokasi, tingkat pendidikan, interest akan topik, hingga sejarah pembelian situs yang mereka sukai. Artinya, socmed marketing memiliki tingkat akurasi hingga 90% lebih. Bahkan, Facebook menyediakan Facebook Pixel yang memungkinkan kita untuk retargeting, sehingga kita bisa merawat pelanggan.
43. Socmed Marketing
Dengan social media marketing, ketika sbeuah merek mengadakan event, dengan tagar tertentu, konsumen akan mudah men-share-nya dan juga men-track-nya. sehingga, media yang tak bisa meliput pun bisa menggunakan hal itu sebagai sumber berita.
44. Pelanggan
Memberikan solusi bagi pelanggan adalah tujuan bisnis. Maka, ketika konsumen menemui masalah, dan media sosial menjadi alat yang sedemikian cepat merespons kegelisahan pelanggan, tentu hal ini akan memudahkan engagement.
45. Kesetiaan
Texas Tech University merampungkan laporan bahwa merek dengan profil medsos yang aktif memiliki lebih banyak pelanggan setia. Pasalnya, ketiak Anda telribat dan berinteraksi di medoss, kamu menjadi terlihat idak seperti sebuah perusahaan atau merek, namun dianggap sebagai manusia hidup dan teman bagi konsumen.
46. Jenis
Apa saja jenis konten yang bisa diposting di media sosial? Tips, breaking news, jokes, industry research, polls, interview based post, contest, case studies, Q&A sessions, envet post, live tweets, tutorials, top list, infographics, quotes, top list, comic strips, fill in the blank posts.
47. Relevan
Ketika pesaing kamu gencar dengan social media marketing atau content marketing, dan kamu justru tak mengunakannya, selain dicap ketinggalan zaman dan tak relevan lagi dengan konsumen, kamu juga akan kehilangan pelanggan dan kehilangan atensi mereka.
48. Unsur
Seberapa besarpun modal kamu, namun bila tak memiliki konten yang kreatif, kamu juga akan langsung di-skip. Kamu tidak berhasil dalam arena pertarungan content marketing. Merek yang berhasil go viral, adalah merek yang berhasil. Di media sosial, merek harus memberikan value, dan di sisi lain, harus menghibur serta menunjukkan kepribadian.
49. Penjualan
Tentu saja, tujuan marketing adalah meningkatkan penjualan. Social media marketing tak hanya menjaga nama perusahaan kamu di depan para pembeli yang potensian, namun juga memberikan kesempatan untuk memberi mereka inisiatif agar selalu memiliki alasan untuk membeli. Pemberian kuis, kupon, dan kode unik selalu berhasil, kan?
50. Fokus
Apa beda FB Ads dan Google Ad? FB Ads lebih fokus pada apa yang audiens sukai, sedangkan Google Ad didasarkan pada kata kunci yang dicari pengguna di internet. Menggunakan Adwords menghabiskan maksimal US$ 50 per klik, namun FB Ads membuat kamu hanya membayar US$ 0,25 per klik, tergantung dari CTR (click through rate) dan faktor targetting untuk iklan kamu. Secara umum, kamu membayar FB Ads lebih murah dibandingkan Adwords, namun, dalam masalah CPC (cost per acquisition) FB bisa menjadi lebih mahal dibanding Adwords.
Dengan melakukan social media marketing, kalau ingin riset, cepat. Ingin mengetahui keinginan konsumen, cepat. Ingin rapat berdasarkan data konsumen, juga cepat. Media sosial memudahkan kita memetakan pelanggan dan memenuhi keinginan mereka serta memonetisasinya.
MODUL 2: Tentang Penulis Konten
MODUL 3: Syarat Menjadi Penulis Konten
MODUL 4: Tanggung Jawab Penulis Konten
MODUL 5: Mengapa Penulis Konten Dibutuhkan?
MODUL 6: Jenis-Jenis Konten
MODUL 7: Cara Membuat Konten Viral
Terima kasih sudah membaca artikelnya. Yuk segera gabung di beberapa channel inspiratif yang sudah saya buat:
Dapatkan tips-tips menarik seputar dunia bisnis, penulisan, juga tausiyah singkat tentang hidup yang lebih baik. Nah, kalau ingin menjalani hidup sebagai penulis profesional yang dibayar mahal, ikutan saja E-COURSE MENULIS terkeren ini!